Bisnis

Optimalkan Layanan Digital, Laba Bersih Maybank Naik 7 Persen Jadi Rp 809,7 Miliar pada Semester I

Terlepas dari kondisi pasar yang kurang kondusif, Maybank telah berhasil membukukan hasil positif dalam enam bulan pertama 2020.

Penulis: Mochammad Dipa | Editor: Fred Mahatma TIS
Istimewa
Jajaran Direksi PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia atau Perseroan) menyampaikan perkembangan terkini serta kinerja Perseroan per akhir semester pertama 2020 dalam paparan publik (public expose) melalui virtual yang digelar, Kamis (24/9/2020). 

“Transaksi keuangan yang dilakukan melalui M2U naik 136 persen menjadi 4,5 juta transaksi pada semester I 2020 sementara, terdapat 34.000 pembukaan rekening tabungan/deposito dan lebih dari 45.000 rekening baru dibuka melalui M2U...”

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia atau Perseroan) menyampaikan perkembangan terkini serta kinerja Perseroan per akhir semester pertama 2020 dalam paparan publik (public expose) melalui virtual, Kamis (24/9/2020).

Disebutkan, kenaikan laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI) sebesar 7,0 persen menjadi Rp 809,7 miliar pada semester pertama yang berakhir 30 Juni 2020 di tengah gejolak dan disrupsi pasar yang disebabkan pandemi Covid-19.

Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan bahwa terlepas dari kondisi pasar yang kurang kondusif, Maybank telah berhasil membukukan hasil positif dalam enam bulan pertama 2020.

"Kondisi saat ini telah membuat kami menjadi lebih kreatif, terutama dengan memanfaatkan teknologi dalam melakukan komunikasi kepada para nasabah,” ujar Taswin.

Selama PSBB Masa Pandemi Covid-19, Pengguna Mobile Banking M2U Maybank Meningkat 130 Persen

Maybank Hadirkan M2U, Transaksi dan Investasi dalam Satu Aplikasi

Layanan perbankan digital

Bank telah mengalihkan upaya untuk meningkatkan peluang bisnis di tengah kondisi pasar yang menantang dengan mengoptimalkan layanan perbankan digital, Maybank2u (M2U) di mana mulai banyak nasabah kini menggunakan layanan mobile apps khususnya dengan adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

“Transaksi keuangan yang dilakukan melalui M2U naik 136 persen menjadi 4,5 juta transaksi pada semester I 2020 sementara, terdapat 34.000 pembukaan rekening tabungan/deposito dan lebih dari 45.000 rekening baru dibuka melalui M2U,” ujar Taswin.

Tahan Air dan Debu, Ini Keunggulan, Harga dan Spesifikasi Lengkap Samsung Galaxy S20 FE di Indonesia

Harga Rp 800 Ribuan, Nokia C1 dengan Google Assistant dan Bisa Simpan 3.000 Lagu, Ini Spesifikasinya

NPL Naik

Bagaimana dengan kondisi kredit?

Maybank Indonesia Tbk mencatatkan kenaikan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) cukup tinggi pada Juni 2020 meskipun ada relaksasi restrukturisasi kredit lewat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) 11.

Ratio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) melonjak tinggi pada Juni 2020.

Secara gross, NPL konsolidasi Maybank mencapai 4,9 persen atau naik 3,65 persen dibanding periode sama tahun lalu.

Sementara NPL net 2,91 persen atau naik 2,16 persen dibanding tahun lalu.

BERITA POPULER GAWAI Pre-order Galaxy S20 FE | Harga iPhone 12 | Debut Vivo Watch | Earbuds Nokia

BERITA POPULER GAWAI Duo Nokia | iPhone 12 Mini | Trio Realme Narzo 20 | Vivo V20 | Oppo Reno4 SE

Relaksasi kredit

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Manajemen Resiko Maybank Effendi Hengki mengatakan penerapan restrukturisasi sesuai dengan POJK 11 tidak diberlakukan kepada semua nasabah yang bermasalah.

Namun prosesnya, dilakukan dengan melihat masalah dari nasabah yang bersangkutan.

“Penerapan POJK ini, kita lihat kalau memang masih punya prospek usaha, dan usahanya berjalan kami akan berikan restrukturisasi," tutur Effendi.

"Tapi jika usahanya telah berhenti dan sebelum Covid-19 sudah bermasalah, tidak akan di restrukturisasi. Kami lebih case by case,” imbuhnya.

Dipaparkan pula, debitur bermasalah di Maybank karena Covid-19 cukup banyak.

Sebagian besar berasal dari sektor manufaktur yang suplainya bergantung pada impor, produknya tidak terkait dengan kebutuhan pokok, serta penjualannya berorientasi ekspor.

“Selain itu, produknya yang dijual juga bukan produk kebutuhan dasar, seperti consumer good. Apalagi yang orientasi ekpor, karena kan demand dari luar itu menurun,” ungkap Effendi.

Restrukturisasi kredit Rp 14 triliun

Efendi menyebutkan, sejak April hingga 22 September, Maybank telah mengidentifikasi restrukturisasi kredit sebesar Rp 19 triliun dan yang sudah disetujui telah mencapai Rp 14 triliun.

“Untuk restrukturisasi kredit yang sedang dalam proses mencapai Rp 5 triliun,” sebutnya.

Menurutnya, dari mulai April hingga Juni 2020, merupakan puncaknya nasabah mengajukan restrukturisasi.

Selanjutnya jumlah nasabah mulai landai dan cenderung flat.

Adapun restrukturisasi kredit yang dilakukan Maybank ke masing-masing debitur hanya maksimal enam bulan meskipun POJK 11 berlaku hingga Maret 2021.

Sehingga debitur-debitur tersebut masih akan masuk dalam kolektabilitas lancar tahun ini dan belum akan ada yang masuk NPL.

“Debitur yang berpotensi tidak bisa bangkit usahanya baru akan kelihatan tahun depan.  Dengan begitu, Maybank memperkirakan NPL sampai akhir tahun akan ada turun dari posisi Juni 2020,” ungkap Effendi.

Penyaluran kredit

Sementara, penyaluran kredit Maybank secara konsolidasi per Juni 2020 tercatat Rp 115,7 triliun atau turun 14,6 persen secara year on year (YoY).

Untuk mengantispasi risiko kredit, bank ini akan mengalokasikan pencadangan sampai akhir tahun sama seperti posisi bulan Juni. 

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved