Impor BBM

Di saat Pandemi Virus Corona Impor BBM oleh PT Pertamina Justru Naik 13,5 persen

Di luar dugaan, konsumsi bahan bakar selama masa pandemi virus corona ini justru meningkat. Buktinya, impor BBM oleh PT Pertamina justru meningkat.

Editor: Valentino Verry
thinkstockphotos
Ilustrasi. Di luar dugaan, konsumsi bahan bakar selama masa pandemi virus corona ini justru meningkat. Hal tersebut terlihat dari data PT Pertamina (Persero) yang akan impor BBM sebesar 113 juta barel pada tahun 2021, naik 13,5 persen dibanding volume impor sepanjang 2020 sebanyak 97,8 barel. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di luar dugaan, konsumsi bahan bakar selama masa pandemi virus corona ini justru meningkat.

Hal tersebut terlihat dari PT Pertamina (Persero) yang akan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar 113 juta barel pada tahun 2021, naik 13,5 persen dibanding volume impor sepanjang 2020 sebanyak 97,8 barel. 

"Pada tahun 2021 kami memprediksi total volume impor BBM kita naik 13,5 persen dibandingkan 2020," ucap Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR di komplek Parlemen, Jakarta, Selasa (9/2/2021).

Impor BBM pada tahun terbagi dua jenis yaitu impor premium sebesar 53,7 juta barel dan pertamax 53,3 juta barel. 

Ia menjelaskan, tahun ini penjualan BBM non subsidi diperkirakan mencapai 162,56 juta barel dan BBM bersubsidi sebesar 47,69 juta barel. 

Angka ini naik dibandingkan realisasi penjualan BBM pada tahun lalu sebesar 139,34 juta barel untuk non subsidi dan 53,35 juta barel untuk BBM bersubsudi.

Selain adanya kenaikan volume, kata Nicke, harga acuan dunia diperkirakan mengalami kenaikan menjadi 51,7 dolar AS per barel untuk premium dan 53,5 dolar AS per barel untuk pertamax. 

"Ini ada kenaikan harga mengikuti pergerakan harga gasoline di Singapur hub," ucapnya. 

Diketahui, pada tahun lalu harga beli BBM impor pada kisatan 45,5 dolar AS hingga 45,7 dolar AS per barel.

PT Pertamina juga menerbitkan obligasi global sebesar 1,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp 26,6 triliun (kurs Rp 14.000 per dolar AS). 

Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini mengatakan, dana obligasi global tersebut akan digunakan untuk belanja modal perseroan dalam menjalankan tugasnya di sektor minyak dan gas bumi. 

"Rabu lalu kita terbitkan 1,9 miliar dolar AS yang terdiri dari 1 miliar dolar AS untuk tenor 5 tahun di 1,4 persen kuponnya. Kemudian sisanya (900 miliar dolar AS) tenor 10 tahun di 2,3 persen," ujar Emma saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR di komplek Parlemen, Jakarta, Selasa (9/2/2021).

Emma menjelaskan, alasan tenor obligasi global yang diterbitkan perseroan pada saat ini lebih singkat dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya, sebagai upaya menekan biaya pengeluran dari kupon. 

"Kami pilih yang pendek tenornya,  ini juga untuk lowering cost of date. Jadi kemarin-kemarin tenornya panjang-panjang, dengan tenor panjang tentunya kupon juga akan semakin menekan," papar Emma.

Diketahui, Pertamina pada tahun ini menyiapkan dana investasi sebesar 10,7 miliar dolar AS, naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya. 

Dana tersebut dialokasikan untuk sektor atau bisnis hulu, membangun kilang BBM, pabrik petrokimia, dan lainnya. (Seno Tri Sulistiyono)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved