Wawancara Eksklusif

Sampah di Separator Jalan Ciledug Capai 25 Ton

Kamis (28/5) lalu, beredar video yang memperlihatkan tumpukan sampah di separator jalan di Jalan Raden Fatah, Ciledug, Kota Tangerang.

Warta Kota/Andika Panduwinata
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Dedi Suhada 

Laporan Wartakotalive.com Andika Panduwinata

WARTAKOTALIVE.COM, CILEDUG - Kamis (28/5) lalu, beredar video yang memperlihatkan tumpukan sampah di separator jalan di Jalan Raden Fatah, Ciledug, Kota Tangerang.

Sampah-sampah itu umumnya dibungkus kantong plastik berbagai warna.

Pihak Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Dedi Suhada menceritakan ikhwal berubah fungsinya separator jalan menjadi tempat sampah dadakan. Separator sejatinya merupakan pemisah jalur.

Di Jalan Raden Fatah, separator berfungsi membelah jalur untuk pengendara yang mengarah dari Ciledug ke Jakarta atau sebaliknya.

Menurut Dedi, video tumpukan sampah tadi benar adanya. Berikut petikan wawancara eksklusif wartawan Warta Kota Andika Panduwinata dengan Dedi yang berlangsung, Jumat (29/5).

Bagaimana sampah bisa bertumpuk seperti itu di separator?

Untuk sampah di Jalan Raden Fatah, sebenarnya kami rutin melakukan pembersihan. Sistem kami sudah jelas bahwa setiap hari ada 143 truk yang melakukan pengangkutan termasuk di Jalan Raden Fatah, Ciledug. Operasional pengangkutan ada dua sesi, pada pukul 06.00 sampai 07.00 WIB dan 14.00 hingga 15.00 WIB.

Nah untuk sampah di Jalan Raden Fatah yang menjadi viral saat Hari Raya Idul Fitri kemarin, sebetulnya sudah kami bersihkan rute itu pada malam Takbiran. Namun di Lebaran kami beri kesempatan kepada para petugas kebersihan secara bergiliran untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga mereka. Sehingga pada hari itu kami cuma menurunkan beberapa armada saja. Makanya terjadi penumpukan sampah.

Setelah diukur, berapa volume timbunan sampah tersebut?

Setelah viral langsung kami bersihkan. Posisi pada subuh esok harinya kami lakukan pengangkutan. Jam 08.00 WIB sudah bersih. Sebanyak lima armada dikerahkan, satu unit armada berisikan lima (5) ton sampah. Total 25 ton sampah yang kami bersihkan di sepanjang jalan itu.

Sampah menumpuk di sepanjang Jalan Raden Fatah. Posisinya dari Pertigaan Parung Serab hingga Pasar Lembang Ciledug. Kurang lebih ada sekitar dua kilometer sampah itu menimbun di sepanjang jalan. Kami imbau kerja sama semua pihak mulai dari aparatur kecamatan, kelurahan, dan juga warga dalam persoalan sampah ini. Karena ini juga menyangkut etika dan budaya hidup bersih.

Apa upaya Pemerintah Kota Tangerang agar kejadian serupa tak terulang lagi?

Jadi untuk menghindari hal itu terjadi lagi, harus ada koordinasi yang baik antara dinas, kecamatan, kelurahan, dan masyarakat setempat. Kami memang tidak berjaga untuk melakukan monitor siapa saja yang membuang sampah semberangan di jalan itu.

Tapi dari pihak kecamatan dan kelurahan melakukan patroli. Sempat mereka menangkap pelaku pembuangan sampah tersebut. Pemberian sanksi untuk sementara kami serahkan kepada pihak kecamatan karena mereka yang menangkap.

Namun lagi-lagi masih memberikan toleransi hanya sebatas teguran saja. Solusinya jadi kami selama ini gencar sosialisasi dengan kecamatan dan kelurahan, lalu adanya komitmen warga dengan angkutan sampah.

Pada jam-jam yang sudah ditetapkan tadi, warga sudah harus menaruh sampah-sampahnya. Jangan buang di median jalan. Teknisnya taruh saja di gerobak yang telah disiapkan RT/RW setempat, langsung kami angkut. Kesepakatan dengan masyarakat ini lebih efektif sesuai dengan jadwalnya.

Mengapa tak disediakan tempat pembuangan sampah?

Memang kami tidak sediakan tempat pembuangan sampah (TPS) di lokasi tersebut karena itu kan jalur protokol. Banyak sisi kelemahannya. Sisi kurang baik misalnya kurang bersih kelihatan kumuh, ganggu estetika tidak bagus dan aroma bau sampahnya juga enggak baik.

Makanya kami terapkan transit. Disediakan gerobak-gerobak tiap RT/RW. Di Pasar Lembang disediakan kontainer sebagai transit. Nanti sesuai waktu operasional baru kami angkut. Kalau disediakan TPS di lokasi itu nantinya digunakan oleh warga di luar asal Kota Tangerang. Harusnya kan buat masyarakat kita saja, tapi warga perbatasan seperti Tangerang Selatan juga khawatirnya nantinya buang sampah di tempat itu.

Sudah ada koordinasi dengan Pemkot Tangerang Selatan dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta?

Wilayah ini memang bersinggungan dengan Tangerang Selatan (Tangsel) juga DKI Jakarta. Untuk duduk bareng memang belum sampai saat ini. Sebetulnya dari aturan tidak boleh buang sampah dari kota satu ke kota lain.

Harus jaga masyarakatnya, artinya mereka harus siapkan sarana prasarana untuk menyediakan tempat dan mengangkut sampah-sampahnya. Secara "face to face" kami belum bertemu dengan Tangsel dan DKI bahas ini. Memang ada warga perbatasan juga yang membuang sampah di Jalan Radeh Fatah itu.

Imbauan saya, kita harus peduli untuk sama-sama menyelesaikan persoalan sampah ini. Saya harap masyarakat bisa buang sampahnya teratur dan pada tempatnya bukan di tengah jalan.

Warga harus melapor ke siapa bila ada timbunan sampah?

Masyarakat bisa mengadukan langsung melalui Aplikasi Laksa milik Pemkot Tangerang. Bisa juga langsung melalui akun media sosial Instagram dan nomor WhatsApp milik kami yang tertera di situ.

Langsung kami tindaklanjuti untuk tumpukan sampah ini. Bisa pula langsung melapor ke RT atau RW. Kemudian mereka meneruskannya ke tingkat kelurahan serta kecamatan. Karena dari sini juga kami bentuk tim pengawasan. (*)

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved