Kebakaran Kilang Minyak
Pasok BBM Jakarta, Pertamina Pastikan Kilang Balongan Kembali Beroperasi Normal setelah Kebakaran
"Dengan start up ini, Kilang Balongan memulai operasionalnya dan kembali memproduksi produk-produk kilang, diawali dengan produksi BBM."
Kilang Minyak Refinery Unit (RU) VI Balongan milik Pertamina memasok kebutuhan BBM untuk DKI Jakarta, Banten, dan sebagian Jawa Barat.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) memastikan Kilang Minyak Refinery Unit (RU) VI Balongan kembali memulai operasionalnya setelah insiden kebakaran di area Tangki T-301 pada akhir Maret 2021.
Corporate Secretary Subholding Refining & Petrochemical, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Ifki Sukarya mengatakan tahapan start up sudah dimulai sejak 31 Maret 2021 dengan menjalankan kembali primary processing CDU (Crude Destilation Unit).
"Dengan start up ini, Kilang Balongan memulai operasionalnya dan kembali memproduksi produk-produk kilang, diawali dengan produksi BBM," jelas Ifki kepada wartawan, Jumat (9/4/2021).
Dia menjelaskan untuk alih supply saat ini mulai disesuaikan secara bertahap, seiring dengan mulai beroperasinya kilang Pertamina Balongan.
Baca juga: Pertamina Akan Beri Sanksi Tegas jika Ada Unsur Kelalaian Insiden Kebakaran Kilang Balongan
Baca juga: Muncul Dugaan Kilang Balongan Sengaja Dibakar, Fahmy Radhi: Kalau Akibat Petir, Saya Tidak Percaya
Kilang Pertamina Balongan merupakan kilang dengan kapasitas pengolahan sebesar 125 ribu barel per hari atau setara dengan 12 persen dari total kapasitas produksi nasional.
Kilang ini memasok kebutuhan BBM untuk DKI Jakarta, Banten, dan sebagian Jawa Barat.
Kilang Pertamina Balongan memiliki peran strategis dalam menjaga kestabilan pasokan BBM, terutama Premium, Pertamax, dan LPG yang disalurkan ke DKI Jakarta, Banten, sebagian Jawa Barat, dan sekitarnya yang merupakan sentra bisnis dan pemerintahan Indonesia.
"Produk utama Kilang Pertamina Balongan seperti Premium, Pertamax, Pertamax Turbo, Solar, Avtur, LPG, dan Propylene, yang semuanya memiliki kontribusi yang besar dalam menghasilkan pendapatan baik bagi PT Pertamina (Persero) maupun bagi negara," tuntas Ifki.
Baca juga: Pertamina Pastikan Pasokan BBM, LPG dan Avtur di DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten Aman
Baca juga: Ahok Buka Suara Terkait Kebakaran Kilang Balongan Indramayu, Sebut Pertamina Begini
Pasokan BBM aman
Perlu diketahui, selama Kilang Pertamina Balongan belum beroperasi normal, pasokan BBM untuk Jakarta dipenuhi dari kilang Pertamina lainnya seperti Kilang Dumai, Cilacap, Balikpapan, dan Kilang TPPI Tuban dengan cara memaksimalkan kapasitas produksi.
Pertamina menjamin pasokan BBM tetap aman tanpa perlu melakukan impor tambahan.
Baca juga: Larangan Mudik Lebaran, Garuda Indonesia: Reschedule Tiket Tidak Dikenai Biaya Tambahan
Baca juga: PT KAI Masih Jual Tiket Hingga Akhir April 2021, meski Ada Larangan Mudik
Pengapalan perdana
Sebelumnya, Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap melakukan pengiriman perdana produk Pertalite melalui jalur laut.
Hal ini bagian dari skema alih suplai kebutuhan bahan bakar minyak (BBM), menyusul insiden kebakaran tangki BBM T-301 di area Kilang Pertamina RU VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat yang terjadi pekan lalu.
Dari Dermaga III Area Oil Movement (OM) 70 Komplek Pantai Teluk Penyu, Cilacap, kapal bernama lambung Ratu Ruwaidah ini bertolak langsung menuju Integrated Terminal Balongan.
“Kami berkomitmen mengamankan stok BBM untuk wilayah Jabodetabek yang sebelumnya disuplai dari Kilang Balongan,” ujar Area Manager Communication, Relations, & CSR Pertamina RU IV Cilacap, Hatim Ilwan dalam keterangan tertulisnya, Kamis (8/4/2021).
Dipaparkan juga, loading Pertalite tersebut berjumlah 200 ribu barel atau setara 32 ribu kilo liter (KL). Hal ini sekaligus menjadi catatan sejarah pengiriman BBM khususnya Pertalite melalui jalur laut.
“Sebelumnya, sejak awal tahun ini Pertalite dari RU IV Cilacap dikirim ke Fuel Terminal Lomanis yang kemudian didistribusikan melalui jalur pipa ruas Cilacap – Yogyakarta dan Cilacap – Bandung,” jelasnya.
Fasilitas tambahan
Adaptasi kilang terbesar milik Pertamina itu ditunjukkan dengan membangun fasilitas tambahan sehingga Pertalite bisa loading via dermaga di Area OM 70 langsung ke kapal pengangkut.
“Ke depan dengan fasilitas ini kami bisa lebih fleksibel mengirim BBM, termasuk Pertamax dan Pertamax Turbo ke wilayah manapun,” ujarnya.
Pengiriman Pertalite ini merupakan bagian dari tambahan produksi sebesar 400 ribu barel/bulan atau 20 persen dari produksi Pertalite RU IV sebelumnya yang sebesar 2 juta barel/bulan atau setara 320 juta liter.
“Pertalite merupakan Bahan Bakar Khusus (BBK) dengan Research Octane Number (RON) minimal 90 dan kandungan sulfur maksimal 500 ppm. Artinya Pertalite jelas lebih ramah lingkungan,” jelas Hatim. (Tribunnews/Reynas Abdila)