HUT Kemerdekaan RI
Gerak Bibir dan Emosi Kemarahan Presiden Jokowi saat Berpidato di Sidang Tahunan MPR
Monica Kumalasari juga pernah membaca bahasa tubuh Jokowi dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara Jakarta pada 18 Juni 2020.
WARTAKOTALIVE.COM, JOKOWI - Pakar bahasa tubuh dan mikroekspresi Monica Kumalasari untuk kesekian kalinya melakukan analisis gestur atau ekspresi Presiden Joko Widodo saat berpidato di Sidang Tahunan MPR di Ruang Sidang Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (14/8/2020).
Sebelumnya, Monica Kumalasari juga pernah membaca bahasa tubuh Jokowi dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara Jakarta pada 18 Juni 2020 yang videonya dirilis, Minggu (28/6/2020).
Saat itu Jokowi "memarahi" para menterinya, bahkan mengancam akan me-reshuffle atau membubarkan lembaga.
Video: Presiden Joko Widodo Kenakan Pakaian Adat NTT, Suku Sabu
Menurut kacamata Monica Kumalasari, Presiden Jokowi terlihat santai ketika menyampaikan pidato kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR, Sidang Bersama DPR-DPD dan Pidato Kenegaraan di Ruang Sidang Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (14/8/2020).
"Jokowi terlihat lebih santai dan relaks, membangun kontak mata dengan penonton yang hadir hampir setiap saat," kata Monica kepada ANTARA, Jumat (14/8/2020).
• Wakil Ketua KPK Laporkan Putra Amien Rais ke Polisi Buntut Keributan di Maskapai Garuda
• Ditembak dari Belakang, Korban Penembakan di Kelapa Gading Sempat Berusaha Menyelamatkan Diri
Presiden kali ini mengenakan baju adat Sabu dari Nusa Tenggara Timur, yang menurut Monica bisa diartikan sebagai komitmen mendukung Indonesia yang punya kebudayaan beragam.
Pidato diawali Jokowi dengan menggunakan metafora mengenai kondisi pandemi lewat analogi komputer.
Ia mengatakan, metafora adalah cara tercepat untuk menyampaikan pesan yang bisa diterima secara mudah oleh semua lapisan masyarakat.
Monica menangkap beberapa ekspresi mikro ketika Joko Widodo menyampaikan beberapa kalimat, termasuk emosi marah, sedih dan kesal.
Ketika menyampaikan soal perlunya memprioritaskan penguatan kapasitas SDM, pengembangan rumah sakit, balai kesehatan juga industri obat dan alat kesehatan, Monica melihat Jokowi menunjukkan gerak bibir dengan emosi kemarahan.
• Fakta Terbaru Penyebab Kebakaran Tambora Terungkap, Ternyata Bukan dari Korsleting Listrik
Campuran ekspresi antara marah, sedih dan kesal dapat dilihat ketika presiden bicara soal membangun ekosistem nasional kondusif untuk memperluas kesempatan kerja yang berkualitas.
Jokowi berkata, "Kita ingin semua harus bekerja. Kita ingin semua sejahtera."
Monica berpendapat, campuran emosi marah, sedih dan kesal secara subtil terlihat ketika presiden mengucapkan kata "sejahtera".
"Dari emosi bawah sadar yang ditampilkan tersebut, terlihat berkesuaian dengan berita yang sempat heboh saat Sidang kabinet 18 juni 2020 dimana Jokowi mengancam reshuffle kabinetnya, yaitu Kementerian Kesehatan dan Kemenko Perekonomian," katanya.
• Jalin Cinta Terlarang, Gadis 14 Tahun di Cengkareng Pergi dari Rumah Dibawa Kabur Duda 41 Tahun
Satu hal lain yang dianalisis Monica adalah ketika Jokowi bicara soal kinerja Mahkamah Agung yang disebut sangat positif.
Jokowi berkata, "Keberhasilan MA tersebut juga berkat dukungan dari Komisi Yudisial sesuai kewenangannya”.
Monica menuturkan, "Pada kalimat ini muncul mikroeskpresi subtle dengan gerakan bibir yang menunjukkan ekspresi marah dan sedih. Ketidaksinkronan antara pesan verbal dengan non-verbal ini perlu dikaji lebih dalam lagi."
Analisis gestur Jokowi ketika marah di hadapan para menteri
Sebelumnya, Monica Kumalasari juga menganalisis bahasa tubuh Presiden Joko Widodo dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara Jakarta pada 18 Juni 2020 yang videonya dirilis, Minggu (28/6/2020).
