Kesehatan
Cara Mencegah Obesitas Mulai dari Membaca Label Makanan
membaca label akan mencegah risiko obestitas serta penyakit tidak menular lain. Karena kita akan tahu berapa kalori yang masuk ke tubuh.
Penulis: LilisSetyaningsih |
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Pernahkah saat membeli makanan kemasan,Anda membaca labelnya dulu?
Kesannya sepele dan membuang waktu saat membaca label makanan.
Namun membaca label akan mencegah risiko obesitas serta penyakit tidak menular lain.
Ketika membaca label produk makanan, Anda akan mengetahui kalori yang masuk ke dalam tubuh.
Head of Marketing Nutrifood, Susana STP MSc PDEng mengatakan, membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak sesuai anjuran Kementerian Kesehatan RI berperan penting menjaga kesehatan.
Terutama sebagai pencegahan risiko prediabetes dan diabetes bagi orang dengan obesitas.
Selain itu, perlu didukung juga dengan menjaga pola makan sehat, rutin olahraga, istirahat cukup dan deteksi dini.
Baca juga: Gaya Hidup Sehat Masyarakat Meningkat, Pemerintah Diminta Prioritaskan Produk dengan Ekolabel
Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia DR Dhian Dipo MA, memaparkan, saat ini Indonesia mengalami beban ganda mengenai masalah gizi.
Data riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan, kekurangan gizi makro seperti stunting (pendek) dan wasting (kurus) pada balita masih tinggi yaitu 30,8 persen dan 10,2 persen.
Selain itu, kekurangan zat gizi mikro seperti anemia juga masih tinggi.
Data menunjukkan bahwa 1 dari 2 Ibu hamil mengalami anemia (48 persen).
Di sisi lain, Indonesia juga dihadapkan pada masalah gizi lebih (obesitas) terutama pada usia dewasa.
Baik pada pria maupun wanita dengan prevalensi obesitas pada wanita lebih tinggi dari pria.
Data menunjukkan bahwa tingkat obesitas pada orang dewasa meningkat dari 14,8 persen menjadi 21,8 persen.
Prevalensi berat badan berlebih juga meningkat dari 11,5 persen di 2013 ke 13,6 persen di 2018.
"Kondisi pandemi saat ini menghadirkan tantangan tersendiri karena adanya perubahan gaya hidup dan kondisi lingkungan," kata Dipo saat menjadi pembicara di Workshop 'Cerdas Baca Label Kemasan, Hindari Risiko Obesitas', Kamis (4/3/2021).
Baca juga: Obesitas dan Kurang Aktivitas Fisik Jadi Penyebab Utama Diabetes
Pembatasan aktivitas keluar rumah yang dibarengi peningkatan waktu berada di depan gadget, menyebabkan penurunan aktivitas fisik dan peningkatan konsumsi makanan.
Terutama makanan siap saji dan pangan olahan yang dipesan secara online.
Kondisi itu dapat menjadi faktor risiko terjadinya obesitas sehingga dapat berdampak pada peningkatan penyakit tidak menular dan beban ekonomi negara.
Dipo menjeaskan, masyarakat tetap dapat mengambil nilai positif dari kondisi saat ini.
Pandemi virus corona sebagai titik awal untuk kembali pada pola kehidupan sehat dan konsumsi gizi seimbang untuk meningkatkan imunitas.
Gizi seimbang dapat diterapkan dalam isi piring untuk sekali makan yang dipenuhi aneka ragam makanan dan bersumber pangan lokal yang memiliki kandungan fungsional bagi tubuh.
Cermat memilih makanan sehat memerhatikan label makanan ketika membeli produk merupakan langkah awal bijak dalam pemenuhan gizi harian bersumber pangan olahan.
Koordinator Kelompok Standardisasi Pangan Olahan Keperluan Gizi Khusus, Direktorat Standardisasi Pangan Olahan BPOM, Yusra Egayanti SSi Apt MP menjelaskan, kelebihan berat badan dan obesitas dapat dicegah.
Baca juga: Tips Mencegah Si Kecil Alami Obesitas Saat Pandemi Covid-19, Ini yang Harus Dilakukan
Cara mencegah obesitas misalnya pengaturan pola makan dengan prinsip gizi seimbang.
Salah satunya membatasi asupan gula garam lemak yang dikonsumsi.
Sebagai upaya mengetahui asupan gula, garam, dan lemak dari pangan olahan kemasan, masyarakat disarankan lebih cermat membaca label kemasan pangan olahan yang dikonsumsi.
Masyarakat harus memerhatikan 4 informasi nilai gizi dalam label kemasan yaitu jumlah sajian per kemasan, energi total per sajian, zat gizi (lemak, lemak jenuh, protein, karbohidrat (termasuk gula)) dan persentase AKG (Angka Kecukupan Gizi) per sajian.
Yusra Egayanti SSi Apt MP mengatakan, idealnya dalam sehari, masyarakat dapat mengonsumsi gula sebanyak 50 gram atau setara dengan 4 sendok makan, garam sebanyak 5 gram atau setara dengan 1 sendok teh.
Serta lemak total sebanyak 67 gram atau 5 sendok makan.
Selalu cermat membaca label kemasan dan menjadikannya sebagai kebiasaan, maka masyarakat akan lebih cerdas untuk memilah zat gizi.
Baca juga: Penyintas Covid-19 dan Kanker, Ibu Menyusui, Serta Penderita Diabetes dan Hipertensi Boleh Divaksin
Masyarakat juga harus dibatasi agar terhindar dari berbagai penyakit salah satunya obesitas, prediabetes dan diabetes.
Jumlah sajian yang dikonsumsi memengaruhi jumlah kalori dan dan asupan zat gizi.
Sajian per kemasan 15 maka jika dikonsumsi seluruh isi kemasan maka akan diperoleh 1500 kkal.
Sajian (27 gram) energi total 150 kkal dengan 60 kkal dari lemak, maka energi per kemasan 2250 kkal dan 900 kkal dari lemak.
Artinya, mengonsumsi 1 kemasan memenuhi 2250/2150 kkal kebutuhan kalori.
Tentunya harus memerhatikan asupan pangan lainnya baik yang diolah di rumah atau dari jajanan di restoran.
Zat gizi menunjukkan kandungan gula, garam, lemak, dan gizi mikro yang penting untuk kesehatan seperti vitamin, kalsium, zat besi, dan sebagainya.
Persentase AKG menunjukkan jumlah zat gizi per saji dibandingkan acuan label gizi dan dikalikan 100 persen.