Hidup Sebatang Kara di Rumah Reyot, Jika Ada Hujan Angin Nenek Sukarmi Bergegas Lari ke Masjid

Keberadaan Nenek Sukarmi (73), sungguh memprihatinkan. Perempuan yang berusia lanjut ini diketahui tinggal seorang diri tanpa ada keluarga

Editor: Dedy
Warta Kota/Andika Panduwinata
Sudah selayaknya usia senja merupakan waktu bagi seseorang untuk menikmati masa tuanya bersama keluarga. Namun tidak dengan yang dirasakan oleh nenek Sukarmi (73). 

WARTAKOTALIVE.COM, TANGERANG --- Keberadaan Nenek Sukarmi (73), sungguh memprihatinkan.

Perempuan yang berusia lanjut ini diketahui tinggal seorang diri tanpa ada keluarga yang menemani.

Rumah tempat tinggalnya pun sangat memprihatikan, jauh dari para tetangga di tengah kebun.

Bahkan, untuk makan sehari-hari nenek Sukarmi hanya bergantung pada belas kasihan para tetangga sekitar.

Jauh dari kehangatan keluarga serta anak cucu, nenek Sukarmi hanya hidup dengan cara sederhana.

Tidak jarang nenek berusia 73 tahun ini tampak melamun dalam kesepian dan kesendirian.

Menjalani takdir kehidupan seorang diri, Sukarmi hidup sebatang kara di sebuah gubuk sederhana atau reyot.

Meski tinggal seorang diri, wanita lanjut usia di Kampung Cigereung RT 10/03 Desa Pabuaran, Kecamatan Jayanti, Kabupaten Tangerang ini tetap tegar menghadapi berbagai cobaan yang silih berganti.

Dari mulai membersihkan rumah hingga pekerjaan lainnya pun dikerjakan Sukarmi seorang diri.

Untuk urusan perut, sang nenek bahkan bergantung pada belas kasihan dari tetangga sekitar.

Saat Wartakotalive.com menemuinya, ada satu dua warga sekitar memberi sepiring makanan pada wanita paruh baya ini.

Tidak jarang, hawa dingin sering merasuki tubuhnya yang sudah renta ini di kala malam hari melalui sela-sela dinding yang sederhana.

Di beberapa sisi rumah tampak sudah tidak layak untuk dijadikan sebagai tempat tinggal bagi wanita usia lanjut.

Sukarmi pun mengungkapkan ketakutannya jika suatu saat rumah yang selama ini ia tinggali tersebut roboh sewaktu-waktu lantaran termakan usia dan rapuh.

“Takut roboh, kalau musim hujan pasti ada angin dan kalau hujan angin saya langsung keluar rumah ke masjid, karena takut roboh,” ujar Sukarmi bernada lirih, Minggu (29/11/2020).

Sukarmi memiliki suami yaitu Abah Asep (78). Suaminya itu sudah 20 tahun silam meninggal dunia, karena sakit yang dideritanya.

Sedangkan anak pertama Neneng (43) tidak pernah menjenguknya hampir 5 tahun lamanya. Anak keduanya yaitu Dede (38) merantau ke daerah Jawa timur sudah 18 tahun tidak ada kabar sampai dengan hari ini.

“Semoga saja kedua anak saya bisa peduli dan melihat kondisi saya saat ini. Biar saya bisa bertemu kembali dengan kedua anak saya,” ucapnya.

Tetangga Sukarmi bernama Juanda (37) menjelaskan mengenai kondisi yang sangat memprihatikan karena rumah yang tidak layak huni ditempati seorang diri oleh nenek tua yang seharusnya mendapatkan bantuan dari pemerintah atau pun para dermawan.

Sukarmi kesehariannya keliling kampung mencari botol bekas minuman dan dikumpulkannya untuk di jual.

Hasil dari penjual botol bekas untuk membeli beras dan lauk pauk untuk dikonsumsinya.

Bedah rumah

Camat Jayanti Yandri Permana menambahkan, pada intinya masih banyak sekali kebutuhan untuk bedah rumah.

“Maka secara bertahap saya programkan bedah rumah melalui pagu Kecamatan dan saya minta kepada Kepala Desa juga untuk mulai anggarkan di APBDes mulai tahun 2021,” tuturnya.

“Saya juga meminta kepada beberapa perusahaan yang ada di wilayah Kecamatan Jayanti agar menghibahkan dana CSR-nya untuk membangun rumah yang layak huni yang ada di sekitar Kecamatan Jayanti ini,” tutur Yandri.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved