Sinopsis Film
Sinopsis Film A Taxi Driver Diangkat dari Kisah Nyata di Trans7 Kamis 2 Juli Pukul 21.30
Pada Mei 1980, reporter Jerman Peter (Thomas Kretschmann) bekerja untuk penugasan di Tokyo, tetapi berita di sana lambat.
Hal itu dilakukan hanya demi menjaga citra dan persepsi orang banyak. Ya, memang pada dasarnya sulit untuk berdamai dengan keburukan atau kekurangan diri sendiri.
Bisa dibilang, kejujuran juga sering menimbulkan dilema. Meskipun itu adalah perbuatan baik, tetapi juga berpotensi merugikan.
Propaganda, Media, dan Kejujuran
Jika kita berbicara tentang kediktatoran, tentu hal ini tak bisa dilepaskan dari yang namanya propaganda. Kebetulan perihal propaganda juga diangkat oleh sutradara Jang Hoon di film ini.
Chun yang bertindak sebagai penguasa nyatanya tidak hanya melakukan tindakan represif terhadap masyarakat Gwangju semata.
Namun dia juga berusaha membelokkan dan mengontrol opini terhadap apa yang sebenarnya terjadi. Di dalam film ini, Jang Hoon menggambarkan hal itu melalui perubahan-perubahan pada media massa terkait konflik Gwangju.
Dimulai dari awal film, dengan adegan di mana Kim sedang mendengar siaran radio pada malam hari.
Berita yang disampaikan saat itu terbilang cukup netral, dengan hanya menginformasikan gambaran besar kondisi politik Korea, seperti pengumuman darurat militer hingga berita tentang demo yang dilakukan oleh para mahasiswa.
Namun seiring berjalannya film, perlahan terlihat bagaimana pemerintah Chun menggunakan kekuasaannya dalam mengontrol media massa.
Ada dua adegan yang dengan jelas menggambarkan hal itu. Pertama, ketika Peter baru tiba di Korea dan bertemu rekan sesama reporter di sebuah restoran.
Awalnya Peter diberi tahu mengenai report guidelines, yang isinya melarang aspek-aspek tertentu untuk diberitakan, terutama segala hal tentang Gwangju.
Namun yang paling membekas adalah ketika Peter diperlihatkan surat kabar lokal Gwangju.
Ada sebuah halaman yang kosong melompong, hampir tidak ada tulisan sama sekali. Dijelaskan bahwa hal itu terjadi karena ‘sensor’ oleh pemerintah.
Adegan kedua adalah ketika Kim sedang berada di sebuah kedai di luar Gwangju. Dia mendengar percakapan antar pengunjung tentang kondisi di Gwangju.
Hal itu cukup membuat Kim gerah, karena seluruh hal yang dibicarakan nyatanya berbeda dengan apa fakta yang telah dilihat dan dialaminya selama di Gwangju.