G30S PKI
Terjawab Mengapa Soeharto Tidak Ikut Diculik Bersama 7 Jenderal di Malam 30 September 1965
Soeharto menjadi pahlawan Setelah peristiwa G30S, suasana memanas. PKI dianggap sebagai dalang.
Persaingan yang dikenal dengan Perang Dingin ini membelah dunia menjadi dua.
Ada Uni Soviet dengan paham komunisnya.
Dan ada Amerika Serikat dengan paham kapitalisnya.
Di tahun 1960-an, Soekarno dan PKI condong ke Uni Soviet dan antibarat.
Nah, Dewan Jenderal diyakini sejalan dengan Amerika Serikat yang ingin menyingkirkan Soekarno.
Atas dasar keyakinan ini, para perwira militer yang loyal kepada Soekarno bergerak secara diam-diam untuk mencegah kudeta.
Ada Kolonel Abdul Latief (Komandan Garnisun Kodam Jaya), Letkol Untung (Komandan Batalion Pasukan Pengawal Presiden Cakrabirawa), dan Mayor Sujono (Komandan Resimen Pasukan Pertahanan Pangkalan di Halim).
Mereka didukung oleh Sjam Kamaruzaman, Kepala Biro Chusus (BC) PKI yang merupakan badan intelijen PKI.
Daftar jenderal yang jadi sasaran disusun oleh Sjam bersama para perwira militer.
Mereka berencana "menculik" para jenderal dan membawanya ke hadapan Presiden Soekarno.
Belakangan, rencana ini gagal total. Persiapan tidak dilakukan dengan matang. Para jenderal malah dibunuh.
FOLLOW US
Di mana Soeharto?
Dalam kesaksiannya kepada Mahkamah Militer, Latief membeberkan alasannya tidak memasukkan nama Soeharto.
"...karena kami anggap Jenderal Soeharto loyalis Bung Karno, maka tidak kami jadikan sasaran," kata Latief seperti dikutip dari buku Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan, dan Petualang (2010).