Marak Pencurian Data, Begini Solusi Tingkatkan Keamanan Sistem
Akibat penyebaran Covid-19 yang terjadi sejak Desember 2019, roda ekonomi maupun kebiasaan orang perlahan berubah.
“Security breach atau pembobolan sistem yang berakibat kebocoran data akan membahayakan bisnis perusahaan tersebut."
• Razia PSBB di Kranji Bekasi, Aparat Malah Temukan 104 Botol Miras
"Dan bisa memberikan dampak negatif seperti hilangnya kepercayaan konsumen dan rusaknya reputasi perusahaan,” imbuh Julyanto, lewat keteragan tertulis.
“Kondisi itu pada akhirnya akan merugikan perusahaan tersebut, karena konsumen akan pindah ke kompetitor."
"Intinya, jika data dalam suatu sistem rusak, hilang, atau dicuri, maka bencana akan menghampiri,” paparnya.
• Doni Monardo: Sangat Mungkin Kita akan Selamanya Hidup dengan Covid-19
Untuk menghindari hal tersebut, kita harus menerapkan 2 lapis keamanan, yaitu:
1. Memperkuat autentikasi dengan Single Sign On dan HSM/Smartcard.
Dengan proteksi yang lebih baik ini, tidak ada password akses yang dapat dipergunakan oleh siapapun kecuali sistem.
2. Menerapkan enkripsi data dengan autentikasi yang canggih, agar data yang sedang berada dalam storage (Data-At-Rest) tidak dapat disadap/diambil (bocor) oleh yang tidak berwenang.
Berdasarkan statusnya, data dikategorikan menjadi tiga jenis:
⦁ Data in Transit (bergerak)
Data yang sedang dipertukarkan dari tempat satu ke tempat lain, dari user ke server dan sebaliknya, dalam jaringan.
Pengamanannya secara umum adalah menggunakan SSL, atu VPN/IpSec.
⦁ Data In Use
Data yang sedang dimanipulasi oleh komputer, seperti data yang ada di memori; di cache, di queue, di heap maupun di stack.
Data ini cenderung berupa plaintext dan tidak dapat diambil atau diintip, karena dalam proses yang sedang berjalan.