PSBB Proporsional, Ojek Online Belum Boleh Beroperasi di Bogor, Depok, dan Bekasi
Dinas Perhubungan Pemprov Jawa Barat melarang angkutan roda dua berbasis aplikasi (ojek online) mengangkut penumpang di wilayah Bogor, Depok, Bekasi.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Dinas Perhubungan (Dishub) Pemprov Jawa Barat melarang angkutan roda dua berbasis aplikasi daring (ojek online) mengangkut penumpang di wilayah Bodebek (Kota dan Kabupaten Bogor, Depok, serta Kota dan Kabupaten Bekasi).
"Pertimbangannya dari kota/kabupaten. Mereka (kepala daerah Bodebek) banyak mengatakan ingin tetap membatasi penumpang ojol," ujar Kepala Dishub Jawa Barat Hery Antasari saat dihubungi, Kamis (11/6/2020) pagi.
"Kami buat surat itu tujuannya untuk memfasilitasi, daripada sekarang Depok ngeluarin, Bekasi ngeluarin, Bogor ngeluarin (edaran yang sama). Jadi ini sekaligus untuk Bodebek," lanjut dia.
• Satpol PP Gelar Razia Pengawasan PSBB Transisi di Pasar Palmerah, Banyak Pedagang Tak Pakai Masker
Sebagai informasi, lima wilayah di Bodebek saat ini memasuki fase PSBB proporsional sejak Jumat (5/6/2020), dan sejumlah aktivitas publik kembali dibuka secara terbatas.
Untuk mencegah ojek online mengangkut penumpang di Bogor, Depok, dan Bekasi, Dishub Jawa Barat melayangkan surat resmi kepada dua aplikator ojek online, yaitu Gojek dan Grab.
Dalam surat bertanggal Minggu (7/6/2020) yang diteken oleh Hery, larangan ojek online membawa penumpang pada PSBB proporsional disebut telah diatur dalam Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 38 Tahun 2020 Pasal 16 ayat (7) dan (8). "... bahwa angkutan sepeda motor online atau berbasis aplikasi dibatasi penggunaannya hanya untuk pengangkutan barang," tulis Hery dalam surat tersebut.
Di samping itu, PSBB di Bogor, Depok, dan Bekasi diperpanjang sampai 2 Juli 2020.
"Berkenaan dengan hal tersebut, dalam hal melayani konsumen di Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten Bekasi, dan Kota Bekasi, agar Saudara menyesuaikan fitur aplikasi jasa layanan sepeda motor online...," tulis Hery. "... layanan sepeda motor online hanya dapat digunakan untuk pengangkutan barang sebagaimana poin 1 di atas, dan apabila dalam perkembangan penyebaran Covid-19 mengalami penurunan, akan dilakukan evaluasi serta diberitahukan lebih lanjut."
• Walau PSBB Tangerang Raya Diperpanjang, Masjid Terbesar di Kota Tangerang Dibuka untuk Umum
Sementara di Jakarta, ojol sudah diizinkan mengangkut penumpang. GoRide dan GrabBike juga sudah diaktifkan kembali.
Meski demikian, ojol masih dilarang untuk masuk ke zona merah di wilayah DKI Jakarta.
Setidaknya ada 66 RW di Jakarta yang masih berada di zona merah Covid-19.
Pihak Gojek dan Grab menerapkan sejumlah protokol, seperti mewajibkan penumpang membawa helm sendiri, serta memasang partisi antara sopir dan penumpang.
Sopir dan penumpang diwajibkan memakai masker. Salah satu pihak bisa membatalkan pesanan jika ada yang tidak memakai masker.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini atau Risma ungkap caranya bisa membawa Surabaya keluar dari zona hitam Virus Corona atau COVID-19.
• PSBB Transisi Jakarta, Taman Margasatwa Ragunan Akhirnya Dibuka Sepekan, Catat Tanggalnya
Rahasia Risma sampai berani akhiri pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Kota Surabaya disampaikannya di acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (9/6/2020), yang dipandu Karni Ilyas.
Risma menegaskan tak meniru Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang memilih PSBB transisi karena telah mempunyai cara sendiri mengeluarkan Surabaya dari zona hitam Virus Corona.
• Cerita Lengkap Tak Diperpanjangnya PSBB di Surabaya Raya, Risma dkk Ngotot, Khofifah Mengalah?