• Polres Bandara Temui Pimpinan KPK Nawawi Terkait Insiden Keributan dengan Mumtaz Rais
Dalam sidang tersebut, Jokowi memberikan teguran keras dan meluapkan kejengkelan karena belum ada kemajuan signifikan dari kinerja jajarannya selama tiga bulan terakhir.
Jokowi pun mengatakan ia bisa saja melakukan reshuffle atau membubarkan lembaga.
Monica mengatakan, Jokowi bicara secara spontan tanpa teks selain mungkin catatan berisi poin-poin catatan pribadinya.
"Akan mengekspresikan perasaan seseorang secara lebih genuine," kata Monica di Jakarta, Senin (29/6/2020).
Monica menganalisis gestur Jokowi berdasarkan lima kanal, yakni raut wajah, bahasa tubuh, suara, gaya verbal dan konten.
• Seorang Pria Tewas Ditusuk di Warnet Duren Sawit, Pelaku Juga Melukai Saksi Lalu Melarikan Diri
Dari ekspresi wajah yang bersifat universal, Monica menganalisis raut presiden sepanjang pembicaraan memperlihatkan banyak kesedihan yang terlihat dari gerakan alis dan bibirnya.
"Kemudian juga ada fear, rasa takut, kemudian yang paling dominan mengenai emosi marah," kata dia.
Emosi marah, kata Monica, sangat terlihat di awal meski presiden mencoba tetap tenang. Emosi itu terlihat dari bibir yang terlipat dan alis matanya.
Ekspresi itu jelas terlihat saat presiden mengatakan "ini sudah tiga bulan ke belakang dan bagaimana tiga bulan ke depan", "tidak ada progres secara signifikan" juga "ini saya pertaruhkan reputasi politik saya".
"Di awal-awal ini Pak Jokowi juga banyak mengatakan bahwa 'kita memiliki perasaan yang sama', itu lebih dari empat kali dikatakan seperti itu. Saya menganalisa bahwa ini cara beliau mengatakan 'Hei kenapa para menteri ini tidak berempati'."
Monica juga melihat ada ekspresi merendahkan yang sejalan dengan frase "kita harus memiliki perasaan yang sama" yang diucapkan berulang-ulang. Presiden terlihat geram karena para menteri tidak memiliki empati yang sama.
Dari bahasa tubuh, Jokowi menekankan apa yang ia katakan lewat gerakan. Ada gerakan-gerakan menunjuk dan menekan untuk menggarisbawahi apa yang ia ucapkan.
"Ada punctuation, seperti 'saya menggarisbawahi', saya juga melihat bahasa tubuhnya ada seperti memukul podium, walau tidak secara harafiah memukul, tapi ada gerakan tangan yang sampai kayak gemetar, yang mendukung kata-kata yang dikatakan oleh beliau."
Dalam hal suara, ada suara yang lebih rendah dan pelan, menunjukkan rasa kesedihan dan tidak yakin.
Juga ada pitch suara yang meninggi seperti sudah berteriak yang menunjukkan kemarahan memuncak.
Sedangkan dari sisi gaya verbal, Jokowi banyak mengulang kata "krisis", "267 juta rakyat", "biasa-biasa saja" dan "extraordinary".
"Dalam kata ini menunjukkan analisa bahwa ini kondisinya tidak biasa tapi 'kenapa Anda semua para menteri menganggap ini suasananya normal dan biasa saja'."
Sementara dari sisi konten keseluruhan, ada jeda sepuluh hari dari pelaksanaan sidang hingga diunggahnya video yang mengatakan Jokowi mungkin akan melakukan reshuffle atau membubarkan lembaga, di mana departemen yang banyak disinggung adalah kesehatan serta ekonomi.
• Ini Gaji Gibran Rakabuming Per Bulan Jika Terpilih Sebagai Wali Kota Solo
"Saya menganalisa bahwa dalam waktu sepuluh hari, kemudian baru dirilis, analisa saya adalah bahwa benar bahwa beliau akan melakukan hal ini," katanya.
"Dan kemarin minggu sore sudah dinyatakan, jadi konten secara keseluruhan adalah ini adalah pengantar bahwa beliau akan mengeluarkan kebiakan-kebijakan yang baru atau melakukan reshuffle maupun membubarkan lembaga," kata dia.
Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Sekretariat Presiden RI Bey Triadi Machmudin saat dikonfirmasi, Minggu (28/6), mengatakan awalnya Sidang Kabinet Paripurna tersebut bersifat intern.
"Namun setelah kami pelajari pernyataan Presiden, banyak hal yang baik, dan bagus untuk diketahui publik, sehingga kami meminta izin kepada Bapak Presiden untuk mempublikasikannya. Makanya baru di-publish hari ini," kata Bey. (Antaranews)