Pilkada Serentak
PERNYATAN Lengkap Keponakan Prabowo Soal Cuitan Paha Mulus: Apakah Surga Sudah Ditinggalkan?
Keponakan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto itu mengaku masih fokus ke keluarga terlebih dahulu.
Niat hanya ingin memastikan: 1) apakah betul itu akun pribadi beliau, dan 2) maksud dari cuitannya.
Tidak lama kemudian saya dapat jawaban bahwa ya, betul itu milik beliau dan bahwa beliau tidak mengetahui siapa yang dimaksud dan kalau cuitannya hanya bercandaan saja.
Jujur, sebenarnya yang marah itu justru tim saya yang mendampingi saya dan mengerti betul perjuangan saya sebagai aktivis perempuan dan anak.
Bagi saya, mungkin karena hal seperti ini sudah jadi makanan sehari-hari (istilahnya), saya tidak begitu memikirkan.
Apalagi memang selama dua hari setelah cuitan itu muncul, kegiatan di lapangan full, maka saya tidak ada waktu untuk memikirkan soal drama twitter itu.
Media bolak balik menghubungi. Statement saya jelas, bahwa saya kecewa ada tokoh politik yang mengobjektifikasi perempuan, apalagi seorang calon pimpinan daerah.
Tapi kalau memang bukan saya yang dimaksud, ya mungkin saja yang dimaksud adalah rival-rival saya yang notabene adalah laki-laki semua.
Karena jelas yang disebut adalah “calon wakil walikota Tangsel” bukan calon walikotanya. Ya, kalau demikian… tentu itu hak dua calon yang lain untuk menanggapi.
Namun kembali lagi saya tersentak saat membaca postingan kawan saya, sahabat seperjuangan perempuan yang memprotes di media sosialnya bagaimana sudah kerapkali hal serupa terjadi di seluruh Indonesia dan dialami begitu banyak perempuan sehingga telah terjadi “normalisasi”.
Pernyataannya menghentak saya karena reaksi saya yang menganggap cuitan di Twitter itu sebagai hal sepele dan biasa-biasa saja adalah CONTOH NYATA bagaimana kita telah terprogram untuk menerima objektifikasi dan pelecehan seksual verbal sebagai hal biasa dan BAHKAN sebagai “pujian”.
Lalu muncul pertanyaan, apakah akan saya laporkan secara hukum. Sekali lagi, kegiatan sangat padat dan saya fokus sosialisasi kepada masyarakat.
Saya sampaikan bahwa akan saya pertimbangkan.
Namun mulai muncul juga dorongan dari para pejuang perempuan dan aktivis anti kekerasan seksual.
Ada juga yang menanyakan komitmen saya untuk mendukung para korban dan penyintas jika saya saja sebagai figur yang selama ini memperjuangkan nasib mereka tidak memberikan contoh dan mengambil sikap.
Tetapi malam ini saya tiba pada titik akhir (menurut saya) di mana saya melihat mulai bermunculan komentar yang kira-kira bunyinya demikian: “ya mungkin perlu dipertimbangkan… kalau dia tidak berpakaian seperti itu hal seperti ini tidak akan muncul.”