Kudeta di Myanmar

Junta Militer Myanmar Ancam Demonstran akan Kehilangan Nyawa jika Teruskan Aksi Mogok Nasional

Polisi dilaporkan menembaki para demonstran di Kota Mandalay pada Sabtu lalu hingga menewaskan dua orang

Tribunnews.com
Demonstran berbaris selama protes menentang kudeta militer, di dekat kuil di Bagan, Myanmar 18 Februari 2021 

Wartakotalive.com - Junta militer Myanmar pada Minggu (21/2/2021) memperingatkan pengunjuk rasa antikudeta bahwa mereka akan 'kehilangan nyawa' jika menghadang petugas jelang aksi pemogokan nasional.

Peringatan ini muncul setelah protes pro-demokrasi yang diwarnai kekerasan sejak kudeta militer pada 1 Februari 2021 lalu.

Polisi dilaporkan menembaki para demonstran di Kota Mandalay pada Sabtu lalu hingga menewaskan dua orang.

"Ditemukan bahwa pengunjuk rasa telah meningkatkan hasutan mereka terhadap kerusuhan dan massa anarki pada hari (Senin) 22 Februari."

"Para pengunjuk rasa sekarang menghasut orang-orang, terutama remaja dan pemuda yang emosional, ke jalur konfrontasi di mana mereka akan menderita kehilangan nyawa," kata Dewan Administrasi Negara, sebutan untuk junta militer yang mengendalikan negara pada Minggu di MRTV.

Dilansir CNN, beberapa video viral pada Minggu dan Senin ini menunjukkan kawat berduri menghalangi jalan menuju beberapa kedutaan asing di Yangon, titik terjadinya protes baru-baru ini.

Rekaman juga memperlihatkan kendaraan polisi dan militer berlalu-lalang di jalan.

Para pengunjuk rasa menyerukan pemogokan, dengan semua kantor dan toko tutup pada Senin.

Aktivis mendesak semua warga untuk bergabung dalam protes, yang dikenal sebagai "Five Twos" mengacu pada tanggal di hari Senin (22/2/2021).

"Besok 22.2.2021 akan menjadi hari bersejarah yang besar. Tetap awasi kami dan doakan kami, teman-teman," kata kelompok aktivis protes terkemuka, Gerakan Pembangkangan Sipil dalam cuitannya, Minggu (21/2/2021).

Tidak Mundur Meskipun Ada Ancaman Nyawa

Dilansir DW, terkait dua demonstran tewas di Mandalay, Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) menyebut, kekerasan oleh aparat sebagai kejahatan kemanusiaan.

Junta militer bahkan memperingatkan massa yang berencana melakukan protes nasional pada hari ini untuk berhenti atau akan kehilangan lebih banyak nyawa.

Namun, peringatan ini tidak menghentikan pengunjuk rasa yang menginginkan agar Myanmar kembali pada demokrasi.

"Jumlah orang akan meningkat. Kami tidak akan berhenti," kata pengunjuk rasa Yin Nyein Hmway di Yangon.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved