Pidato Jokowi di Sidang Umum PBB Dinilai Tak Sesuai Kata dengan Perbuatan, Ini Contohnya
M Jamiluddin Ritonga, pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, mengomentari pidato Presiden Joko Widodo di Sidang Majelis Umum PBB.
Saya kira jawaban kita sama, belum. Konflik masih terjadi di berbagai belahan dunia.
Kemiskinan dan bahkan kelaparan masih terus dirasakan.
Prinsip-prinsip Piagam PBB dan hukum internasional kerap tidak diindahkan, termasuk penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah.
Kita semua prihatin melihat situasi ini. Keprihatinan kita menjadi semakin besar di saat pandemi Covid-19 ini.
Di saat seharusnya kita semuanya bersatu padu bekerja sama melawan pandemi, yang justru kita lihat adalah masih terjadinya perpecahan dan rivalitas yang semakin menajam.
Padahal kita seharusnya bersatu padu, selalu menggunakan pendekatan win-win pada hubungan antar-negara yang saling menguntungkan.
Kita tahu dampak pandemi ini sangat luar biasa, baik dari sisi kesehatan maupun sosial ekonomi.
Kita juga paham, virus ini tidak mengenal batas negara, no one is safe until everyone is.
Jika perpecahan dan rivalitas terus terjadi, maka saya khawatir pijakan bagi stabilitas dan perdamaian yang lestari akan goyah atau bahkan akan sirna.
Dunia yang damai, stabil, dan sejahtera semakin sulit diwujudkan.
Yang Mulia,
Tahun ini Indonesia juga merayakan kemerdekaan yang ke-75 tahun.
Dan sudah menjadi tekad kami, Indonesia terus berkontribusi bagi perdamaian dunia, sesuai amanat konstitusi.
Indonesia akan terus memainkan peran sebagai bridgebuilder, sebagai bagian dari solusi.
Secara konsisten komitmen ini terus dijalankan Indonesia, termasuk saat Indonesia duduk sebagai anggota Dewan Keamanan PBB.