Drama Korea
Drama Korea Vincenzo Hapus Adegan Iklan Makan Bibimbap dalam Bahasa Mandarin
Produser drama serial TV populer Korea Vincenzo menghapus tampilan adegan kontroversial yakni tampilan iklan produk China.
Video on Demand (VOD) Mr Queen dihentikan karena dampak dari Joseon Exorcist yang dibatalkan penayangannya setelah dua episode mengudara.
Merembet ke drama lain
Buntut dari penghentian mendadak Joseon Exorcist merembet drama Korea lainnya yakni Mr Queen.
Mr Queen juga menghadapi kontroversi serupa atas distorsi sejarah dan penggambaran lucu dari tokoh sejarah nyata.
Seperti yang terjadi pada masa pemerintahan penguasa ke-25 Joseon, Raja Cheoljong.
Pemirsa telah menunjuk penulis skenario Park, yang memiliki dua proyek berturut-turut terlibat dalam kontroversi sejarah serupa.
Layanan video-on-demand (VOD) untuk Mr Queen kemudian dihentikan dari platform streaming lokal Tving selama akhir pekan.
Drama periode mendatang Snowdrop, berlatar tahun 1987, bercerita ketika Korea Selatan mengalami gerakan demokrasi nasional juga mendapat sorotan.
Alasannya, nama karakter mirip dengan aktivis demokrasi yang sebenarnya.
Produser Snowdrop, yang dijadwalkanakan tayang di saluran kabel JTBC akhir tahun ini, merilis pernyataan minggu lalu.
Dia menyangkal tuduhan bahwa proyek menyajikan konten yang mengubah sejarah.
Proyek fantasi sejarah lainnya seperti The Golden Hairpin, diadaptasi dari novel web sejarah China populer, juga terpengaruh dampak skandal Joseon Exorcist.
Orang dalam industri khawatir bahwa debat baru-baru ini dapat menghalangi pencipta untuk memproduksi fiksi atau fantasi sejarah pada masa depan karena takut disensor publik.
Namun para ahli mengatakan bahwa bukan masalah batasan imajinasi jika produser melakukan penelitian sejarah secara benar sebelum membuat karakter atau plot.
Mereka mengatakan, penyiaran juga perlu menyiapkan sistem pemeriksaan silang untuk meninjau proses produksi dan menyaring sumber selama praproduksi.
"Fakta sejarah tidak bisa menutupi setiap momen masa lalu, dan mereka bisa mengisi kekosongan itu dengan imajinasi," kata kritikus budaya Kim Seong-soo.