Film

Ajeng Canyarasmi, Sound Designer Asal Bandung yang Menembus Industri Film Hollywood

Ajeng Canyarasmi sound desaigner Bandung terobsesi menembus industri film Hollywood. Gadis yang akrab dipanggil Jay ini memenangi sejumlah award

Penulis: Rusna Djanur Buana | Editor: Rusna Djanur Buana
dok.pribadi
Ajeng Canyarasmi sound designer asal Bandung 

sehingga film tersebut terdengar mulus dan sesuai konteks.

Ketika suntingan suara sudah rapi dan merata, sound designer akan menambahkan efek suara yang sebelumnya tidak ada atau kurang afdal.

Contoh klasiknya adalah adegan berantem di tengah situasi kejar-kejaran mobil di film action.

Semua suara dramatis itu ditambahkan pada fase sound designing: tonjokan di bahu, suara “woosh” ketika tokoh mengelak serangan, suara mesin mobil, tembakan senjata tokoh utama yang besar dan menggelegar versus tembakan pistol tokoh antagonis yang redup.

Tugas sound designer adalah memastikan semua efek suara tambahan itu membuat setiap adegan di film menarik bagi penonton dan berkontribusi kepada cerita film tersebut.

Profesi sound designer inilah yang digeluti Ajeng Canyarasmi, gadis enerjik asal Kota Bandung.

Ajeng Canyarasmi berada di ruang kerjanya
Ajeng Canyarasmi berada di ruang kerjanya (dok.pribadi)

Tidak ingin tanggung-tanggung, jebolan Fakultas Matematika Institut Teknologi Bandung ini menuntut ilmu sound designing dan re-recording mixing di University of Southern California dan lulus dengan indeks prestasi yang hampir sempurna.

Ketertarikannya pada dunia sound designing dan re-recording mixing membuat Ajeng mengesampingkan cita-cita awalnya menjadi sutradara film. 

“Awalnya,  ingin menjadi sutradara. Tapi seiring waktu saya lebih tertarik untuk mengasah keahlian saya di bidang filmmaking.

Bagu saya film adalah karya seni yang dibangun dari beragam bidang dan aspek yaitu sutradara, akting, desain set, sinematografi, efek spesial, penyuntingan gambar, rekaman suara, desain dan penyuntingan suara (sound designing & editing), dan rekam-ulang suara (re-recording mixing).

Saya telah menyaksikan puluhan, bahkan ratusan film dibuat setiap tahun.

Dan tragisnya, saya merasa suara adalah bagian dari film yang seringkali terlupakan atau dinomorduakan dalam proses pembuatan film.

Selain itu, tidak banyak orang ingin bekerja di bidang suara di industri film, setidaknya itu yang saya lihat selama ini di Los Angeles secara keseluruhan.

Di sisi lain, saya melihat ada ‘keajaiban’ dari menyematkan efek-efek suara secara teliti, membuat adegan yang terlihat palsu (seperti adegan berkelahi di film action) tampak sangat nyata ketika efek suara sudah ditambahkan di paskaproduksi.

Inilah yang membuat saya jatuh hati dengan desain suara dan rekam-ulang suara di paskaproduksi film.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved