Berita Video

VIDEO: PPDB DKI Berdasarkan Umur Gagalkan Arista, Lebih Pilih Putus Sekolah

"Agak sedih juga tapi karena emang enggak masuk karena nilai," kata Arista di Rusun Jatinegara Kaum, Pulogadung, Jakarta Timur, Rabu (8/7/2020).

Penulis: Rangga Baskoro | Editor: Ahmad Sabran
Warta Kota
Arista Maheswari (15) dan Siwi Purwanti ditemui di Rusun Jatinegara Kaum, Pulogadung, Jakarta Timur, Rabu (8/7/2020). 

WARTAKOTALIVE.COM, PULOGADUNG - Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2020/2021 Jakarta telah usai.

Dinas Pendidikan DKI Jakarya menutup proses pendaftaran pada Rabu (8/7/2020) pukul 15.00 WIB.

Jalur terakhir kuota bangku kosong yang dicoba oleh Aristawidya Maheswari (15) juga tak membuahkan hasil.

Hingga detik terakhir, anak yatim piatu ini tak lolos proses seleksi.

"Agak sedih juga tapi karena emang enggak masuk karena nilai," kata Arista di Rusun Jatinegara Kaum, Pulogadung, Jakarta Timur, Rabu (8/7/2020).

Proses seleksi kuota bangku kosong memprioritaskan nilai yang dikalikan dengan akreditasi sekolah asal.

Nilai rata-rata rapor lima mata pelajaran yang diraih Arista yakni 81,71.

Sedangkan nilai akreditasi sekolah asalnya yakni SMPN 92 Jakarta 9,5.

Sehingga total nilai yang didapatkan Arista hanya 7.762,4.

Pada proses tersebut, nilai Arista juga kalah saing dengan murid-murid lainnya yang memiliki nilai lebih tinggi darinya.

"Nilai aku enggak terlalu tinggi, enggak terlalu rendah juga, sudah coba ke beberapa sekolah, tapi enggak dapat," ucapnya.

Sejak pagi hingga siang, ia dan neneknya, Siwi Purwanti (60) mencari-cari slot bangku kosong hingga ke delapan sekolah.

Namun hingga PPDB ditutup pada pukul 15.00 WIB, ia tak lolos terlempar karena nilainya kalah bersaing.

"Tadi nyoba ke SMAN 12, 21, 36, 61, 53, 59, 45 dan 102 terakhir, sampai jam 3 sore, tidak ada yang lolos," tutur Arista.

Arista sebelumnya sempat memperjuangkan nasibnya hingga ke Komisi X DPR RI lantaran sistem zonasi lebih mengutamakan faktor usia ketimbang jarak sekolah.

Hal itu dilakukannya lantaran banyak anak-anak yang berusia lebih muda kalah saing dengan murid-murid yang berusia lebih tua hingga peluang mereka yang baru lulus di tahun ini, menjadi sangat kecil.

Ia mengaku sangat kecewa terhadap sistem PPDB jalur zonasi yang mengutamakan usia sebagai acuan lolosnya seleksi.

Padahal, peluang Arista untuk terdaftar di SMAN pilihannya sangat terbuka lebar apabila sistem yang digunakan mengacu pada jarak sekolah, bukan usia.

"Sangat kecewa, yang seharusnya aku bisa masuk ke sekolah negeri (melalui jalur zonasi), tapi enggak bisa. Karena yang saya mau sebenarnya jarak sekolah yang dekat dari rumah," ungkap Arista.

"SMAN 12 hanya 500 meter, sangat dekat, jadi enggak harus ada biaya transport, tinggal nyeberang sudah sampai," ungkapnya.

Arista pun memutuskan untuk menghentikan masa studinya sementara waktu lantaran enggan menimba ilmu di sekolah swasta, salah satu faktornya adalah terkendala biaya.

"Saya mau istirahat saja dulu 1 tahun," kata Arista. (abs)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved