Imlek 2572

Ini Simbol Makna Jeruk dan Apel saat Perayaan Imlek 2572

Locu Klenteng Hok Tek Bio, Ciampea, Kabupaten Bogor, Kristan, mengatakan orang Tionghoa memiliki banyak simbol bermakna.

Penulis: Muhammad Azzam | Editor: Valentino Verry
Istimewa
Ilustrasi buah jeruk. Bagi etnis Tionghoa, buah jeruk selalu ada saat perayaan Imlek 2572, karena menyimbolkan rezeki. 

WARTAKOTALIVE.COM, BOGOR - Locu Klenteng Hok Tek Bio, Ciampea, Kabupaten Bogor, Kristan, mengatakan orang Tionghoa memiliki banyak simbol bermakna.

Menurutnya, saat ritual ibadah, umat Konghucu biasanya tak lepas dari buah jeruk dan apel yang berkaitan dengan Yin dan Yang.

"Orang Tionghua itu merupakan simbol. Jeruk itu simbol rezeki Xiang. Apel panjang umur. Artinya itu ucap syukur Imlek," ujarnya, Kamis (11/2/2021).

Lebih lanjut, Kristan menjelaskan bahwa Imlek itu bermakna bahwa hidup itu harus lebih baik lagi ke depannya.

"Imlek ini menjadi momentum agar kita lebih baik ke depannya. Semangat Imlek itu adalah sebagai syukur dan memperbaiki diri agar lebih baik ke depannya," bebernya.

Klenteng Hok Tek Bio, Ciampea, Kabupaten Bogor termasuk Klenteng yang membuka ibadah bagi para umat Konghucu saat perayaan Imlek.

Dalam pelaksanaan ibadah, Klenteng Hok Tek Bio mengikuti anjuran Pemerintah dengan menerapkan protokol kesehatan 5M.

Jelang perayaan Imlek, Klenteng Hok Tek Bio, memberikan kesempatan umat Konghucu beribadah.

Menurut Kristan, mengatakan Klenteng tersebut melakukan pembatasan juga penerapan protokol kesehatan terhadap jemaat yang datang.

Kendati demikian, Kristan menegaskan bahwa saat pelaksanaan ritual ibadah berjalan seperti biasa.

"Persiapan kita tentu mengikuti instruksi pemerintah terkait 5 M. Yang penting kita siapkan untuk semua ritual persembayangan itu dengan ornamen-ornamen dan makanan serta buah-buahan untuk persembahan kita siapkan seperti biasa," ujarnya.

Terkait mekanisme pengunjung yang datang, Kristan membeberkan bahwa pengunjung yang datang dibatasi dengan maksimal lima orang.

"Untuk pengunjung, kita atur untuk tidak berbarengan, tidak kerumunan. Artinya paling satu per satu keluarga. Kita bikin pakai buku tamu," paparnya.

"Kita punya kebijakan bahwa jika ada yang ingin beribadah itu dipersilakan. Tapi maksimal itu 3 orang 5 orang dan itu tidak boleh berbarengan," tambahnya.

Selain itu, Kristan menjelaskan bahwa total orang Tionghoa di Kecamatan Ciampea dan Rancabungur mencapai ribuan orang.

"Total orang Tionghoa di Kecamatan Ciampea dan Rancabungur ada sekitar 6.000-an," bebernya.

Kristan menambahkan, untuk satu kali ritual ibadah, umat Konghucu biasanya menghabiskan waktu maksimal 1,5 jam.

"Ritual ibadah itu maksimal 1,5 jam," tandasnya.

Sumber: Warta Kota
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved