Virus Corona
Terdampak Pandemi Covid-19, Anak Enur Terpaksa Jadi Kuli Panggul Hingga Jaminkan KJP
"Sampai-sampai sekarang anak sulung saya yang masih SMP ikut jadi kuli panggul bersama ayahnya," ujar Enur
Penulis: Desy Selviany | Editor: Mohamad Yusuf
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Orang tua pemilik Kartu Jakarta Pintar (KJP) Enur tidak dapat menahan tangisnya saat menceritakan alasannya meminjam uang dengan menitipkan KJP sebagai jaminan.
Wanita 31 tahun itu menceritakan bagaimana Pandemi Covid-19 memporak porandakan keuangan keluarganya.
Suami Enur terkena PHK dampak Covid-19 sejak April 2020 lalu.
Walhasil keluarga mereka tidak memiliki pemasukan sama sekali sejak Pandemi Covid-19 berlangsung.
"Sampai-sampai sekarang anak sulung saya yang masih SMP ikut jadi kuli panggul bersama ayahnya," ujar Enur sambil mengucurkan air mata saat ditemui di rumahnya di kawasan Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat, Rabu (15/7/2020).
• KEREN! Lagu Lathi Mendunia, Grup Weird Genius Terpampang di Baliho Times Square New York
• Sebelum Meninggal, Editor Metro TV Yodi Sempat Diminta Istighfar oleh Kekasihnya karena Bicara Aneh
Pendapatan menjadi kuli panggul tidak pernah menentu.
Per hari anak Enur dan suami Enur hanya mendapatkan upah rata-rata Rp 30.000.
Sedangkan terdapat empat anak yang harus dibiayai di keluarga tersebut.
Dua anak kembar masih berusia balita sehingga masih membutuhkan gizi yang cukup.
Sementara satu anak lain masih berusia Sekolah Dasar (SD) dan SMP.
Hanya satu anak Enur yang duduk di bangku SD yang mendapatkan KJP dari pemerintah.
Semua tabungan ludes untuk biaya kebutuhan pokok anak-anak Enur dan keluarga.
Seperti membeli lauk pauk, membayar kontrakan 3x4 meter, dan membayar listrik.
Sampai tabungan keluarganya habis, akhirnya Enur memutuskan meminjam uang kepada kenalannya yang memiliki toko peralatan sekolah.
• Viral Pesepeda Dilarang Masuk Kawasan PIK, Sebut harus Pakai Paspor, ini Penjelasan Wali Kota Jakut
"Saya mengenalnya karena memang sudah dari dulu langganan membeli seragam sekolah. Niatnya saya dan suami mau menggadaikan STNK," kisah ibu rumah tangga itu.
Namun saat itu pemilik toko mengaku tidak tega mengambil STNK suami Enur.
Hal itu lantaran hanya motor benda berharga yang dimiliki keluarga tersebut.
Pemilik toko bersedia meminjamkan uang Rp 500.000 untuk keluarga Enur.
Sebagai pengganti jaminan STNK, pemilik toko meminta Enur menitipkan KJP anaknya agar menjadi langganan tetap perlengkapan sekolah.
"Peminjamannya sama sekali tanpa bunga. Hanya titipkan KJP. Pin saja tidak saya kasih," jelas Enur.
Rencananya tiga pekan kemudian Enur akan mengembalikan dana yang dipinjam dan mengambil kembali KJP.
Apes, pemilik toko menjadi korban pemerasan dan ratusan KJP yang dipegang dibawa kabur para pemeras.
"Saya saja tidak tahu kalau ada ratusan KJP disitu. Mau menuntut kasihan karena pemilik toko sudah membantu saya cuma-cuma," jelas Enur.
Belakangan, Enur mendapatkan kabar bahwa KJP anaknya ada di tangan kepolisian.
Ia juga mendengar kabar KJP anaknya terancam diputus oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta karena menyalahi Peraturan Gubernur DKI Jakarta tentang KJP plus.
Enur hanya berharap KJP anaknya tidak benar-benar dicabut pemerintah.
Sebab selama ini, KJP anak kedua Enur bukan hanya memenuhi kebutuhan sekolah satu anak Enur.
Melainkan juga ikut memenuhi kebutuhan sekolah anak pertama Enur yang tidak mendapatkan KJP.
"Apalagi sedang Pandemi Covid-19 seperti ini. KJP sangat membantu untuk membeli kouta internet kedua anak saya agar bisa tetap ikut sekolah online," jelas Enur.
Diberitakan sebelumnya Polsek Kalideres menangkap empat pria yang memeras pemilik toko perlengkapan sekolah Tanti Andriani.
Para pemeras mengancam akan melaporkan Tanti karena telah melanggar SOP dari pencairan KJP.
Uang Rp4,5 juta dikeluarkan oleh pemilik toko kepada para pemeras karena ketakutan.
Satu pelaku pemeras merupakan wartawan gadungan dan satu pelaku merupakan polisi gadungan.
Dalam penangkapan itu polisi menemukan 219 KJP yang sempat dirampas oleh para pelaku. (m24)