Kesehatan

MSG pada Makanan Rumah Sakit Jadi Solusi Mempercepat Proses Penyembuhan Pasien Lansia

Johanes Chandrawinata MND SpGK  yang juga pakar diet dan gizi klinik menyarankan menambahkan MSG untuk makanan rumah sakit.

Penulis: LilisSetyaningsih |
Food Navigator
Ilustrasi MSG. Penambahan MSG pada makanan bisa menambah nikmat makanan sehingga bisa disantap pasien lansia. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Penggunaan MSG atau monosodium glutamat dalam makanan masih menjadi perdebatan pro dan kontra di masyarakat.

Namun ahli nutrisi Dr Johanes Chandrawinata MND SpGK  yang juga pakar diet dan gizi klinik menyarankan menambahkan MSG untuk makanan rumah sakit.

Alasan Johanes Chandrawinata, penambahan MSG pada makanan ini bisa membuat pasien bisa lebih menikmati makanan rumah sakit.

Bagi mereka yang pernah dirawat inap di rumah sakit, bukan rahasia lagi kerap mengeluhkan rasa makanannya.

Makanan rumah sakit untuk pasien rawat inap seringkali dianggap kurang bumbu dan kurang asin. 

Ditambah lagi kondisinya yang rata-rata makanan tersebut sudah dingin.

Semakin lengkaplah 'derita' pasien yang akan mengonsumsi makanan 'anyep' yang dihidangkan  rumah sakit.

Baca juga: Pakar Gizi ini Sebut Konsumsi MSG Tidak Berbahaya Bagi Kesehatan

Baca juga: Cegah Hipertensi, Sumber Rasa Umami (MSG) Bisa Jadi Alternatif Garam

Padahal pasien rawat inap membutuhkan asupan gizi yang baik untuk memulihkan kondisinya melalui asupan makanan.

Apalagi pasien yang sedang dirawat pasien lanjut usia (lansia).

Mengingat pentingnya asupan makanan untuk pasien rawat inap dan lansia, disarankan makanan yang dihidangkan harus lezat.

Makanan lezat itu bisa membangkitkan rasa ingin makan makanan yang dihidangkan rumah sakit.

Bahkan makanan yang dihidangkan bisa habis dimakan pasien.

Johanes mengatakan, saat diopname di rumah sakit, pasien lansia kurang bersemangat menyantap makanannya.

Akibatnya, proses penyembuhannya menjadi semakin lama.

Dia menyarankan, kelezatan makanan di rumah sakit bisa ditambahkan MSG (monosodium glutamat).

Baca juga: Ahli Gizi: MSG Mampu Tingkatkan Asupan Makanan pada Lansia

Baca juga: Ternyata MSG Aman Bagi Otak

"Sebenarnya penggunaan MSG pada makanan di rumah sakit bisa menjadi solusi untuk mempercepat proses recovery pasien lansia yang diopname," ujar Johanes.

Dia menjelaskannya saat webinar acara bertema 'Edukasi Peran MSG dalam Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Lansia & Strategi Penurunan Asupan Garam, Sabtu (27/2/2021).

 Acara ini diselenggarakan oleh PT Ajinomoto Indonesia bekerjasama dengan Lembaga Riset Ikatan Dokter Indonesia (IDI). 

"Sudah banyak penelitian yang membuktikan hal tersebut," ujar anggota IDKI ini.

Salah satu penelitian tentang MSG dilakukan oleh Shigeru Yamamoto dkk, pada tahun 2009.

Dalam penelitian tersebut, pemberian MSG pada makanan yang dikonsumsi lansia membuat mereka lebih banyak memproduksi saliva.

Hal itu penting untuk membantu proses mengunyah dan menelan pada lansia.

Baca juga: Apa Saja Bahan-bahan Alami Pengganti MSG atau Micin? Berikut Ini Daftarnya

Baca juga: Makanan Tanpa MSG untuk Katy Perry di Belakang Panggung

Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa penambahan MSG pada makanan yang dikonsumsi lansia, membuat nafsu makan  meningkat.

"Kita sadar bahwa salah satu faktor utama penyebab malnutrisi pada lansia adalah turunnya nafsu makan dan juga masalah mengunyah serta menelan, sehingga, peran MSG ini ternyata sangat baik," ucapnya.

Menurut Johanes, penambahan MSG pada makanan diberikan pada lansia sehat dan tidak diopname di rumah sakit, maka sistem imunnya akan terjaga.

Pasalnya, nafsu makan mereka meningkat untuk menyantap makanan bergizi.

"Melakukan diet rendah garam juga menjadi salah satu cara untuk mencegah munculnya penyakit degeneratif."

"Dengan mencegah hal tersebut, peluang kita untuk menjaga sistem imun semakin tinggi. Sudah banyak penelitian tentang penurunan asupan natrium (garam)," ucapnya lagi.

Halim dkk dalam penelitian tahun 2020, Journal of Food Science membuktikan MSG berperan menjaga rasa nikmat makanan walaupun kadar natrium (garam) dikurangi antara 30-60 persen. 

"Dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penurunan asupan garam dapat dicapai tanpa harus mengorbankan cita rasa makanan dengan penambahan MSG secukupnya,” ucap  Johanes.

Sementara itu, PT Ajinomoto Indonesia berharap, masyarakat dapat edukasi dan informasi gizi berdasarkan fakta ilmiah, serta berkontribusi mewujudkan masyarakat Indonesia lebih sehat.

“Kami merasa perlu menyebarkan fakta yang benar dan informatif tentang bumbu umami yang akan mendukung masyarakat Indonesia tetap sehat.  Bahkan saat di situasi pandemi Covid-19,"  kata Katarina Larasati, Public Relations Manager Ajinomoto  Indonesia. 

Umami adalah rasa dasar ke-5 selain manis, asin, asam, dan pahit. 

Di Indonesia orang mengenal umami sebagai rasa gurih. Umami merupakan istilah yang berasal dari Jepang  yang artinya gurih dan lezat. (*)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved