Waduh, Jelang Akhir Tahun 2020 Utang Pemerintah Hampir Tembus Rp 6.000 Triliun
Menjelang akhir tahun posisi utang pemerintah pusat hampir tembus Rp 6.000 triliun atau telah mencapai Rp 5.910,65 triliun per akhir November 2020.
Hal itu terjadi karena adanya kebijakan fiskal countercyclical yang luar biasa diberikan oleh seluruh negara di dunia, tidak hanya G-20.
Bahkan untuk kategori negara maju anggota G-20, kenaikan rasio utangnya terhadap GDP meningkat.
Baca juga: Pangdam Jaya Usulkan FPI Dibubarkan, Sekjen PKS: Aneh, Offside
"Mereka (negara maju G-20) rata-rata utang selama ini sebelum krisis (pandemi Covid-19) sudah ada di tingkat yang cukup tinggi, yaitu sekira 100 persen dari GDP. "
"Sekarang melonjak di sekira 130 persen GDP," ujarnya dalam konferensi pers 'APBN KiTa Edisi November 2020' secara virtual, Senin (23/11/2020).
Sri Mulyani menjelaskan, rasio utang negara berkembang di G-20 juga mengalami peningkatan, meski tidak sedahsyat negara maju.
Baca juga: Dapat Izin dari Pemerintah Pusat, Pemprov DKI Tak Mau Langsung Gelar Belajar Tatap Muka di Sekolah
"Untuk G-20 emerging country rata-rata utang mereka adalah di sekira 50 persen dari GDP."
"Sekarang naik menjadi hampir mendekati 60 persen atau 70 persen dari GDP," ungkapnya.
Rasio utang Indonesia terhadap GDP yang tadinya ada di batas 30 persen, juga naik menjadi 36 hingga 37 persen terhadap GDP.
Baca juga: Cuma Sekolah yang Lolos Kualifikasi Protokol Kesehatan Boleh Belajar Tatap Muka Mulai Januari 2021
"Memang masih ada di bawah (rata-rata)."
"Namun, itu tidak berarti kita tidak waspada."
"Kita tetap akan terus menjaga kondisi semua hal ini, supaya ekonominya tetap baik dan fiskalnya berkelanjutan," ucap Sri Mulyani.
Baca juga: UPDATE Kasus Covid-19 Indonesia 23 November 2020: Pasien Positif Tembus 502.110 Orang, 16.002 Wafat
Dengan adanya defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di atas 4 persen, maka pembiayaan utang hingga 31 Oktober 2020 mencapai Rp 958 triliun.
Jumlah pembiayaan utang tersebut naik sebesar 143,8 persen, dibandingkan realisasi periode sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 393,2 triliun.
"Namun, ini masih 78,5 persen dari target di Perpres 72 Tahun 2020."
Baca juga: Peringatan Dini Cuaca Jabodetabek 23 November 2020: Batuceper Hingga Mauk Hujan Sedang-Deras
"Yang pembiayaan utangnya diindikasikan akan mencapai Rp 1.220 triliun," terang Sri Mulyani.