Imlek
7 Jenis Kue Imlek Wajib Disajikan yang Melambangkan Rejeki dan Mendatangkan Kebahagiaan
Beragam kue imlek tidak sekedar disajikan, namun punya makna khusus diharapkan bisa membawa kebahagiaan
Penulis: Dian Anditya Mutiara | Editor: Dian Anditya Mutiara
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Ternyata beragam kue dan hidangan untuk perayaan Imlek tidak saja disajikan untuk dimakan, tapi punya makna tersendiri.
Kue dengan rasa manis akan banyak mengisi meja di rumah warga Tiongho saat perayaan imlek.
Bahkan kue Imlek sebagai lambang keberuntungan. Kue ini juga dipakai untuk sajian di altar.
Apa saja ya kue Imlek yang akan disajikan?
Selain Kue Keranjang, kue-kue lain yang biasa dihidangkan saat Imlek, di antaranya Kueku, Kue Lapis Legit, dan Wajik..
Baca juga: Lagu Mandarin Ai Ni Yi Wan Milik Andy Lau Bikin Wanita Pusing saat Imlek 2572 dan Valentine
Baca juga: Jelang Perayaan Imlek, Produksi Hio atau Dupa Mulai Meningkat Meski Ditengah Pandemi
Sifat kue yang lengket dan rasa manis pada kue-kue ini tak sekedar kenikmatan di dalam mulut saja lho.
Ada makna filosofis kue imlek yang terkandung di balik sajiannya.
Berikut beberapa jenis kue Imlek yang dirangkum dari berbagai sumber
1. Kue Keranjang

Pasti semua tahu kue keranjang atau kue dodol cina paling populer disajikan saat Imlek.
Menjelang Tahun Baru Cina ini, biasanya sebagian pedagang makanan menawarkan Kue Keranjang.
Bentuk bulat dari kue keranjang melambangkan harapan keluarga yang selalu bersatu dan juga rukun.
Sebagian orang juga akan menyusun kue khas Imlek ini secara bertingkat dari ukuran paling besar hingga yang terkecil paling atas untuk melambangkan rejeki dan kemakmuran yang meningkat.
Tekstur dari makanan khas Imlek ini lengket dan merupakan simbol dari keakraban antar anggota keluarga.
Kue keranjang juga bisa kamu nikmati dengan cara di goreng dengan campuran tepung terigu dan juga telur.
Baca juga: 5 Resep Hidangan Spesial Imlek Rumahan yang Wajib Disajikan untuk Keluarga
Baca juga: Penjual Aksesoris Imlek 2572 Mulai Ramai di Kota Tangerang
2. Kue Mangkok

Selain kue keranjang, kue yang sering hadir pada saat perayaan Tahun Baru Imlek adalah kue mangkuk.
Biasanya kue ini diletakkan pada bagian puncak dari susunan kue keranjang dan dibuat dengan warna merah yang memang identik dengan perayaan Imlek.
Bentuk kue mangkuk yang mekar ini melambangkan rejeki yang berkembang.
"Untuk Imlek biasanya merah yang mewakili kegembiraan. Untuk Kueku yang berwarna hijau, biasanya disajikan saat sedang berduka," ujar Indrawati atau Gouw Yang Giok yang memiliki bisnis batik peranakan Tionghoa di Kota Cirebon.
4. Kue Ku

Di negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura, kue ku lebih dikenal dengan nama ang ku kue atau seringkali ditulis ang ku kwe, yaitu simbol kura-kura yang melambangkan umur panjang.
Warna merah melambangkan keberanian, sesuai dengan legenda untuk menakuti monster “Nian“ yang takut dengan warna merah dan suara keras.
Selain warna merah, ada juga kue ku berwarna hijau, merah muda, dan hitam.
Di Jawa, kue ku banyak dijumpai di Yogyakarta. Selain Yogyakarta, kue ini juga ditemukan di Jawa Timur dengan nama “mata kebo“.
Mata kebo khas Jawa Timur ini berwarna merah dan hijau. Berbeda dengan Yogyakarta, mata kebo khas Jawa Timur biasa dibuat dengan permukaan yang lebih halus.
Jika biasanya kue ku menggunakan isian gula kelapa yang manis-legit, mata kebo justru memakai gula pasir. Alhasil, warna isiannya lebih cerah dibandingkan kue ku.
Di Tuban, kue ku juga seringkali disebut dengan “kue thok“.
Kudapan ini dinamai kue thok oleh masyarakat Tuban karena saat mengeluarkannya dari cetakan, kue harus diketuk kencang supaya terlepas dari cetakan.
Menyerupai cangkang kura-kura, tak heran bila kue ini pun diakrabi pula dengan istilah Kue Kura-kura.
"Makna filosofis Kueku adalah umur panjang. Makanya bentuknya kura-kura karena hewan ini punya umur panjang," jelas Giok.
5. Manisan

Kuliner khas Imlek selanjutnya adalah manisan yang disajikan dalam kotak atau tempat berbentuk persegi delapan.
Manisan berbentuk persegi delapan ini sering disebut juga “tray of happines.”
Tradisi Tionghoa mempercayai tiap angka membawa maknanya masing-masing.
Bagi masyarakat Tionghoa, angka delapan melambangkan keberuntungan.
Oleh karena itu, manisan kotak segi delapan diibaratkan sebagai simbol mengawali tahun baru dengan penuh keberuntungan.
Kehadiran manisan ini memiliki banyak makna seperti manisan biji teratai yang melambangkan kesuburan dan manisan leci sebagai lambang keluarga yang kuat.
Sementara, rasa manis mengandung makna kegembiraan atau kesenangan.
6. Kue Lapis Legit

Menurut food writing expert, Hiang Marahimin, lapis demi lapis pada cake yang tak lekang waktu ini menjadi simbol kemakmuran atau hoki yang berlapis-lapis.
“Lapis Legit memang memenuhi kriteria kue yang dibanggakan. Tampilan dan rasanya mewah, mahal karena bahan-bahannya. Membuatnya pun sulit. Dulu bikinnya di atas oven api arang. Panasnya bukan main dan abunya kesana-kemari,” ujarnya.
Lapis legit dulu dikenal dengan nama Spekkoek. ‘Spek’ berarti lemak dari hewan dan ‘koek’ adalah kue
Ia pernah mencari tahu tentang Spekkoek di Belanda dan menemukan jawabannya di sebuah buku masak setempat. Buku tersebut menunjukkan foto kue yang berlemak.
Dibanding versi Indonesia, teksturnya lebih kasar. Digunakan telur utuh (tidak hanya kuningnya) dan jumlah yang lebih banyak.
7. Wajik

Serupa dengan Kueku, Wajik yang dibuat dari ketan juga mengandung makna keterikatan.
Ketan teksturnya lengket.
"Biasanya pas Imlek wajik yang disajikan dibentuk tumpeng (piramida)," tutur Giok.
Manisnya rasa wajik dimaknai sebagai harapan untuk hidup dengan suka cita. Sementara bentuk tumpeng menandai hidup harus menjulang ke atas.
"Hidup harus naik, harus ada pencapaian, harus ada makna," ucapnya.
"Kita diharapkan akrab dengan saudara dan orang lain. Kita bisa mengumpulkan rejeki sampai mengunung-gunung karena wajik ini tidak kita potong-potong, tapi bentuknya tumpeng," terangnya. (*)