Berita Nasional

Pasang Badan untuk Gus Yaqut, Zuhairi Misrawi Siap Layani Tantangan Debat Terbuka dari Fadli Zon

Zuhairi Misrawi menyatakan sebagai kader Nahdlatul Ulama, dia siap menggantikan Menag Gus Yaqut untuk meladeni debat terbuka dengan Fadli Zon

Editor: Feryanto Hadi
istimewa
Direktur Muslim Moderat Society Zuhairi Misrawi 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA-- Tokoh Nahdlatul Ulama Zuhairi Misrawi siap untuk melayani debat terbuka dengan politisi Partai Gerindra, Fadli Zon

Gus Mis, sapaan Zuhairi, mengaku bersedia menggantikan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang sebelumnya ditantang oleh Fadli Zon untuk debat terkait Populisme Islam.

Tantangan itu dilontarkan Fadli Zon terkait pernyataan Gus Yaqut mengenai populisme Islam.

Fadli Zon menyatakan tantangannya kepada Gus Yaqut itu melalui akun Twitter-nya @fadlizon pada Senin (28/12/2020).

Baca juga: Aksi Blusukan Risma ke Ciliwung Disorot, Dianggap Jadi Pesaing Kuat Anies Baswedan di Pilgub DKI

"Ayo kita berdebat di ruang publik apa itu “populisme”, “populisme Islam"," tulis Fadli Zon.

"Dan apa urusannya Menag ngurusi ini. Apa tupoksinya?" tambahnya.

Dalam cuitannya tersebut, Fadli Zon juga menautkan sebuah berita mengenai pernyataan Gus Yaqut terkait populisme Islam.

Fadli Zon dalam workshop bertajuk 'The Role of Parliamentarians in Addressing the Challenges of COVID-19 through Implementation of Existing International Biosecurity and Biosafety Frameworks'  (Peran Parlemen Dalam Menjawab Tantangan Global COVID-19 Melalui Kerangka Biosecurity dan Biosafety Internasional) yang diadakan oleh Parliamentarians for Global Action dan diikuti oleh sejumlah anggota parlemen dari Indonesia dan Malaysia pada Selasa (22/09/2020).
Fadli Zon dalam workshop bertajuk 'The Role of Parliamentarians in Addressing the Challenges of COVID-19 through Implementation of Existing International Biosecurity and Biosafety Frameworks' (Peran Parlemen Dalam Menjawab Tantangan Global COVID-19 Melalui Kerangka Biosecurity dan Biosafety Internasional) yang diadakan oleh Parliamentarians for Global Action dan diikuti oleh sejumlah anggota parlemen dari Indonesia dan Malaysia pada Selasa (22/09/2020). (istimewa)

Diberitakan sebelumnya, dikutip dari KompasTv, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan bahwa Indonesia berdiri karena ada berbagai agama yang ada di Indonesia.

Baca juga: Istri Salat Subuh, Ayah Sambung Cabuli Anak Tirinya yang Masih SMP, Anak Ngadu ke Ayah Kandung

"Saya sampaikan berkali-kali di banyak kesempatan dan saya kira ini masih sangat kontekstual meskipun posisi berbeda, dulu ketika masih aktif di Gerakan Pemuda Ansor dan Banser," kata Yaqut dalam Silaturahmi Nasional Lintas Agama di Mapolda Metro Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Minggu (27/12/2020).

"Saya selalu katakan tidak ada Indonesia jika tidak ada Islam, tidak ada Kristen, tidak ada Katolik, tidak ada Hindu, tidak ada Buddha, tidak ada Konghucu, dan tidak ada agama-agama lokal yang lain," tambahnya.

Baca juga: Tanggapi Persoalan Lahan di Megamendung, Mahfud MD: Kalau untuk Keperluan Pesantren Teruskan Saja

Karena itu, Indonesia berdiri karena kesepakatan antarkultur dan agama.

"Indonesia itu berdiri sebagai kesepakatan antarkultur, antarbudaya, dan agama yang ada di Indonesia, jadi barang siapa ingin menghilangkan satu sama lain atas dasar agama maka artinya mereka tidak mengakui Indonesia, mereka tidak memiliki rasa keindonesiaan," katanya.

Namun, akhir-akhir ini, kesepakatan itu tampak mulai goyah.

Salah satunya karena ada pihak-pihak yang menjadikan agama sebagai norma konflik.

Baca juga: Aktivis ProDem: Lahan untuk Ibadah Diributin, Jutaan Hektar untuk Memperkaya Taipan Malah Disubsidi

"Itu norma yang kemarin sempat berkembang atau istilah kerennya populisme Islam. Saya tidak ingin, kita semua tentu saja tidak ingin populisme Islam ini berkembang luas sehingga kita kewalahan menghadapinya," ujar dia.

Menurut Menag, agama adalah inspirasi bukan aspirasi.

"Agama dijadikan norma konflik itu dalam bahasa paling ekstrem siapa pun yang berbeda dengan keyakinannya, maka dia dianggap lawan atau musuh, yang namanya musuh atau lawan ya harus diperangi," katanya.

Karena itu, dia mengajak semua menjadikan agama sebagai sumber kedamaian.

"Saya mengajak kita semua menjadikan agama sebagai inspirasi bukan sebagai aspirasi," ujarnya.

Baca juga: Terungkap, ini Alasan Gisel Rekam Video Syur Bersama MYD di Hotel Medan 2017 Lalu

Disambut Zuhairi

Sejauh ini Gus Yaqut belum memberikan jawaban atas tantangan debat terbuka dari Fadli Zon.

Sementara itu, Gus Mis menyatakan sebagai kader Nahdlatul Ulama, dia siap menggantikan Menag Gus Yaqut untuk meladeni debat terbuka dengan Fadli Zon

"Soal Bahaya Populisme Islam, saya siap berdebat dengan Fadli Zon," tulis Gus Mis yang juga politisi PDI Perjuangan di akun Twitternya, dilihat Wartakotalive.com, Rabu (30/12/2020).

Baca juga: Pilkada DKI Tak Lama Lagi, Tokoh Betawi Diminta Berani Calonkan Diri sebagai Pemimpin Daerah

Baca juga: Aksi Blusukan Risma ke Ciliwung Disorot, Dianggap Jadi Pesaing Kuat Anies Baswedan di Pilgub DKI

"Saya sebagai kader NU, seperti Menag yang kader NU punya kegelisahan yang sama. Biar Menag fokus mengabdi pada negeri, cukup kader NU saja yang melayani tantangan debat Fadli Zon. Bisa gelar di FISIP UIN Jakarta," imbuhnya.

Pernyataan dari Gus Mis tersebut juga mendapatkan banyak respon dari sejumlah tokoh dan warganet.

Baca juga: Dicecar 20 Pertanyaan, Babe Haikal Ungkap Momen Lucu Ketika Diminta Bukti Bertemu Rasulullah

Termasuk warga Nahdlatul Ulama yang punya pendapat lain tentang populisme Islam.

Salah satunya Umar Hasibuan, yang menantang balik Zuhairi Misrawi untuk berdebat di kantor PBNU.

"Soal populisme Islam itu tidak berbahaya. Saya siap berdebat dengan anda Zuhairi. Saya sebagai kader NU dan warga Indonesia tak punya kegelisahan dengan populisme Islam. Biar @fadlizon fokus mengabdi pada negeri. Cukup saya saja yang ladenin anda. Bisa digelar di kantor PBNU," tulis Umar Hasibuan

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved