Kolom Olahraga
Berikan Shin Tae-yong Kesempatan dan Kepercayaan
Shin Tae-yong dan PSSI perang argumen lewat media. Hal yang seharusnya dihindari karena pelatih-manajer serta federasi sejatinya berkolaborasi.
Oleh Eko Priyono
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Sepak bola Indonesia kembali ingar bingar. Namun, kemeriahan ini bukan karena sudah dimulainya kompetisi atau laga tim nasional melainkan ribut-ribut antara pengurus Federasi PSSI dengan manajer pelatih tim nasional, Shin Tae Yong.
Kegaduhan federasi sepak bola PSSI bak lagu lama yang kembali diputar. Padahal kita sama-sama tahu, bahwa akhir dari irama dan lantunan ini hanya meninabobokan sepak bola Indonesia.
Sementara negara lain, akan tertawa dan melambaikan tangan sambil menjauh.
Wawancara Shin Tae-yong (STY) dengan media Korea Selatan memang seperti petir di siang bolong. Pengurus PSSI tak menduga diberondong kritik pedas dari pelatih yang meracik tim Korea Selatan saat menekuk Jerman di Piala Dunia 2018 Rusia.
Banyak persoalan yang diungkap STY. Namun, benang merah dari semua pernyataannya adalah gugatan keprofesionalan PSSI.
STY yang awalnya merasa akan diberi dukungan penuh membangun timnas, seperti mulai dipereteli kewenangannya. Dalam hal ini, PSSI telah membantah. Federasi juga merasa sudah sangat kooperatif dengan STY.
Sejak diikat kontrak PSSI pada Desember 2019 lalu, STY bagaikan magnet. Reputasi STY menjadi harapan bagi masyarakat Indonesia untuk bisa mengangkat sepak bola Indonesia ke level yang tinggi.
Pada sebuah wawancara, Shin mengatakan, dalam membangun tim nasional dia punya filosofi yakni latihan keras dan uji kemampuan dengan tim tangguh.
Filosofi ini dia adopsi dari pengalaman Negeri Gingseng saat tampil di Piala Dunia 2002 yang digelar di Jepang dan Korea Selatan (Korsel).
Federasi sepak bola Korsel, KFA menunjuk Guus Hiddink sebagai pelatih. Pria asal Belanda ini mendapat kepercayaan untuk menjalankan program jangka panjang.
Dia juga diberi kewenangan penuh untuk menentukan dan mengatur manajemen timnas. Dalam persiapan, pemain-pemain Korsel digembleng habis-habisan. Mereka diadu dengan tim-tim kuat untuk mengukur kemampuan sekaligus menimba pengalaman.
Hasilnya? Korsel dihajar 0-5 melawan Perancis di Piala Konfederasi. Hasil yang sama juga didapat saat menghadapi Republik Ceko seusai Piala Konfederasi.
Guus Hiddink dicibir. Media Korsel memberi julukan "Oh-dae-ppang" yang berarti 5-0. Meski sudah berlatih keras, mereka juga belum memetik hasil positif.
Di Piala Emas Concacaf, pasukan Guus Hiddink terpuruk di posisi keempat hasil dua kali imbang, tiga kali kalah dan tanpa kemenangan.