All England 2021
Kurniahu Gideon Curiga Dengan Pemulangan Paksa Indonesia dari Kejuaraan All England 2021 di Inggris
Kurniahu Gideon, ayah pebulu tangkis ganda putra Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon, curiga dengan pemulangan paksa Indonesia dari All England 2021.
Penulis: RafzanjaniSimanjorang | Editor: Sigit Nugroho
Hal yang tidak jauh berbeda dengan legenda pebulutangkis Indonesia, Joko Suprianto.
Mantan ranking 1 dunia kategori tunggal putra di era 1993 itu menyayangkan yang telah terjadi, khususnya kurang antisipasinya BWF.
Pasalnya, BWF tak bisa beraksi banyak akibat kebijakan otoritas kesehatan Inggris, National Healthy Service yang memaksa langkah Indonesia terhenti di kejuaraan bergengsi tersebut.
Sialnya lagi, kebijakan memaksa mundur tim Indonesia justru terjadi setelah tiga andalan Indonesia telah bermain, yaitu dua ganda putra Indonesia, Hendra Setiawan-Mohammad Ahsan, Kevin Sanjaya-Marcus Fernaldi Gideon, serta Jonatan Christie.
Ketiganya pun meraih kemenangan.
"Pertama, keputusan itu telat. Seharusnya, BWF koordinasi penuh dengan NHS soal kebijakan, jadi semuanya diberitahu sejak awal," kata Joko.
Baca juga: Alasan Joko Suprianto Tak Berambisi Melatih Pelatnas PBSI
Baca juga: Bantu Pembinaan Usia Muda, Joko Suprianto Tak Ambisi Melatih Pelatnas PBSI
Baca juga: Kisah Unik Pacaran Legenda Bulu Tangkis Joko Suprianto Sesama Pebulu Tangkis
"Ini kurang antisipasi. Padahal, beberapa pemain sudah bertanding. Kedua, service judge di pertandingan Hendra-Ahsan melawan tuan rumah Inggris, justru berasal dari tuan rumah. Ini tidak boleh," ujar Joko.
"Ketiga adalah fakta mengapa ada pemain yang satu penerbangan dengan tim Indonesia masih diizinkan bermain. Tiga hal itu perlu transparansi," ucap Joko.
Joko pun mendukung langkah PBSI yang meminta kejelasan dan keterbukaan.
Menurutnya, klarifikasi begitu penting dan mesti dilakukan dengan langkah-langkah terukur.
"Protes dan langkah tegas boleh, apalagi prosesnya lewat aturan-aturan yang tepat bagaimana antar lembaga sesuai dengan tupoksi masing-masing bisa meminta kejelasan soal ini. Pasti pihak Dubes kita juga nanti menjelaskan informasi resminya, berkaitan dengan otoritas dan kebijakan disana. Kita tunggu," papar Joko.
Jika sudah ada transparansi dan PBSI ingin mengambil langkah kebih lanjut, Joko menyarankan agar semuanya seiya sekata mencari keadilan.
"Perlu diketahui, Badminton Asia Confederation (BAC) juga ada dan PBSI bisa koordinasi juga, supaya lebih kuat nantinya. Bagaimana pun, hal-hal seperti ini demi sportivitas dan kemajuan bulu tangkis itu juga," tutupnya.
Sebelumnya, kontingen Indonesia dipaksa mundur, karena saat penerbangan dari Istanbul ke Birmingham, Sabtu (13/3/2021), terdapat satu penumpang yang terkena Covid-19 yang disebut telah berinteraksi dengan tim Indonesia.
Meskipun tim Indonesia seluruhnya dalam kondisi sehat dan negatif dari Covid-19, NHS justru mewajibkan Indonesia isolasi 10 hari di hotel dan dipaksa out dari turnamen All England.