Diuji Coba Tiga Hari, Anies Akui Flyover Tapal Kuda Lenteng Agung Masih Minim Marka
Anies Baswedan meyakini, flyover tapal kuda Lenteng Agung tersebut mampu mengurai kepadatan kendaraan yang selama ini mendera di sekitar lokasi.
Penulis: Fitriyandi Al Fajri | Editor: Mohamad Yusuf
Seperti diketahui, Pemprov DKI Jakarta membangun empat konstruksi di jalan raya di wilayah setempat.
Tiga di antaranya merupakan FO dan satu konstruksi lagi adalah underpass.
Empat konstruksi itu adalah FO Lenteng Agung, FO Tanjung Barat, FO Tanjung Barat, FO Cakung dan underpass Senen.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho mengatakan, proyek itu dimulai sejak tahun 2019 dan memakai dua mata sumber anggaran.
Pertama melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) serta kedua pinjaman pemerintah pusat melalui PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero).
“Dari dana itu (pinjaman pemerintah pusat) kami dapat sekitar Rp 850 miliaran,” jelas Hari.
Dia menjelaskan, dana sebanyak itu tidak hanya untuk proyek lanjutan FO tapal kuda Lenteng Agung dan Tanjung Barat saja.
Tapi untuk proyek lainnya seperti FO Cakung, Jakarta Timur, underpass Senen Jakarta Pusat dan sebagainya.
Kata dia, pemerintah lebih memilih membangun FO ketimbang underpass di Lenteng Agung dan Tanjung Barat karena beban kerjanya lebih ringan.
Di ruas setempat, ujar dia, terdapat perlintasan rel kereta Commuter Line sehingga proyeknya lebih sulit.
Selain itu pembangunan underpass dianggap bisa memicu kemacetan total, karena ruas Jalan Raya Lenteng Agung dipastikan ditutup.
Sementara pembangunan FO, hanya memakan sebagian badan jalan saja.
“Kalau underpass itu bisa ditutup permanen, bayangin itu macetnya nanti kayak apa. Kemudian, secara pekerjaan lebih enak FO meski dari sisi biaya barangkali hampir sama,” ungkapnya.
Harapan Sopir Angkot Tambah Penghasilan
Sopir angkot S15 jurusan Pasar Minggu-Cijantung, Mirwan (59) mengaku belum mendapatkan surat edaran dari Koperasi Wahana Kalpika terkait ujicoba flyover Tanjung Barat.