Berita Video
VIDEO: Cerita Andri, Pria dengan Daging Tumbuh 30 Kg Menggantung dari Wajah hingga Perut
Daging tumbuh seberat kurang lebih 30 kilogram menggantung di badan. Sebagian daging tumbuh di bagian kanan wajah hingga dagu
Penulis: domu d ambarita | Editor: Ahmad Sabran
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA – “Agak sesak saya sekarang. Sulit bernafas, karena daging mengantung makin besar. Kadang juga merasa demam, sempoyongan dan, mual.”
Demikian kata Andriadi Putra, pemuda 33 tahun, yang mengidap penyakit daging tumbuh di pipi, dada dan perut, saat berbicara melalui saluran video call Whatsap dengan WartaKotaLive.com, Sabtu (2/2/2020) pukul 17.00 WIB.
Andri, sapaan Andriadi Putra, mengenakan kaus oblong hitam. Ia duduk di kursi di kediaman orangtuanya, warga Jalan karya Bhakti, Pancing, Kecamatan Medan Percut, Kota Medan, Sumatera Utara.
Video Andriardi Putra
Suaranya masih terdengar baik, dan jelas. Namun tidak sempurna, sebab bibir atas dan bawah sebelah kanan tidak dapat bergerak mengatup oleh karena tertarik daging menggantung.
Daging tumbuh seberat kurang lebih 30 kilogram menggantung di badan. Sebagian daging tumbuh di bagian kanan wajah hingga dagu, menjulur sampai ke perut. Menurut keluarga, daging itu bukan tumor. Informasi dari dokter, menyebutnya, sebagai akibat penyepitan hormon.
• Saat Ashanty Ceritakan ART Harus Operasi Tumor Rahim Saat Pandemi Corona, Berpelukan dan Menangis
• Mengidap Tumor Tiroid, Ini Kekuatan Thalita Latief Selama Menyembuhkan Diri dan Kini Sehat Lagi
Sebagian lagi daging tumbuh pada bagian dada dan perut, menggantung hingga pangkal paha. “Berat daging tumbuhnya, kira-kira 20 sampai 30 kilogram,” ujar Andika Saputra, abang sulung Andri kepada WartaKotaLive.com.
Andri anak kedua dari lima bersaudara, putra-putri Ismed (58 tahun), dan Erida Sri Andriani (46). Andri lima orang kakak beradik.
Andika Saputra, menuturkan, daging tumbuh pada tubuh adiknya telah ada sejak ia bayi. Semula keluarga mengira sebagai tanda lahir.
Awalnya, seperti daging tumbuh kecil, kayak tembong alias kutil. Semula terlihat di bagian pipi kanan, dada kanan dan perut.
Seiring bertambahnya usia dan pertumbuhan badan, dagung tumbuh tampak membesar. Sejak Andri kelas 5 SD, daging mulai semakin gede. Tumbuhnya, bersamaan. Tumbuh di pipi, dada dan perut.
Penuturan serupa disampiakan Nila Farirah, sepupu Andriadi. “Daging tumbuh ini awalnya semacam, tanda lahir. Terdapaat di pipi, dada dan perut,” ujar Nila.
Seiring bertambahnya usia, menjelang kelas 6 SD, daging tumbuh di tubuh Andriadi mulai membesar. Daging di wajah, dada dan perut mulai menggantung.
“Semakin bertambuah usianya, semakin besar pula daging tumbuhnya. Daging membesar, tidak menimbulkan rasa sakit. Membesar sekitar dua tahun ke belakang,” kata Nila.
Walau memiliki daging tumbuh , Andri berusaha menuntut ilmu. Tiba pada jenjang pendidikan kelas II SMK/STM, Andri putus sekolah.
“Saya sempat sekolah di STM Al Fatah Jalan Cemara Medan. Namun kelas II STM, putus sekolah, karena tidak ada biaya. Orangtua tidak mampu,” ujar Andri.
Andri menuturkan, ia sekolah sampai tahun 2005. Ia belajar jurusan otomotif.
Saat bersekolah, ia belajar tentang teknik-teknik bengkel mobil. “Memang saya tidak pernah juara. Tapi ngelas dan bengkel mobil belajar. Saya putus di tengah jalan, karena tidak ada biaya. Tidak sampai tamat,” katanya.
Menurut Andri, dia menempuh pendidikan di sekolah swasta dalam yayasan yang sama. SD, SMP hingga STM Al Fatah Jalan Cemara Medan.
Ismed, sang ayah, bekerja sebagai buruh angkut atau pikul pada satu pasar tradisional Kota Medan. Adapun Erida, ibunya, sebagai ibu rumah tangga.
Kulit Tipis Akibatkan Daging Tumbuh Sering Terluka
Andri menceritakan, akibat daging menggantung semakin besar dan berat, kulitnya tampak tipis. Urat-urat terlihat jelas, sebagai tanda kulitnya tipis.
Oleh karena kulit tipis, daging tumbuh yang menggantung di perut, sering terkena benda yang mengakibatkan luka.
“Karena kulit terlalu tipis, kulit mudah koyak dengan sendirinya. Kalau berdarah, darah mengucur deras, kayak air keran begitulah dia. Menghentikan darah, tidak dilakukan pengobatan, sampai berhenti sendiri. Kalau ditetesi betadin, misalnya, jadi kayak bernanah,” ujar Andri, laki-laki yang masih lajang pada usia menjelang 34 tahun.
Rajin Bekerja, Bagi-bagi Uang Gaji pada Ibu dan Ayah
Andika menceritakan, adiknya, sempat bekerja. Setalah putus sekolah, Andri bekerja sebagai tukang cuci sepeda motor dan mobil pada satu tempat usaha di Kota Medan. Ia bekerja selama kurang lebih dua tahun.
Selepas dari sana, ia bekerja sebagai buruh pada took bahan bangunan atau panglong. Pengalam kerja kurang lebih 3 tahun.
Selanjutnya, tenaga pemasaran pada showroom sepeda motor bekas atau second, selama dua tahun. “Dua tahun ke belakang, dia berhenti bekerja karena semakin sulit bergerak. Kadang dia demam dan sesak,” kata Andika.
“Belakangan berhenti bekerja dari showroom sepeda motor, karena daging tumbuh semakain besar. Dia makin sulit beregrak, karena daging tumbuh besar, susah berjalan dan kadang sesak,” ujar Andika.
Ketika bekerja sebagai tenaga penjual sepeda motor bekas, prestasi Andri cukup bagus.
“Waktu bekerja, jualan kereta (sepeda motor, red), saya bisa jual beli sepeda motor, rata-rata 4 atau 5 sepeda motor per hari,” ujar Andri.
Erida, ibu Andri mengatakan sewaktu Andi bekerja, anaknya punya penghasilan tetap. ”Walau sudah sakit (daging tumbuh), dia rajin bekerja. Tidak pernah nganggur. Dulu setiap gajian, selalu memberi uang 300 ribu untuk saya, ayahnya 200 ribu. Sehari-hari memberi 10.000 atau 15 ribu,” ujar Erida.
Sekarang satu abang dan dua adik Andri sudah berumah tangga, sehingga mereka memenuhi kebutuhan keluarga masing-masing.
“Dia berhenti kerja karena kesakitan, geser sepeda motor bekas. Kadang daging tumbuh di perutnya luka. Kalau luka, demam, darah mengucur, tidak mau makan,” imbuh Andika.
Saat daging tumbuh bertambah besar, tidak ada keluhan Andri. Ia pun tidak pernah mengerang kesakitan. Tumbuh biasa, sampai umur 25 tahun. Semua masih terasa biasa.
“Tapi sejak usia 26 tahun, daging sterus membesar. Dan dua tahun terakhir makin besar lagi, sehingga susah bergerak dan sesak. Kami coba berobat. Cek darah, kata dokter ini penyempitan kelenjar hormon. Dokter menyebutnya bukan tumor. Dokter dari China dan Singapura, kami konsultasi di satu tempat di Cemara Asri. Bukan tumor. Bukan juga tumor ganas,” kata Andika.
Ia menyebut daging tumbuh Andri jarang dipegang orang lain. Sebab semakin dipegangi, kian cepat membesar. Jadi tidak boleh dipegang.
Saya Berharap Ada Membantu Operasi agar Bisa Bekerja Kembali
Erida Sri Andriani mengaku sedih melihat penyakit yang menedera Andriadi Saputra, anak kedua buah perkawinannya dengan Ismed. Ia tidak tega menyaksikan sang anak saban hari memikul beban puluhan kilo akan daging yang menggelantung di pipi, dada, perut juga di tangan.
“Sedih saya. Maaf cakap, sewaktu dia masih kerja bisa punya gaji. Walau sakit, dia rajin bekerja. Tidak pernah nganggur. Sekarang, sampai dua tahun ini, dia sudah tidak bekerja,” kata Erida.
“Saya mohon bantuan terhadap anak saya, supaya dia bisa operasi. Supaya dia sehat, bisa beraktivitaas, dan bisa kerja. Kalu dia bisa bekerja lagi, itu untuk masa depannya. Saya berharap bantuan pemerintah, sebab selama ini belum ada bantuan sama sekali,” ujar Erida.
Permohonan serupa disampaikan Andri.
“Saya berharap ada yang membantu agar dapat operasi. Agar sayaa dapat hidup normal seperti biasa. Orangtua saya benar-benar tidak mampu. Waktu saya bekerja masih ada uang. Belakangan sudah tidak bisa bekerja. Sudah dua tahun ini, tidak bisa bekerja. Jadi sekarang, saya dibiayai orang tua. Tapi orangtua tidak bekerja, jadi sikit-sikit lah, dibantu abang dan adik-adik.”
Andri menambahkan, “Untuk makan sehari-hari, masih bisa dari orang tua dan abang-adik. Tapi untuk biaya berobat tidak mampu. Bantulah saya.”
Informasi ini bermula dari unggahan Yustika Effendi memalui akun media sosial Facebook.
“Ya Allah sembuhkan lah abang sepupu ku dari penyakit nya, ya Allah