Stunting

Pemerintah Tetap Berkomitmen Menurunkan Angka Stunting, Meski Diterpa Pandemi Virus Corona

Pandemi Covid-19 membuat segala daya upaya dikerahkan Pemerintah untuk menekan penyebaran virus yang sudah setahun dilaporkan ada di Indonesia.

Penulis: LilisSetyaningsih | Editor: Valentino Verry
ISTIMEWA
ILUSTRASI anak penderita stunting. Meski diterpa badai virus corona, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengatasi persoalan stunting. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Pandemi Covid-19 membuat segala daya upaya dikerahkan Pemerintah untuk menekan penyebaran virus yang sudah setahun dilaporkan ada di Indonesia.

Namun, permasalahan kesehatan bukan hanya Covid-19.

Stunting yang membuat sumber daya manusia sulit bersaing di tengah persaingan global tidak terlupakan.

Komitmen untuk tetap mengentaskan stunting dikemukakan Pemerintah kembali.

Stunting merupakan masalah kekurangan gizi kronis yang disebabkan kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama.

Hal ini menyebabkan anak mengalami perkembangan fisik dan kognitif yang tidak optimal. Anak menjadi pendek serta kecerdasan yang kurang.

Baca juga: Komite III DPD RI Apresiasi NTT Berhasil Tekan Angka Stunting

Baca juga: ULAT Hongkong Dibuat Biskuit oleh Mahasiswa Universitas Brawijaya, Bisa Obati Stunting

"Kami tidak akan setengah-setengah dalam menuntaskan persoalan ini (stunting-red). Segala daya upaya akan kami kerahkan untuk menurunkan angka stunting ke level 14 persen di tahun 2024 mendatang,” ungkap Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan Sekretariat Wakil Presiden Suprayoga Hadi dalam acara Global Forum Human Capital Project 2021 yang diselenggarakan secara virtual di Jakarta, belum lama ini.

Ia menegaskan, Pemerintah Indonesia akan terus fokus menuntaskan stunting meski dihadapkan pada keterbatasan akibat pandemi Covid-19.

Hal ini karena peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi salah satu kunci untuk mengentaskan kemiskinan. 

Saat ini, Indonesia terus mendorong konvergensi program penurunan stunting dari pusat hingga tingkat desa, agar bisa menyasar sasaran program: rumah tangga 1.000 hari pertama kehidupan (1.000 HPK).

Suprayoga mengatakan modal sumber daya manusia (human capital) merupakan elemen yang sangat krusial dalam pemerataan dan pertumbuhan ekonomi negara yang lebih besar.

Kualitas sumber daya manusia yang terbangun dengan baik, kata dia, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kemajuan dan daya saing sebuah negara.

Dalam forum yang dihadiri 79 negara tersebut itu Suprayoga menyebut stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, menurunkan produktifitas, dampak ke depannya menghambat pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kemiskinan serta kesenjangan di tingkat negara.

“Stunting harus segera diatasi. Apalagi mulai 2030 Indonesia akan menghadapi bonus demografi. Jika tidak ditangani dengan baik, maka akan menjadi ancaman besar bagi bonus demografi tersebut. Indonesia harus bisa memanfaatkan sebaik-baiknya bonus demografi itu,” imbuhnya. 

Suprayoga memaparkan, keseriusan Indonesia dalam menuntaskan stunting ditunjukkan melalui komitmen pimpinan nasional yang telah menetapkan bahwa prevalensi stunting untuk dapat diturunkan dari 27,7 persen di tahun 2019 menjadi 14 persen di tahun 2024, yang didukung peningkatan alokasi pendanaan yang terdesentralisasi ke daerah dan desa.

Langkah ini ditujukan untuk mempercepat upaya penurunan stunting di Indonesia hingga level desa.

Selain komitmen di tingkat nasional, kepala daerah menjadi motor bergulirnya program penurunan stunting yang menyasar keluarga 1.000 HPK.

Saat ini, tercatat 358 dari 514 pemimpin daerah berkomitmen mempercepat program pencegahan stunting. 

Baca juga: Ini Cara Cegah Stunting Sejak Dini: Gizi, Pola Asuh dan Berasuransi

Baca juga: Lemhanas: Tahun Depan Pemerintah Perlu Antisipasi Stunting dan Kurang Gizi pada Anak-anak

Menurutnya, investasi yang dilakukan sudah menunjukkan hasil yang cukup signifikan.

Dalam studi persepsi yang dilakukan Sekretariat Wakil Presiden didapati hasil bahwa 70 persen masyarakat menilai bahwa pencegahan stunting adalah hal utama yang perlu dilakukan. 

Sementara itu, Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Satu Kahkonen mengatakan, Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen yang kuat terkait pengembangan modal manusia, khususnya dalam penanganan stunting

Peran masyarakat tentu yang paling penting. Dalam suatu kesempatan Prof Dr Damayanti Sjarif  Sp.A  (K) mengatakan bahwa mencegah stunting harus memperhatian asuapan gizi di 1000 hari pertama kehidupan (dari dalam kandungan hingga bayi berusia 2 tahun).

Asupan gizi terpenting adalah protein. Protein bisa didapatkan dari hewani dan nabati (tumbuhan). Namun dalam hal ini pilih protein hewani. Ada banyak protein hewani seperti daging, ayam, telur, ikan. 

Ia mengatakan, tidak perlu harus ikan salmon, ikan kembung yang harganya jauh dibawah salmon memiliki kandungan gizi yang hampir sama dengan ikan salmon. Susu juga bisa jadi sumber protein yang releatif murah dan gampang diserap tubuh. 

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved