Lifestyle
Aktivitas Fisik Sejak Dini Berdampak pada Proses Penuaan Lebih Sehat, Yuk Olahraga!
Menjadi tua tetap sehat dan bahagia menjadi dambaan. Untuk mencapai tua dan sehat ada proses yang harus dilakukan. Salah satunya, olahraga.
Penulis: LilisSetyaningsih |
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Menjadi tua adalah kepastian ketika diberi anugerah usia panjang.
Namun bukan hanya usia panjang, berusia lanjut tetap sehat juga menjadi dambaan.
Aktivitas fisik sejak dini membuat proses penuaan menjadi lebih sehat. Anda mau?
Dr Bagus Putu Putra Suryana SpPD KR, Ketua Umum Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi), mengatakan, berdasarkan penelitian, lansia usia di atas 60 tahun yang aktif secara fisik, memiliki risiko lebih rendah terhadap penyakit kardiovaskular.
Selain itu, rajin olahraga juga lebih rendah terkena kanker payudara dan prostat, patah tulang, jatuh berulang, cacat ADL (Activity Daily Living), keterbatasan fungsional dan penurunan kognitif.
Mereka juga mengalami proses penuaan lebih sehat, kualitas hidup lebih baik, dan peningkatan fungsi kognitif.
Penelitian lain menjelaskan,masyarakat berolahraga rata-rata 92 menit per minggu atau 15 menit sehari, memiliki penurunan risiko penyebab kematian secara keseluruhan sebesar 14 persen dan harapan hidup 3 tahun lebih lama.
Sementara bagi individu tidak aktif memiliki peningkatan risiko kematian sebesar 17 persen.
Baca juga: 8 Cara Penanganan saat Cedera Akibat Olahraga, Ikuti Kemampuan Tubuh Minimalkan Cedera
Saat melakukan aktivitas fisik atau berolahraga, jantung akan terpacu untuk membawa oksigen dan nutrisi.
Serta meningkatkan sirkulasi darah ke seluruh tubuh, termasuk ke sendi dan tulang.
Apabila sirkulasi darah lancar, pembagian oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh lebih optimal dan memengaruhi kesehatan secara menyeluruh.
Jika olahraga dilakukan, maka pilar utama dari 'Sehat, Aktif dan Bahagia,' bisa diperoleh dan kualitas hidup lebih baik.
Seseorang harus aktif melakukan aktivitas fisik sejak dini serta konsumsi asupan kalsium dan vitamin D cukup, sebagai investasi agar tulang cukup padat dan tetap optimal hingga hari tua.
Kurang bergerak (sedentari), kurang latihan fisik, atau olahraga tidak teratur akan mengurangi tekanan pada tulang.
Akibatnya, mengurangi pembentukan tulang baru dan berakibat meningkatkan risiko tulang keropos atau osteoporosis.
Hal itu dijelaskan oleh dr Bagus Putu Putra saat acara Fonterra-Anlene bertema 'Membangun Hari yang Lebih Baik dan Sehat dengan Rutin Aktivitas Fisik', Rabu (7/4/2021).
Baca juga: Aneka Batik hingga Olahraga Ekstrem Dinilai Sandi Jadi Modal Kebangkitan Pariwisata Tanjung Lesung
Bagus Putu mengatakan, kunci mencegah tulang keropos atau osteoporosis yakni gaya hidup sehat aktif dan memenuhi kebutuhan nutrisi harian.
Protein, kalsium, dan vitamin D berperan penting dalam menjaga kesehatan tulang, sendi, dan otot.
Semua itu bisa didapat dari makanan dan minuman sehari-hari seperti daging ayam dan telur untuk protein tinggi.
Atau tahu dan segelas susu yang merupakan sumber kalsium dan vitamin D.
Hindari konsumsi alkohol, merokok, atau terlalu banyak minum kopi dan soda agar penyerapan kalsium dan pembentukan tulang baru berlangsung optimal dalam tubuh.
Namun, masih banyak masyarakat Indonesia kurang aktivitas fisik. Apalagi saat pandemi Covid-19.
Dr Riskiyana Sukandhi Putra MKes, Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga, Kementerian Kesehatan RI mengatakan, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2018, sebanyak 33,5 persen masyarakat kurang aktivitas fisik.
Pengukuran kebugaran jasmani itu dilakukan Kementerian Kesehatan pada ASN, masyarakat umum dan calon jemaah haji .
Hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 45 persen tingkat kebugaran jasmani masih kurang dan sebesar 44 persen dalam kategori berat badan overweight dan obesitas.
Baca juga: Herman Dzumafo Ternyata Mengawali Hobi Olahraga Basket Sebelum Menjadi Pesepakbola Profesional
Tingkat kebugaran erat kaitannya dengan aktivitas fisik karena orang yang cukup melakukan aktivitas fisik maka tingkat kebugarannya akan baik.
Indonesia berkomitmen untuk mendukung GAPPA (Global Action Plan for Physical Activity).
GAPPA itu diwujudkan melalui Rencana Aksi Nasional Pembudayaan Aktivitas Fisik.
Targetnya, terjadi penurunan jumlah masyarakat di Indonesia yang kurang aktivitas fisik menjadi 28,5 persen pada tahun 2035.
"Upaya ini tentu melibatkan lintas sektor terkait dan tenaga kesehatan yang ada," ujar Riskiyana pada kesempatan sama.
Memasuki Bulan Suci Ramadan kurang dari sepekan lagi, aktivitas fisik harus tetap dilaksanakan.
Dr Siti Pariani MS MSc PhD FISPH FISCM, Ketua dan Pendiri Komunitas Lansia Sejahtera Surabaya mengatakan, aktivitas fisik dan olahraga penting tetap dilakukan saat puasa.
Tujuannya untuk mencegah tulang keropos (osteoporosis), membuat tulang menjadi lebih kuat, mengurangi risiko patah tulang, hingga memastikan tulang mendapatkan nutrisi baik.
Baca juga: Konsultan Kesehatan Samantha Clayton Beri Tips Olahraga Sambil Menonton Film Favorit
Jika tidak melakukan aktivitas fisik, kepadatan tulang akan terus berkurang seiring bertambahnya usia.
Selain itu otot jadi lembek dan kecil dan sendi menjadi kaku karena tidak digerakkan.
Siti Pariani menyarankan, aktivitas fisik untuk lansia bisa dilakukan selama berpuasa Ramadan dengan intensitas sedang.
Misalnya, jalan kaki jarak dekat, membersihkan rumah, bersepeda santai, naik tangga, hingga berkebun.
"Selain melakukan aktivitas fisik, lansia juga dianjurkan untuk hindari stres, bersosialisasi dan berdoa untuk minta perlindungan pada Tuhan Yang Maha Esa," tutur Siti Pariani.