Berita Bogor

Kampung Kasepuhan Ciptagelar, Sukabumi Tak Lagi Tertinggal, Tersedia Jaringan Wifi 5G

Pandemi Covid-19 membuat pihak Kampung Ciptagelar mengimbau pendatang untuk tidak berkunjung ke Kampung Ciptagelar.

Editor: Dodi Hasanuddin
TribunnewsBogor.com/Dok IPB
Kampung kasepuhan Ciptagelar 

WARTAKOTALIVE.COM, BOGOR - Kampung Kasepuhan Ciptagelar saat ini mulai terbuka dengan dunia luar. Meski demikian mereka tetap mempertahankan tradisi dan adat. 

Kampung Kasepuhan Ciptagelar merupakan komunitas masyarakat adat yang berada di kawasan kaki Gunung Halimun Salak, Sukabumi, Jawa Barat.

Kini kampung tersebut tak terlihat layaknya kampung adat pada umumnya.

Kampung tersebut sudah berkembang lantaran mereka menerima kemajuan teknologi.

Namun, pandemi Covid-19 membuat pihak kampung mengimbau pendatang untuk tidak berkunjung ke Kampung Ciptagelar.

Hal itu untuk menghindari masyarakat Kampung Ciptagelar terpapar Covid-19.

Menurut masyarakat Kampung Kasepuhan Ciptagelar, pandemi yang tengah terjadi saat ini telah diprediksi dan pasti akan terjadi sehingga para leluhur menitipkan tradisi-tradisi kepada masyarakat Ciptagelar untuk menghadapi hal itu.

Berikut ini adalah hasil dari eksplorasi dari tim The 6th Connection 2020 IPB University mengenai keunikan Kampung Kasepuhan Ciptagelar dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terburuk untuk kehidupan selanjutnya.

Menjaga Keseimbangan  

Konsep menjaga keseimbangan ini menurut penuturan Kang Yoyo sebagai juru bicara Kasepuhan Ciptagelar ialah dengan ritual pembayaran pajak safar dan sedekah ruah.

Maksudnya disini ialah untuk menjaga komunikasi antara lahir dan batin pada penghuni tanah air pada daerah yang mereka tempati.

Sehingga keseimbangan antara manusia dengan lingkungan bahkan sesuatu hal yang tak tampak pun akan terjalin dengan baik.

Penyiapan Pangan

Bertanam padi oleh masyarakat di Kampung Kasepuhan ini hukumnya wajib loh, hal tersebut dilakukan untuk mempersiapkan bekal pangan dan untuk menghadapi kemungkinan terburuk nantinya.

Sehingga ditinjau dari tahun 2017 lalu jumlah penyimpanan pangan dari leuit (lumbung padi) sudah cukup untuk 95 tahun kedepan, sehingga dampak dari Covid-19 ini tidak langsung dirasakan oleh masyarakat.

Baca juga: Bidik Brand Leader Pasar Chest Freezer, Artugo Rilis Produk Pembeku Warna-warni, Ini Keunggulannya

Selain itu, istilah ‘Dewi Sri’ yang sering kita anggap sebagai mitos ternyata sangat dipegang teguh oleh Masyarakat Ciptagelar.

Menurut mereka Dewi yang artinya dua dan Sri atau Seri yang berarti seimbang bermakna bahwa kehidupan manusia dengan padi sebagai pangan saling berhubungan dalam pemberi hidup sehingga mereka berkeyakinan untuk tidak menjual beras atau padi.

Akses Teknologi Dan Informasi

Akses teknologi dan informasi di kampung ini telah menggunakan listrik dengan tenaga mikrohidro dan bahkan telah tersedia jaringan wifi 5G, saluran televisi yaitu CIGA TV, dan saluran Radio Swara Ciptagelar.

Melalui saluran radio dan televisi tersebut selain memberi hiburan kepada masyarakat Ciptagelar, juga memberikan informasi dan sebagai media edukasi.

Namun jika melihat dari tradisi yang ada di Kampung Ciptagelar, proses bertanam padi mereka tidak menggunakan alat dan teknologi seperti rice cooker, traktor, dan penggiling padi karena dalam proses menanam hingga pemanenan masyarakat ciptagelar memiliki rangkaian tersendiri yaitu mulai dari ngaseuk, mipit, nganyaran, seren taun, dan lain sebagainya.

Sarana Pendidikan

Dengan berkembangnya teknologi dan informasi, membuat Masyarakat Ciptagelar memfasilitasi siapa yang ingin mempelajari dan mengembangkan teknologi yaitu dengan dibangunnya IT-Center dan diadakannya Rural ICT Camp bahkan orang dari luar kampung juga dibolehkan untuk ikut belajar.

Selain itu, terdapat juga Sekolah Dasar Negeri Ciptagelar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas Terpadu untuk mempersiapkan pendidikan anak–anak dan generasi muda Kampung Ciptagelar.

Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan menurut survei tim The 6th Connection 2020 IPB University, di Kasepuhan ini sudah ada kegiatan posyandu.

Nah hal yang menarik dalam pelayanan kesehatan di Kampung Ciptagelar ini yaitu adanya dukun yang berperan sebagai dokter dan bidan.

Menurut perkataan Kang Yoyo, semua orang adalah dukun dan dukun itu mampu melihat penyakit karena keturunan ataupun kiriman,

“Jadi Kang Yoyo itu dukun juga” Ungkap Utik, salah satu tim dari The 6th Connection 2020 IPB University. 

Wah, menarik sekali bukan tentang keterkaitan tradisi leluhur dan persiapan kehidupan dengan pandemi Covid-19 masyarakat Kampung Kasepuhan Ciptagelar ini, dan satu lagi yang membuat kita terkagum pada Kampung Kasepuhan Ciptagelar ini yaitu kutipan yang berbunyi 

“urang kudu bisa ngigelan jaman, tapi ulah kabawa ku jaman” yang artinya kita harus mengetahui perkembangan zaman tapi jangan terbawa arus oleh zaman itu.

Berita ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul Mengintip Uniknya Kampung Kasepuhan Ciptagelar Bogor Menghadapi Kemajuan Zaman di Masa Pandemi Penulis:  Vivi Febrianti

Sumber: Tribun Bogor
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved