Virus Corona
Kapan Pakai Masker dan Jaga Jarak Berakhir? Bukan 2021, Berikut Ini Penjelasan Lengkap Ilmuwan WHO
Banyak masyarakat dunia yang bertanya-tanya seperti kapan pakai masker dan jaga jarak berakhir?
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Banyak masyarakat dunia yang bertanya-tanya, kapan virus corona atau Covid-19 berakhir?
Namun kini, muncul juga pertanyaan baru yang seperti, kapan pakai masker dan jaga jarak berakhir?
Pernyataan kapan jaga jarak dan pakai masker berakhir dijelaskan langsung oleh seorang ilmuwan WHO.
Diketahui, sudah setengah tahun lamanya tanah air Indonesia dilanda wabah virus corona atau Covid-19.
• Achmad Yurianto: Scuba dan Buff Bukan Masker, Tidak Memenuhi Syarat
• Raker Saat Wabah Virus Corona, Anggota DPRD Ini Meninggal Dunia, Mendadak Pingsan Saat Jam Istirahat
• Ratusan PNS dan TKS Abaikan Protokol Kesehatan Berupa Jaga Jarak saat Jalani Rapid dan Swab Test
Untuk menjaga agar tidak terkena infeksi Covid-19 kita diharapkan menerapkan protokol kesehatan apabila keluar rumah.
Namun, bila tidak ada hal yang penting sekali diharapkan kita di rumah saja guna memutus rantai penyebaran virus corona.
Protokol kesehatan yang wajib diikuti adalah memakai masker, menjaga jarak satu dengan yang lain minimal satu meter, dan mencuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan air mengalir.
Soumya Swaminathan, seorang ilmuwan senior dan disegani di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kecil kemungkinan dunia akan kembali normal hingga 2022 karena pandemi Covid-19.
Menurut Swaminathan, banyak orang membayangkan bahwa pada Januari 2021 vaksin tersedia di seluruh dunia, dan semua akan kembali normal setelahnya.
"Sayangnya ini hanya sebuah fantasi, bukan begitu cara kerjanya."
Swaminathan yang juga kepala sains WHO menunjukkan bahwa garis waktu paling realistis menempatkan peluncuran vaksin Covod-19 selama pertengahan 2021 dan imunisasi tidak akan terjadi dalam semalam.
"Memakai masker dan menjaga jarak masih diperlukan untuk sementara waktu," ujarnya seperti dikutip Fox News (16/09/2020).
Menurutnya, WHO membutuhkan 60-70% populasi telah memiliki kekebalan sebelum mulai melihat penurunan dramatis penularan virus ini.
"Kami juga tidak tahu berapa lama vaksin ini akan melindungi, itulah tanda tanya besar lainnya: Berapa lama kekebalan bertahan? Dan, mungkin saja Anda membutuhkan penguat," imbuhnya.
Mengembangkan vaksin yang layak biasanya membutuhkan waktu satu dekade, tapi upaya untuk menghasilkan vaksin virus corona baru itu telah dipercepat ke kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
New York Times melaporkan bahwa saat ini terdapat 40 vaksin dalam uji klinis dan sembilan sudah dalam pengujian fase ketiga di seluruh dunia.
Pada Rabu, 16 September 2020, departemen pertahanan dan lembaga federal kesehatan menguraikan rencana untuk vaksin potensial yang meliputi tersedianya secara gratis untuk semua orang Amerika.
Menurut Associated Press, lembaga-lembaga sedang melihat perkiraan pada Januari untuk kemungkinan dimulainya kampanye vaksinasi.
Pada awal bulan September, pendiri Microsoft, Bill Gates, membuat prediksi serupa. Miliarder itu membantu mendanai banyak upaya vaksin.
Berbicara dengan New York Magazine, Gates mengatakan kekebalan masyarakat global tampaknya tidak mungkin kembali normal sampai 2022.
Menurut pemilik Bill & Melinda Gates Foundation itu, distribusi vaksin akan menjadi tantangan selanjutnya jika 80 persen dari semua vaksin disetujui dan mendapatkan semua kapasitas untuk memberantas virus.
"Itu memakan waktu hingga 2022. Anda berharap itu tidak melewati tahun 2022?. Kecil kemungkinannya," tutur Gates.
Cara Agar Pandemi Virus Corona Cepat Berakhir di Jakarta, Begini Kata Anies Baswedan
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengungkap cara agar pandemi virus corona atau Covid-19 cepat selesai di Jakarta.
Menurut Anies Baswedan, salah satu cara agar pandemi virus corona cepat berakhir di Jakarta, yakni masyarakat harus mematuhi penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Maka dari itu, Anies Baswedan berharap agar masyarakat serius dan disiplin menjalankan aturan PSBB di Jakarta.
"Jadi saya berharap kepada seluruh keluarga mari kita lebih serius sampai tuntas PSBB ini," katanya Anies di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (1/5/2020) malam.
"Makin disiplin kita, makin cepat selesai. Makin kita tidak disiplin, makin lama ini selesainya," tambah Anies.
Setelah Lebaran Meski demikian Anies menyadari warga sudah mulai jenuh berdiam diri di rumah.
Anies meminta warga untuk bersabar dan terus menjalani aturan yang ada.
"Jadi bersabar, tentu ini bukan hal yang mudah kami sangat menyadari sekali. Tapi bila ini tidak kita lakukan, maka potensi masalah menjadi lebih besar," kata Anies.
Seperti diketahui, DKI Jakarta merupakan episenter virus corona di Indonesia.
Jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di DKI Jakarta mencapai 4.283 orang hingga Jumat ini.
Pasien positif tersebut bertambah 145 orang dibandingkan sehari sebelumnya yang berjumlah 4.138 orang.
Dari total itu, pasien yang sembuh terdapat 427 orang dan yang meninggal sebanyak 393 orang.
Pahami Masyarakat Jenuh di Rumah
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memahami betapa jenuhnya masyarakat dari minggu ke minggu selalu menghabiskan waktu di rumah selama Penerapan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Minggu pertama mungkin mengasyikkan, minggu kedua mulai terasa beban," kata Anies Baswedan dikutip dari Kompas.com, Jumat (1/5/2020).
"Ini dilakukan semata-mata untuk melindungi dan kita semua tidak ingin melakukan pengendoran di saat virus itu masih ada di mana-mana," tambahnya.
Dia meminta warga tetap serius menjalankan PSBB. Dengan berada di dalam rumah, Anies yakin angka penyebaran Covid-19 di Jakarta akan lebih cepat berkurang.
Dia pun menyadari selama berada di rumah, banyak warga yang tidak bekerja, pemasukan pun semakin berkurang.
Namun menurut dia pekerjaan bisa dicari kembali setelah pandemi Covid-19 selesai.
Selain itu pemerintah juga telah membantu dengan mendistribusikan bansos untuk menopang kebutuhan warga.
"Tapi bila terjadi penularan, harus dirawat di rumah sakit, bahkan sebagian meninggal, belum ada subsidi yang bisa mengganti," ucap dia.
PSBB tak boleh kendor
Anies sebelumnya meminta warga Jakarta tidak terlena dengan melambatnya kasus Covid-19 di Jakarta.
Dia berharap hal tersebut tidak membuat warga kendor dalam mematuhi aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Kata dia, PSBB harus tetap diterapkan karena bukan tidak mungkin angka penyebaran Covid-19 kembali meningkat.
"Ini jangan diartikan PSBB kendor, harus lebih disiplin, harus kita lebih ketat karena masih ditemukan kasus kasus positif di masyarakat," kata Anies.
Salah satu upaya untuk menerapkan PSBB yakni dengan tidak melakukan kegiatan dengan berkumpul.
Segala macam kegiatan keluarga hingga keagamaan diharapkan tidak dilakukan untuk sementara waktu.
"Kita imbau masyarakat untuk lebih menaati kegiatan sosial, kegiatan budaya dan kegiatan keagamaan diharapkan dilakukan di rumah," ucap dia.
Dia berharap, upaya tersebut bisa semakin mengurangi angka penyebran Covid-19.
"Ini belum selesai. Jakarta belum merdeka dari Covid-19. Kita harus terus bertempur melawan Covid-19," ucap dia.
Jakarta Belum Merdeka
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut Jakarta belum merdeka dari Covid-19 meskipun sempat terjadi pelambatan kasus beberapa hari ini.
Menurut dia, melambatnya kasus Covid-19 di Jakarta bukan berarti pandemi selesai.
"Jadi adanya peristiwa penurunan tidak boleh diartikan sudah selesai. Ini belum selesai. Jakarta belum merdeka dari Covid-19,” ujar Anies dikutip dari Kompas.com pada Jumat (1/5/2020).
Saat ini, lanjut Anies, seluruh masyarakat Jakarta masih harus bertempur melawan Covid-19. Sebab sampai saat ini masih ditemukan kasus positif setiap harinya.
Untuk itu, Anies meminta masyarakat untuk lebih disiplin mengikuti aturan yang berlaku selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
"Kita masih harus bertempur melawan COvid-19. Karena kita belum merdeka dari Covid-19 maka jangan kendor,” tegas Anies.
Anies juga mengimbau agar segala bentuk kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya, termasuk kegiataan keagamaan untuk tidak dilakukan secara bekelompok di masyarakat.
Tetapi sebisa mungkin dilaksanakan di rumah masing-masing untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19.
Adapun hingga saat ini jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di DKI Jakarta mencapai 4.283 orang hingga Jumat (1/5/2020) ini.
Pasien positif tersebut bertambah 145 orang dibandingkan sehari sebelumnya yang berjumlah 4.138 orang.
Dari total pasien positif Covid-19 itu, terdapat 427 di antaranya sudah ditanyatakan sembuh, dan 393 orang meninggal dunia.
Dari data tersebut, jumlah pasien yang sembuh dari Covid-19 memang bertambah 15 orang, dibandingkan sebelumnya yang hanya 412 orang.
Namun, peningkatan jumlah juga diikuti dengan penambahan angka kematian sebanyak 12 orang dari Kamis kemarin yang masih berjumlah 381 orang.
Update Virus Corona Jakarta
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi DKI Jakarta menyampaikan perkembangan terkini per 1 Mei 2020.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Fify Mulyani memaparkan, sebanyak 427 orang dinyatakan telah sembuh, dari total 4.283 orang kasus positif, dengan jumlah pasien meninggal sebanyak 393 orang.
“2.151 pasien masih menjalani perawatan di rumah sakit, dan 1.312 orang melakukan self isolation di rumah"
"Dan sebanyak 1.567 orang menunggu hasil laboratorium,” paparnya dalam siaran tertulis, Jumat (1/5/2020).
Sedangkan, untuk Orang Tanpa Gejala (OTG) sebanyak 1.319 orang.
Orang Dalam Pemantauan (ODP) berjumlah 8.246 orang (8.031 sudah selesai dipantau dan 215 masih dipantau) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) sebanyak 5.604 orang (4.607 sudah pulang dari perawatan dan 997 masih dirawat).
Fify turut menerangkan, untuk rapid test masih terus berlangsung di 6 wilayah Kota/Kabupaten Administrasi DKI Jakarta dan Pusat Pelayanan Kesehatan Pegawai (PPKP).
Total sebanyak 79.152 orang telah menjalani rapid test, dengan persentase positif COVID-19 sebesar 4 persen, dengan rincian 3.022 orang dinyatakan positif COVID-19 dan 76.130 orang dinyatakan negatif.
Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta juga telah memberikan layanan kesehatan jiwa (mental) terhadap masyarakat yang terdampak COVID-19.
Selain itu, masyarakat juga dapat mengakses layanan konsultasi online melalui aplikasi sahabat jiwa (berbasis website) pada situs https://sahabatjiwa-dinkes.jakarta.go.id.
Pemprov DKI Jakarta juga menyampaikan apresiasi kepada berbagai pihak yang telah membantu dan berkolaborasi menangani pandemi COVID-19.
Sampai dengan tanggal 30 April 2020, terdapat total 134 kolaborator yang telah berpartisipasi, yang berasal dari Lembaga Usaha, LSM/OMS, Badan PBB, Universitas, Kementerian dan setingkat Kementerian, dan perorangan.
Bagi masyarakat yang ingin berkolaborasi, dukungan berupa Alat Pelindung Diri, masker, sarung tangan, dan disinfektan, dapat langsung disampaikan ke Sekretariat Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan COVID-19 Provinsi DKI Jakarta, Balai Kota, Blok G Lantai 2 atau melalui kanal jdcn.jakarta.go.id.
Pemprov DKI Jakarta juga membuka kesempatan untuk masyarakat berbagi dengan sesama yang membutuhkan bantuan karena terdampak pandemi COVID-19 dalam program Kolaborasi Sosial Berskala Besar atau KSBB di bulan Ramadan ini.
Masyarakat dapat memberikan bantuan berupa bahan pangan pokok, makanan siap saji, hingga uang tunai.
Pemprov DKI Jakarta bermitra dengan penyalur bantuan resmi, yaitu Palang Merah DKI Jakarta, Baznas Bazis DKI Jakarta, Yayasan Rumah Zakat, dan Aksi Cepat Tanggap.
Informasi lengkapnya dapat kunjungi situs corona.jakarta.go.id/ksbb.
(TribunJateng/Soesanti Harini Hartono/Wartakotalive.com/WIT/CC/Kompas.com)
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul "Ilmuwan WHO Prediksi Kapan Pakai Masker dan Jaga Jarak Berakhir: Bukan 2021 Seperti yang Dibayangkan"