Partai Politik
AHY Minta Moeldoko Bertanggung Jawab Soal Tudingan Ada Tarikan Ideologi di Partai Demokrat
AHY melanjutkan, Partai Demokrat juga konsisten menolak eksploitasi politik identitas.
"Saya orang yang didaulat untuk memimpin Demokrat."
"Kekisruhan sudah terjadi, arah demokrasi sudah bergeser di dalam tubuh Demokrat," kata Moeldoko melalui postingan instagram miliknya @dr_Moeldoko, Minggu (28/3/2021).
Kepala Staf Kepresidenan itu melihat, ada kecenderungan pertarungan ideologis di tubuh Partai Demokrat jelang Pemilu 2024.
Baca juga: 1,1 Juta Vaksin AstraZeneca Sudah Ludes Distribusikan ke 7 Provinsi, Terbanyak di Jatim dan Bali
Pertarungan disebutnya dilakukan secara terstruktur dan menjadi ancaman bagi cita-cita menuju Indonesia Emas 2045.
Atas dasar itu, Moeldoko menyebut KLB yang digelar bukan hanya untuk menyelamatkan Partai.
Namun, menurutnya hal ini juga untuk menyelamatkan bangsa.
Baca juga: India Lakukan Embargo, Stok Vaksin Covid-19 Indonesia Cuma Cukup Sampai 15 Hari Lagi
"Ada kecenderungan tarikan ideologis itu terlihat di tubuh Demokrat."
"Jadi ini bukan sekedar menyelamatkan Demokrat, tapi juga menyelamatkan bangsa," ucap Moeldoko.
Juru Bicara Partai Demokrat kubu Moeldoko, Muhammad Rahmad, juga menyebut paham radikalisme tumbuh subur pada masa kepemimpinan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Baca juga: UPDATE Covid-19 di Indonesia 29 Maret 2021: Pasien Baru Tambah 5.008, 5.418 Sembuh, 132 Meninggal
Hal itu, kata Rahmad, mengakibatkan banyak kasus intoleransi terjadi di era SBY.
"Semasa SBY menjadi Presiden, diakui bahwa paham radikal tumbuh subur dan seakan-akan mendapat tempat di Indonesia," kata Rahmad kepada wartawan, Senin (29/3/2021).
Kata Rahmad, ketika organisasi radikal dibubarkan oleh pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), pihaknya mendeteksi organisasi itu mencari tempat berlindung ke Partai Demokrat.
Baca juga: Muhammadiyah Bolehkan Tenaga Kesehatan Tangani Kasus Covid-19 Tak Puasa Ramadan, Juga Pasien Positif
Menurutnya, organisasi berpaham radikal itu merasa nyaman dengan Demokrat.
"Setidaknya, kelompok radikal itu merasa nyaman dengan Partai Demokrat."
"Apalagi jika dikasih ruang untuk masuk ke dalam legislatif, maka itu akan membahayakan masa depan Indonesia," ujarnya.
Baca juga: Bom Bunuh Diri di Gereja Katedral Makassar Jadi Aksi Teror ke-552 di Indonesia