• Jumlah Pasien OTG Sembuh di Surabaya Makin Bertambah, Risma Ingatkan Jangan Ceroboh
Seperti yang diketahui, Surabaya sudah tidak lagi menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Padahal kasus Corona di Surabaya masih sangat tinggi dan masuk dalam zona hitam atau merah tua.
Sebagian besar kasus Corona di Jawa Timur berada di Surabaya.
Risma mengaku dalam penanganan Covid-19 di Surabaya tidak memperhatikan status zona.
Hal ini disampaikan Risma dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (9/6/2020).
• Update Temuan Potongan Kaki Kiri Perempuan di Setu Pengarengan, Polisi Periksa Lima Orang Saksi
"Terus terang saya tidak memerhatikan zona itu merah, biru, kuning, atau putih," ujar Risma.
Menurutnya, ada yang lebih penting daripada sekadar status zona daerahnya.
Risma menegaskan bahwa fokusnya dalam menangani kasus Corona adalah pada kondisi langsung masyarakat di lapangan.
Baik itu warga yang memang sakit, ataupun yang berstatus sebagai carrier yang juga berpotensi menularkan.
"Yang saya perhatikan adalah warga saya yang sakit atau warga saya yang sebetulnya carrier (pembawa) tapi ada di luar karena dia tanpa gejala," jelasnya.
• Walau PSBB Tangerang Raya Diperpanjang, Masjid Terbesar di Kota Tangerang Dibuka untuk Umum
"Tidak ada satu pun yang tahu dia pembawa atau carrier penyakit itu," sambungnya.
Maka dari itu, Risma mengaku tidak berhenti untuk terus memantau atau melakukan tracing kasus Corona di Surabaya, terlebih untuk para pasien dalam pengawasan (PDP) maupun orang tanpa gejala (OTG).
Menurutnya, dengan langkah tersebut jauh sangat efektif untuk mengetahui persebarannya, sehingga bisa dilakukan penanganan khusus.
"Jadi karena itu hari demi hari saya melototin data pasien dan kemudian posisinya pasien ada di mana," papar Risma.
"Kemudian saya melakukan pemetaan karena saya lihat saya harus tahu kondisi kampung itu seperti apa," jelasnya.
"Misalkan dia tinggal di apartemen, kondisi apartemennya seperti apa. Kalau di rumah susun saya harus melakukan apa," tambah Wali Kota Surabaya ini.
"Kalau dia bekerja di toko dengan pegawai-pegawai saya harus apa. Kalau dia di pasar saya harus apa," kata Risma.
• Dua Pekan Melandai, Kasus Virus Corona Kembali Naik, Tertinggi Sejak Covid-19 Merebak di Kota Bogor
Lebih lanjut, ketika sudah ditemukan persebarannya, maka langkah selanjutnya adalah dengan melakukan pengetesan massal.
"Setelah itu saya melihat peta. Dari peta itu saya sampaikan ini harus dites karena ada kemungkinan ini dia pergi ke sini, pergi ke sana," lanjutnya.
"Saya harus benar-benar tracing. Jadi konsentrasi saya day to day itu," pungkasnya.
Simak videonya mulai menit ke- 1.17:
Reaksi Risma saat Ditanya Kenapa Tak Ingin Tiru Anies soal PSBB Transisi
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini mengungkap alasan memilih menghentikan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di wilayahnya.
Padahal, saat ini diketahui Surabaya menjadi pusat penyebaran Virus Corona dengan status yang masih merah pekat atau hitam.
Hal tersebut disampaikan Risma ketika melakukan sambungan video dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa (9/6/2020).
Mulanya Presenter Karni Ilyas menyinggung soal keinginan Risma mencabut PSBB di tengah penyebaran Virus Corona yang masih tinggi.
Mengapa Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya tidak ingin meniru Pemberintah Provinsi DKI Jakarta menerapkan PSBB transisi.
• Jenderal TNI Andika Perkasa Terima Laporan Kenaikan Pangkat 74 Perwira TNI AD, Berikut Daftarnya
"Ada pertanyaan saya dengan angka relatif tinggi Surabaya khususnya, mungkin Jawa Timur umumnya saya dengar itu Ibu sudah kepengen PSBB diangkat saja."
"Tanpa transisi seperti Jakarta maka tanpa masuk transisi seperti Jakarta, langsung saja, diangkat habis?" tanya Karni Ilyas.
