Film Sobat Ambyar Menjadi Warisan Terakhir Diharapkan Didi Kempot Bisa Go Internasional

WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Musisi legendaris Didi Kempot meninggal dunia di RS Kasih Ibu, Solo, Jawa Tengah, Selasa (5/5/2020) pagi.

Tidak hanya berkarya lewat musik, Didi Kempot yang dijuluki Generasi Milenial sebagai The God Father of Broken Heart itu juga memiliki warisan sebuah film layar lebar.

Berkolaborasi dengan Magma Entertainment, Ideosource Entertainment, Rapi Films dan Paragon Pictures, Didi Kempot terlibat sebagai produser eksekutif film berjudul Sobat Ambyar.

Dalam wawancara yang dilakukan di awal Maret 2020, Didi Kempot mengatakan, tertarik terjun ke industri film karena peduli pada pelaku film yang mengangkat lagunya jadi cerita film Sobat Ambyar.

"Saya tertarik terlibat dalam film Sobat Ambyar karena lagu-lagu saya diangkat ke cerita film Sobat Ambyar," kata Didi Kempot ketika itu.

Lagu-lagu populer Didi Kempot yang ada dalam film Sobat Ambyar seperti Kalung Emas, Cidro serta Pamer Bojo.

"Ini pengalaman pertama kali saya sebagai komposer atau pencipta lagu. Saya senang saat lagu-lagu saya diangkat di layar lebar," ujar Didi Kempot.

Selain produser eksekutif, Didi Kempot juga ikut akting di film Sobat Ambyar.

Menurut Didi Kempot, berakting didepan kamera film ternyata lebih sulit daripada menciptakan lagu.

• Lagu Hits Jadi Cerita Film Sobat Ambyar, Didi Kempot Main Film Sekaligus Jadi Produser Eksekutif

• Sobat Ambyar, Film Warisan Terakhir Didi Kempot

"Main film ternyata tidak mudah. Akting dan dialog itu ternyata sulit," katanya.

"Saya lebih mudah mengarang lagu dan menyanyi. Tapi karena sudah sepakat dan lagu-lagu saya diangkat ke film, saya harus belajar dan menyesuaikan selama syuting film," lanjut Didi Kempot.

Emosional

Didi Kempot yakin, film Sobat Ambyar akan membuat para penggemarnya lebih mengerti arti dari lirik lagu-lagu ciptaannya itu.

"Buat Sobat Ambyar semua, setelah nonton film Sobat Ambyar ini jadi lebih mengerti arti-arti lagu tradisional yang saya nyanyikan," kata Didi Kempot.

Setidaknya, lanjut Didi Kempot ketika itu, masyarakat di luar Suku Jawa menjadi lebih tahu mengapa orang yang mendengar lagu-lagunya sampai menangis saat ikut bernyanyi.