Kabar Duka
Perjalanan Karir Barli Asmara Desainer Langganan Keluarga Joko Widodo, Sempat Ditentang Orangtua
Mungkin belum semua mengenal Barli Asmara. Dia adalah desainer langganan Presiden Joko Widodo
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA -- Desainer ternama Barli Asmara dikabarkan meninggal dunia, Kamis (27/8/2020) di Bali.
Mungkin belum semua mengenal Barli Asmara. Dia adalah desainer langganan Presiden Joko Widodo
Berikut profil Barli Asmara yang dihimpun Wartakotalive.com dari berbagai sumber:
1. DItentang orang tua
Barli kecil ternyata sudah berkeinginan untuk menjadi desainer ternama. Hal itu tercemin setiap kali orang tua menanyakan apa keinginan sang anak.
"Saya ingin punya baju yang banyak.” jawabnya
Mengingat masa kecilnya, perancang mode kelahiran Bandung, 3 Maret 1978 itu mengaku kerap ditentang oleh ayah dan ibunya perihal keinginannya untuk menjadi praktisi fesyen.
Orangtuanya hanya berpikir, ‘Mau hidup seperti apa kamu kalau jadi desainer?!’
Barli adalah bungsu dari tiga bersaudara. Kandungan ibunya baru menginjak 7 bulan saat dia terlahir di Kota Kembang dengan bobot hanya 1,5 kilogram.
• BREAKING NEWS: Desainer Barli Asmara Meninggal Dunia di Bali
Namun, sejak bayi, Barli telah menunjukkan pertanda sebagai seorang anak yang tidak mudah menyerah.
“Waktu lahir, saya harus diinkubator karena prematur. Saking kurusnya saya, sampai-sampai keluarga sering khawatir. Ibu dan nenek saya sangat mencintai saya, sehingga saya lebih dekat dengan mereka ketimbang ayah saya,” tuturnya dikutip dari bisnis.
Jejaka berkacamata itu ingat bahwa sewaktu kecil ayahnya lebih menginginkan dia menjadi pembalap atau tentara, maupun profesi lain yang menonjolkan maskulinitas.
Padahal, hati kecil Barli ingin sekali berkecimpung di dunia fesyen.
2. Terinspirasi nenek
Apalagi, dia terinspirasi dari neneknya yang merupakan seorang perias pengantin Sunda dan memiliki sekolah kepribadian, serta aktif dalam berbagai organisasi kewanitaan.
Bisa dibilang, Barli terlahir di tengah keluarga yang berkelimpahan secara materi.
Barli harus memulai dari titik nol untuk membuktikan pada kedua orangtuanya bahwa menjadi perancang mode adalah pilihan hidup yang tepat untuknya.
“Saya tergolong anak dari keluarga mampu, tetapi saya tidak difasilitasi. Perjalanan saya tidak semulus apa yang dipikir orang. Saya harus belajar sendiri untuk mandiri, survive, danstruggle supaya bisa sampai puncak,” jelasnya saat ditemui di sela-sela JFW 2017
Satu-satunya yang mendorong determinasi Barli adalah keinginan untuk mengubah pola pikir orang tuanya tentang industri fesyen.
• Barli Asmara Ajak Mahasiswa Terjun ke Industri Kreatif
Dari sana, dia lantas menempuh pendidikan desain interior pada 1996-1998, dilanjutkan dengan studi komunikasi bisnis pada 1998.
Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa bisnis fesyen yang dikelola dengan ilmu yang baik bisa memberi keuntungan material bagi dirinya, serta manfaat bagi banyak orang.
Uniknya, Barli sama sekali tidak pernah mengambil studi di sekolah fesyen selama hidupnya.
3. Bakat otodidak
Bakat otodidak Barli sebagai perancang justru dimulai dari hobinya.
“Saya suka menggambar. Saat menggambar, saya merasa seperti ada aura tertentu dari tangan saya. Seperti ada magnetnya. Kalau sudah menggambar, saya tidak bisa berhenti,” akunya.
Desainer langganan Presiden Joko Widodo itu hobi sekali menggambar obyek-obyek yang dia lihat sehari-hari, mulai dari wajah orang, rumah, hingga pemandangan.
Dari kegemarannya menggambar itu pula, dia menemukanpassion-nya di dunia desain.
Untuk mengejar cita-citanya, Barli memulai dengan modal hanya Rp2 juta hingga Rp3 juta untuk bekerja sama dengan sebuah butik milik teman sekolahnya.