Risma menjelaskan pihaknya memilih PSBB dicabut lantaran sudah mengetahui pasien Covid-19-nya sehingga langsung dilakukan tindakan isolasi.
"Jadi yang pertama kami sudah tahu pasien itu, kami tahu detail pasien itu dan kemudian kami langsung lakukan isolasi, itu yang pertama," ungkap Risma.
Lalu, Risma mengatakan dirinya juga memerhatikan sektor ekonomi.
Ia membayangkan dirinya warga kurang mampu yang kena PHK namun harus menghidupi keluarga.
"Yang kedua ada sektor-sektor tertentu yang enggak bisa hidup sekarang. Saya tanya kepada seluruh pemeriksa."
"Kalau saya kepala keluarga, meski saya kemudian dapat bantuan sembako dari pemerintah kota tapi saya terkena PHK," ujar dia.
Ia membayangkan bisakah hidup dengan bantuan sembako yang terbatas.
"Saya dapat bantuan sembako, taruhlah 10 kg beras dan kemudian tidak bisa bekerja, kemudian punya dua anak atau tiga anak'."
"Bisakah kira-kira kita hidup, sedangkan kemarin saat dia bekerja itu pendapatannya itu bisa dimakan untuk sehari," ujar dia.
Risma juga menanyakan bisakah mereka bertahan hidup apalagi tidak semua orang bisa memiliki uang tabungan.
• Pertamina Peduli Salurkan 48.000 Perlengkapan Kesehatan untuk 68 RS TNI AD di Seluruh Indonesia
"Dia enggak ada potensi untuk nabung, dia tidak ada potensi, mungkin dia bisa nabung emas, tapi enggak bisa jual karena tidak ada toko yang buka," ungkapnya.
Meski demikian, wali kota berusia 58 tahun ini menegaskan akan memperketat disiplin kesehatan di wilayahnya.
"Jadi karena itu yang kita lakukan adalah kami membuat protokol-protokol yang sangat ketat, jadi semua kita semua staf saya sebar."
"Untuk memantau ini laporannya ada semua bagaimana di pertokoan, bagaimana di mal, bagaimana di pasar," ucapnya.
923 Pasien Sembuh
Risma dan dinkes Surabaya hanya mengatakan ratusan pasien Corona sembuh dengan cepat karena imunitas mereka tinggi.
Total angka kesembuhan pasien Corona di Kota Pahlawan itu, mencapai 923 pasien.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya mengatakan, pasien positif yang sembuh dari virus Corona baru sebagian besar perempuan.
"Pasien Covid-19 yang sembuh lebih banyak perempuan dibanding lak-laki dengan persentase 51 persen," kata Koordinator Bidang Pencegahan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Surabaya Febria Rachmanita saat di Balai Kota Surabaya, Rabu (10/6/2020).

Febria mengatakan, sebanyak 56 pasien dinyatakan sembuh pada Selasa (9/6/2020).
Jumlah itu terdiri dari 45 pasien yang dirawat di Hotel Asrama Haji dan 11 pasien karantina mandiri.
Maka, total angka kesembuhan di Surabaya mencapai 923 pasien atau 26,84 persen.
"Angka kesembuhan per 9 Juni 2020 sebesar 26,84 persen.
Pasien yang sembuh ini pastinya sudah negatif hasil tes swabnya berturut-turut selama dua kali," katanya.
Febria mengatakan, tren kesembuhan di Surabaya terus meningkat.
Khususnya bagi pasien positif yang tanpa gejala.
Hampir setiap hari ada pasien positif tanpa gejala yang sembuh di Kota Pahlawan.
"Kalau pasien yang OTG-OTG itu memang cepat sebab imunitas tubuhnya kuat dan tidak ada gejala.
Meskipun dia juga terkonfirmasi positif Covid-19," ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya ini memerinci sebagian besar pasien yang sembuh berusia 45-54 tahun atau usia produktif.
Meski telah dinyatakan sembuh, pasien tersebut diminta tak mengabaikan kesehatannya.
Pasien yang telah sembuh diminta tetap disiplin dan mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus Corona baru tau Covid-19.
Masyarakat diminta tetap memakai masker dan menjaga jarak saat berada di luar rumah.
"Tetap walaupun sembuh protokol kesehatan juga harus diperhatikan. (TribunWow/Elfan Nugroho/Mariah Gipty)