Berita Nasional

Indef: Kebijakan Pertamina Efektif Tekan Kerugian di Tengah Pukulan Industri Minyak dan Gas Dunia

Pertamina dinilai sangat sigap dan responsif melakukan kebijakan efisiensi pemotongan Capex, melakukan prioritas untuk proyek-proyek strategis.

dok: Biro Pers Istana
Presiden Jokowi dan Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok saat kunjungi kilang Pertamina. Peneliti Indef, Abra PG Talattov di Jakarta, Rabu (26/8/2020), mengatakan, kebijakan manajemen Pertamina terbukti efektif menjaga BUMN energi tersebut tetap bertahan dalam situasi sangat sulit. 

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Hampir semua industri minyak dan gas di dunia mengalami kerugian, bahkan ada yang sampai menukik terlalu dalam di tengah pandemi Covid-19.

Pertamina, sebagai perusahaan minyak dan gas nasional di bawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pun tak luput dari kerugian.

Bahkan angkanya, seperti disampaika Komisaris Utama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, mencapai sekitar Rp 11 triliun.

Video: BLT Bakal Disalurkan Akhir Bulan Agustus 2020

Oleh karena itu, kebijakan Pertamina melakukan sejumlah efisiensi dinilai efektif untuk menekan kerugian perusahaan di tengah pukulan terhadap industri minyak dan gas dunia.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra PG Talattov di Jakarta, Rabu (26/8/2020), mengatakan, kebijakan manajemen Pertamina terbukti efektif menjaga BUMN energi tersebut tetap bertahan dalam situasi sangat sulit.

Pertamina dinilai sangat sigap dan responsif sehingga melakukan kebijakan efisiensi pemotongan Capex, serta melakukan prioritas untuk proyek-proyek strategis dan juga refinancing.

 Terungkap, Aceh Pernah Dua Kali Ajukan Jadi Negara Bawahan Turki Utsmani, Tapi Ditolak

 Indonesia Tak Punya Hubungan Diplomatik, DPRD: Aneh, Pemprov NTB Lakukan Ekspor ke Israel

"Secara financial engineering, itu merupakan langkah tepat untuk menahan laju kerugian terlalu dalam," ujarnya melalui keterangan tertulis.

Menurut dia, hampir seluruh perusahaan minyak dan gas dunia mengalami kerugian besar, bahkan nilainya tersebut jauh di atas Pertamina yang sebesar Rp11 triliun.

Total merugi 8,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp123 triliun, Shell 18,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp270,4 triliun.

Kemudian Exxon Mobil merugi hingga 1,03 miliar dolar AS, BP rugi 6,7 miliar dolar AS,

"Melihat pukulan hebat terhadap perusahaan migas, kerugian Pertamina sebenarnya sangat kecil. Perusahaan migas dunia rugi jauh di atas Pertamina. Inilah menariknya. Karena menunjukkan kemampuan manajemen Pertamina untuk menjaga kerugian agar tidak terlalu dalam," katanya.

Kemampuan manajemen, tambahnya, membuat Pertamina bisa menurunkan beban sehingga demikian, BUMN tersebut tetap bisa melakukan operasional dari hulu ke hilir untuk menjaga agar roda ekonomi nasional terus berputar.

Rengasdengklok Dipilih sebagai Lokasi Deklarasi Cellica-Aep Pilkada Karawang 2020, Ini Alasannya

Dengan terus menjalankan operasionalnya, menurut dia, Pertamina sebagai perusahaan yang terintegrasi dengan para mitra dapat menjaga ekosistem bisnis di sekitar.

Karena sebagai lokomotif pembangunan di sektor energi, Pertamina mempunyai peran strategis untuk tetap menjaga nadi perekonomian sektor lain.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved