Film
Setelah Bumi Manusia, Mawar De Jongh Kembali Bertemu Hanung Bramantyo di Film Miracle In Cell No 7
Di film Miracle In Cell No 7 itu Mawar De Jongh kembali bertemu sutradara Hanung Bramantyo setelah sebelumnya bekerjasama di film Bumi Manusia.
Penulis: Irwan Wahyu Kintoko | Editor: Irwan Wahyu Kintoko
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Mawar De Jongh merasa beruntung kembali diajak dan dipilih Falcon Pictures bermain di film Miracle In Cell No 7.
Di film Miracle In Cell No 7 itu Mawar De Jongh kembali bertemu sutradara Hanung Bramantyo.
Sebelumnya Mawar De Jongh bermain apik ketika memainkan peran Annelies Mellema di film Bumi Manusia (2019) yang juga disutradarai Hanung Bramantyo.
Kali ini Hanung Bramantyo mempercayakan Mawar De Jongh memainkan peran sebagai Kartika dewasa yang bekerja sebagai pengacara.
Kartika kecil dimainkan Garciella Abigail yang baru berusia 7 tahun, sedangkan ayah Kartika adalah Dodo Rojak yang diperankan Vino Bastian.
Dodo Rojak yang menjadi penyandang disabilitas ini sehari-hari bekerja sebagai tukang penjual balon yang tinggal di rumah sempit bersama Kartika.

"Selama syuting film Miracle In Cell No 7, aku banyak banget diarahin sama Mas Hanung Bramantyo, sama kayak waktu syuting Bumi Manusia," kata Mawar De Jongh berbincang, Senin (11/5/2020) sore.
Menariknya lagi, seperti di film Bumi Manusia dan SIN (2019), Mawar De Jongh juga berakting bersama Bryan Domani, pemain film tampan yang sekarang menjadi kekasihnya.
Mawar De Jongh benar-benar mengikuti arahan Hanung Bramantyo dan skenario film Miracle In Cell No 7 ketika berakting sebagai Kartika selama syuting.
• Falcon Pictures dan Hanung Bramantyo Garap Film Miracle In Cell No 7, Berikut Foto-foto Adegannya
• Laris di Korea Selatan, Falcon Pictures dan Hanung Bramantyo Buat Ulang Film Miracle In Cell No 7
"Mas Hanung Bramantyo banyak memberikan gambaran tentang pengadilan dan pekerjaan sebagai pengacara supaya aku bisa memainkan peran Kartika," kata Mawar De Jongh.
Sejak masih sekolah, dara cantik berusia 18 tahun yang sekarang kuliah ini sudah nonton film Miracle In Cell No 7 versi aslinya dari Korea Selatan.

Ketika menerima tawaran Falcon Pictures dan Hanung Bramantyo bermain di film Miracle In Cell 7 versi Indonesia, Mawar De Jongh begitu senang.
"Ceritanya menarik. Filmnya sangat bagus. Jadi mau main film ini karena cerita film Miracle In Cell No 7 yang bagus, bukan karena ada Bryan Domani," ucap Mawar De Jongh tersenyum malu.
Cerita Fiktif
Falcon Pictures kembali menghadirkan kejutan dengan membuat ulang (remake) film box office Korea Selatan berjudul Miracle In Cell No 7.
Setelah menyelesaikan proses syuting, film Miracle In Cell No 7 merilis foto-foto adegan secara ekslusif, Senin sore tadi.
Frederica, produser Falcon Pictures, merasa senang dapat membuat ulang film Miracle In Cell No 7.

"Kami tertarik untuk meremake film Miracle In Cell No 7 karena ini film bagus," kata Frederica ketika berbincang melalui aplikasi Zoom.
Bukan hanya di Indonesia, beberapa negara juga sudah meremake film Miracle In Cell No 7 seperti Turki, Filipina dan India.
"Kami senang mendapat kesempatan meremake film Miracle In Cell No 7," ujar Frederica.
• Didukung Falcon Pictures, Komunitas Pewarta Hiburan Indonesia Sebar Menu Buka Puasa di Kemang Timur
• Syuting Sampai Jerman, Cerita Novel Rentang Kisah Diangkat Falcon Pictures ke Layar Lebar
Sutradara Hanung Bramantyo mendapatkan kepercayaan Falcon Pictures untuk menyutradarai film Miracle In Cell No 7 di Indonesia.
"Ini beban berat saat diminta meremake film Miracle In Cell No 7," kata Hanung Bramantyo.
Bagi Hanung Bramantyo, membuat film Miracle In Cell No 7 adalah beban kedua setelah film Bumi Manusia (2019).

"Kalau film Bumi Manusia ada beban karena novelnya sudah besar, sementara film Miracle In Cell No 7 ini sudah banyak penontonnya," kata Hanung Bramantyo.
Hanung Bramantyo meyakini, banyak orang yang sudah menonton film Miracle In Cell No 7 versi aslinya dari Korea Selatan dan mengetahui ceritanya.
"Sekarang saya dituntut untuk menyajikan Miracle In Cell No 7 yang berbeda tapi tidak keluar jalur," kata Hanung Bramantyo.

"Membuat film Miracle In Cell No 7 ini berat banget sebab tidak ada pelajarannya saat kuliah," jelas Hanung Bramantyo tersenyum.
Cerita film Miracle In Cell No 7 versi Indonesia sengaja dibuat di negara fiktif.
"Hukumnya juga tidak sama dengan hukum yang ada di Indonesia," ucap sutradara asal Yogyakarta ini.