• Desainer Samuel Wongso Akui Omzet Pesanan Fesyen Menurun 85 Persen Karena Virus Corona
Dia juga menyewa rumah petakan untuk mengawali kariernya dalam membuat label busananya sendiri.
“Saya pernah juga jadi pesuruh. Saya tidak punya mobil, tidak punya kacamata banyak, tidak punya baju, tidak punya parfum, makan cuma di warteg. Namun, saya dekati orang-orang yang bisa menunjang karier saya, seperti tukang jahit dan tukang pola. Dari sanalah saya belajar tentang cara membuat baju. Itu jejak langkah awal saya.”
4. Awal punya label
Pada 2000, akhirnya mimpi Barli untuk mendirikan label kesampaian. Dia mulai dikenal dengan ciri khas karyanya yang kaya detail manik-manik, mutiara, permata, rumbai, dan bulu serta permainan teknik simpul makrame, sulam, dan bordir.
Breakthru-nya di jagat fesyen nasional ditembus pada 2008 saat dia ditantang menjadi salah satu pengisi sesi peragaan busana Dewi Fashion Knights di Jakarta Fashion Week (JFW), bersanding dengan nama-nama besar. Salah satunya adalah Sebastian Gunawan.
“Waktu tim Dewi rapat redaksi, mereka bertanya-tanya, siapa Barli. Tidak ada yang mengenal saya. Namun, di ajang itu saya mempertaruhkan karier dan nama saya. Saya terdeterminasi untuk membuktikan kemampuan saya melalui karya,” tegasnya.
Sejak debutnya di lintasan runway JFW 2008 itu, nama Barli kian melejit.
Berbagai undangan dan tawaran show tunggal berdatangan. Beraneka penghargaan bergengsi di dunia fesyen nasional dan internasional pun terus menghujaninya.

Namun, lagi-lagi, langkahnya terhenti ketika pada 2010 Barli didiagnosis dengan penyakit kronis yang enggan dia jabarkan lebih jauh.
Absen selama dua tahun karena sakit parah, Barli tidak ingin langkahnya terhenti begitu saja karena deritanya.
“Saya terinspirasi oleh desainer Karl Lagerfeld. Meski usianya sudah 83 tahun, dia masih punya banyak ide dan mampu menjadi konseptor kreatif untuk rumah mode seperti Chanel atau Fendi. Kebayang enggak sih? Dia berprinsip sebelum diberhentikan, jangan pernah putus dan menghentikan sebuah cerita,” ucap Barli.
5. Buka 15 tahun berkarya
Setelah berkarya selama 15 tahun di industri mode Indonesia , Barli Asmara meluncurkan sebuah buku yang bertajuk Lima Belas Warsa Barli Asmara di Antara Gemerlap Ornamentasi.
“Melalui buku ini, semua orang dapat melihat dan membaca cerita 15 tahun perjalanan saya,” tuturnya usai konferensi pers buku miliknya yang merupakan bagian dari rangkaian JFW 2017 di Senayan City Jakarta, Senin (24/10/2016).
Dia melanjutkan, di dalam buku tersebut diceritakan perjalan saya yang tidak mudah, berbagai macam proses dari tahun ke tahun, juga lika-liku yang yang saya alami agar diterima.
“Semua itu tidak dilakukan dengan uang, saya seperti ini perjalanannya nggak instan,” ujarnya.
Maka dari itu, Barli pun berpesan untuk semua masyarakat Indonesia terutama para remaja agar ketika berbicara selalu mengatakan hal yang baik.
Sebab, semua ucapan adalah doa. Selain itu, jika Anda memiliki sebuah mimpi, kejarlah mimpi tersebut hingga dapat meraihnya.
Barli juga menekankan, Anda harus mau belajar dari pengalaman orang lain dan juga selalu memperlakukan orang lain dengan cara yang baik sehingga mendapatkan timbal balik yang baik pula.
“Membaca memang memberi ilmu, tetapi menjadi pintar bisa juga dari mendengar pengalaman orang lain,” ucapnya.
Dalam buku perjalanannya selama 15 tahun tersebut, diceritakan pula sedikit mengenai masa kecil dan keluarganya.
Dalam bagian yang berjudul "Wanita-wanitaku", Barli mengatakan bahwa wanita memiliki peran penting dalam hidupnya.
Sebab, dia adalah cucu laki-laki pertama dalam keluarga sehingga Barli sangat sering berkomunikasi dengan wanita.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Barli Asmara Luncurkan Buku Rekam Jejak Karyanya",
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/wartakota/foto/bank/originals/perjalanan-karir-barli-asmara111.jpg)