Sepak Bola
Panggilan Hati, Syafei Bangga Latih Tim INAF Tanpa Dibayar
Sejak pertama kali melihat skuad yang akan dilatihnya, Syafei langsung terenyuh dan tergerak hatinya untuk membatu tim INAF
Penulis: RafzanjaniSimanjorang | Editor: Dodi Hasanuddin
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Sejak dibentuk tiga Maret 2018 lalu, tim INAF (Indonesia amputee football) dilatih oleh Muhammad Syafei.
Pria berusia 52 tahun asal Bogor ini setia mendampingi INAF hingga sekarang.
Tidak ada yang tahu, tidak ada yang akan menyangka dirinya mau melatih INAF tanpa digaji seperti pelatih sepak bola pada umumnya.
Ya. Panggilan hati, kebahagiaan batin menjadi alasan pelatih berlisensi C2 ini mau belajar, membagikan ilmunya dan mempelajari karakter setiap pemainnya dan membentuk pemainnya layaknya pesepak bola pada umumnya.
Sejak pertama kali melihat skuad yang akan dilatihnya, Syafei langsung terenyuh dan tergerak hatinya untuk membatu tim INAF yang diisi oleh penyandang disabilitas amputasi.
• Beli dan Konsumsi Narkoba Catherine Wilson Minta Maaf kepada Masyarakat
• Cara Yoriko Angeline Menangkal Komentar Negatif Warganet di Media Sosial
Ya, pemainnya bermodalkan dua buah tongkat yang menopang badannya dalam bergerak mengolah si kulit bundar. Hal sulit dan tentunya membuat orang terbuka hatinya, melihat bagaimana semangat para penyandang disabilitas amputasi berjuang mewujudkan mimpinya meraih prestasi.
Itu pula yang membuat Syafei berjuang keras membantu tim INAF.
"Saya dulu ditawari atau diminta membantu sebuah tim sepak bola. Saya belum tau apa-apa tentang tim itu. Pertama saya datang dan lihat, saya begitu kaget, dan tertantang untuk membantu. Mohon maaf, yang saya latih ternyata berbeda dari SSB (awalnya Syafie melatih sekolah sepak bola atau SSB). Saya pun rela belajar lagi demi mereka," buka Syafei kepada Warta Kota, Sabtu (18/7/2020).
Kata belajar yang diutarakan oleh Syafei mengandung banyak makna. Pelatih kelahiran Bogor, sembilan Agustus 1968 ini berusaha untuk mengaplikasikan latihan apa, skema seperti apa dan intensitas seperti apa yang cocok untuk pemain disabilitas.
• Catherine Wilson Terancam Hukuman Penjara 15 Tahun, Polda Metro Buru Satu Buronan
• Wanita Komplotan Pencopet Internasional Bertugas Sebagai Pemetik, Satu Wanita Lagi Alihkan Perhatian
Selain itu, Syafei turut belajar psikologi serta melakukan pendekatan yang berbeda kepada pemainnya.
Hingga saat ini pun ia tak menghentikan proses belajarnya, dan akan tetap berjuang demi pemain yang sudah ia anggap sebagai keluarga.
"Saya juga tidak menyangka saya bisa bersama INAF sampai saat ini. Sebuah kebahagiaan yang tak terukur, walaupun dua tahun tanpa gaji. Seyogyanya, setiap pelatih tentu mencari kehidupan. Tapi saya disini berbeda. Saya jalani hidup ini dengan penuh rasa syukur. Kebahagiaan mereka jadi kebahagiaan saya," tambahnya.
Soal masa depannya, Syafei mengatakan dirinya akan selalu siap mendampingi INAF hingga kapan pun dibutuhkan oleh INAF. (m21)