Liputan Eksklusif

Siswa Ikut Bimbel Rp 89 Juta Demi Masuk FK UI, yang Lagi Tren Bimbel Model Karantina

Istimewanya, bimbel itu berupa privat intensif yang menggaransi pesertanya lulus tes masuk Fakultas Kedokteran 100 persen.

Penulis: Vini Rizki Amelia | Editor: Lucky Oktaviano
Harian Warta Kota
Bimbingan belajar (belajar) model karantina kini menjamur dan diminati siswa dan orangtua siswa agar sang anak bisa lulus masuk ke perguruan tinggi negeri (PTN). 

Jika diterima, Desly akan bersyukur sebab ia akan berhemat. Menurutnya biaya perkuliahan di FK PTN tidak semahal di universitas swasta.

Ia sudah mencari tahu biaya uang masuk FK universitas swasta mencapai Rp 350 juta hingga Rp 500 juta.

"Jadi daripada ngeluarin untuk swasta gede ya, belum nanti semesterannya, lebih baik dipakai buat eduCamp, gitu sih pikirannya. Ya Insyaallah-lah diterima, yang penting kami ada usahanya," papar dia.

Sedangkan Rani membenarkan rela mengikuti proses karantina demi menembus FK dan jurusan arsitektur Undip.

"Tapi yang utama itu kedokteran, aku maunya kedokteran. Tapi karena UTBK harus pilih dua (jurusan), jadi satunya arsitektur," ucap Rani.

Main ponsel dibatasi

Berdasarkan pantauan wartawan Warta Kota, Wisma Hijau berlokasi di kawasan Jalan Mekarsari Raya, Cimanggis, Depok.

Para siswa ditempatkan di masing-masing kamar yang fasilitasnya mirip dengan kamar hotel. Jarak antarkamar dan ruangan sesi belajar tak berjauhan. Istilahnya masih dalam satu area.

Bagian kiri-kanan gedung dibuat asri dengan sejumlah pepohonan kecil dan besar. Pada salah satu sudut, terdapat meja dengan payung tenda.

Pintu masuk ke gedung ini cuma satu dan dijaga 24 oleh petugas keamanan.

Tidak ada jam kunjungan untuk rekan para siswa yang sedang dikarantina. Orangtua sekalipun cuma diperkenankan menjenguk pada hari Minggu saja, mulai pagi hingga siang.

Bila waktu kunjungan terlewat, harus menunggu seminggu lagi.

Saat Warta Kota mendatangi Wisma Hijau untuk melihat langsung proses pembelajaran, pengelola membatasi waktu. Hal itu bertujuan agar tak mengganggu proses belajar.

"Karena kami menjaga konsentrasi siswa agar tidak terganggu saat proses karantina ini, tujuannya agar mereka fokus belajar. Waktu main ponsel mereka juga dibatasi, hanya boleh selepas Magrib. Biasanya cuma satu jam pegangnya dan itu diharapkan mereka menghubungi orangtua untuk bertukar kabar," ujar Direktur Sales Educate, Lukman Nurhakim.

Lukman menjelaskan, peserta yang masuk kelompok pertama sudah dikarantina sejak 17 Juni lalu. Mereka berada di sana hingga 9 Juli mendatang.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved