Cara Orang Tua Mengenali Tanda-tanda Kekerasan Seksual terhadap Anak

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Kasus kekerasan seksual terhadap anak tahun 2020 paling tinggi dibandingkan kekerasan yang dialami anak.

Data Perlindungan Perempuan dan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak R periode 1-19 Juni 2020,  kekerasan fisik dialami 852 kasus.

Kekerasan emosional 768 kasus dan  kekerasan seksual 1.848 kasus. 

Kasus kekerasan seksual pada anak tinggi membuat berbagai pihak harus waspada.

Ahli spesialis anak dr Hari Wahyu Nugroho SpA(K) MKes mengatakan,  kasus kekerasan seksual pada anak sulit dan seringkali terlambat terdeteksi.

Dia berharap, orang terdekat korban harus mengamati perubahan yang terjadi pada anak sehingga orang tua waspada.

"Seringkali pelaku akan membina hubungan baik dengan korban sehingga nyaman," kata Hari Wahyu saat acara Symposium Online Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bertema 'Waspadai Kekerasan pada Anak saat Masa Pandemi,' Rabu (23/12/2020).

Baca juga: Ahli Psikologi Forensik Duga Pelaku Mutilasi Kalimalang Pernah Jadi Korban Kekerasan Seksual

Menurut dia, pelaku akan meningkatkan aktivitas dengan perabaan sehingga korban menganggap tidak ada yang salah dari perlakukan tersebut.

Tindakan itu pun tidak dilaporkan dan dikeluhkan kepada orang tua.

Pasalnya, anak tidak sepenuhnya memahami, atau tidak mampu memberi persetujuan atau karena perkembangannya belum siap.

Menurut dia, orang tua atau orang terdekat korban perlu memahami tentang perubahan pada anak  yang mengarah adanya kekerasan. 

Dia menambahkan, orang tua dan medis yang mendapati anak dengan kondisi penyakit hubungan seksual, paling sering infeksi gonokokus.

"Bila ada infeksi gonokokus harus curiga adanya kekerasan seksual pada anak. Karena infeksi ini seharusnya belum dialami anak-anak,” katanya lagi.

 Infeksi vaginal yang rekuren/berulang pada anak dibawah usia 12 tahun, rasa nyeri, perdarahan dan atau keluarnya sekret dari vagina,.