Demo Pedagang Daging Sapi

Meski Sudah Demo Mogok tak Berjualan Tiga Hari, Harga Daging Sapi di Pasar Serpong Tetap Tinggi

Demo mogok berjualan selama tiga hari oleh pedagang daging sapi, ternyata kurang efektif. Buktinya, harga komoditas itu tetap mahal.

Editor: Valentino Verry
Warta Kota/Rizki Amana
Pedagang daging sapi di Pasar Serpong mulai berjualan usai mogok selama tiga hari. Harga komoditas tersebut di eceran tetap mahal, yakni sekitar Rp 120.000 per kilogram. 

WARTAKOTALIVE.COM, TANGSEL - Demo mogok berjualan selama tiga hari oleh pedagang daging sapi, ternyata kurang efektif. Buktinya, harga komoditas itu tetap mahal.

Seperti diketahui, Rabu (20/1/2021) hingga Jumat (22/1/2021) para pedagang daging sapi di Jabodetabek menggelar aksi mogok. Mereka memprotes harga di tingkat rumah pemotongan hewan (RPH) yang tinggi.

Setelah berdemo tiga hari, Sabtu (23/1/2021), para pedagang komoditas daging sapi kembali beraktivitas.

Arwan (44), Ketua Paguyuban Pedagang Sapi Pasar Serpong, mengatakan para pedagang terpaksa membuka lapaknya dengan menjual daging sapi di kisaran harga Rp 120.000 per kilogram. 

"Mulai jualan kemarin ya tanggal 23 Januari 2021, harga jualnya masih mahal Rp 120.000 per kilogram," kata Arwan kepada Wartakotalive.com di lokasi, Serpong, Kota Tangsel, Minggu (24/1/2021).

Menurut Arwan, dibukanya lapak para pedagang itu dikarenakan permintaan para pelanggan yang didominasi pedagang bakso dan rumah makan. 

Kendati telah membuka lapak, ia mengaku tak dapat meningkatkan harga dikarenakan kondisi pembeli yang juga mulai menurun akibat roda peputaran ekonomi yang tak berjalan mulus di tengah pandemi Covid-19.

"Ya sebenarnya kalau mau untung, ya jual harga Rp 130.000. Cuma kan kondisinya lagi gini kan, kita mau naikin juga nanti konsumen enggak ada pada kabur karena terlalu mahal," jelasnya. 

Hal senada turut disampaikan pedagang daging sapi lainnya bernama Ismed (35). Ia mengaku membuka lapak dagangannya itu ditengarai akan permintaan para pelanggannya yang didominasi para pedagang bakso dan rumah makan. 

"Ya sebenarnya bingung pak, ini respons dari atas belum ada, cuma karena konsumen sudah banyak permintaan bingung juga," kata Ismed. 

Ismed menjelaskan kenaikan harga daging sapi dari penyuplai membuat dirinya tak berkutik. Sebab, dirinya terpaksa menjual dengan harga yang tak terlampau tinggi untuk dapat mempertahankan para pelanggannya berbelanja di lokasi tersebut. 

Ditambah situasi pandemi Covid-19 yang mematikan sejumlah roda perekonomian di masyarakat. 

"Sebenarnya bukan untung untuk jualan, karena harganya masih tinggi. Kalau harus ikutin harga pasar itu harus Rp 140.000 atau Rp 135.000. Cuma mau gimana karena daya penjualan enggak kuat, ya kita ikutin saja kalau mau kuat penjualannya dijual Rp. 120.000," pungkasnya. 

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved