Video Viral
Ternyata ini Isi dari Nasi Anjing yang Dibagikan di Warakas, Tanjung Priok
Andi ketua komunitas keagamaan yang membagikan nasi anjing, pun menjelaskan apa sebenarnya isi dari nasi anjing tersebut.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Donatur yang membagikan nasi anjing telah mengklarifikasi alasan pemberian nama tersebut.
Nasi bungkus berlogo anjing itu dibagikannya di kawasan Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (26/4/2020).
Andi ketua komunitas keagamaan yang membagikan nasi anjing, pun menjelaskan apa sebenarnya isi dari nasi anjing tersebut.
Pria berkacamata itu menunjukkan bahan-bahan dan pengolahan nasi bungkus yang dilakukan secara halal.
Umumnya nasi itu berbahan lauk sosis, cumi asin, daging ayam, dan bakso orek.
"Jadi bukan daging anjing karena kami juga enggak suka anjing. Lari malah kalau ketemu anjing," ungkapnya dalam video yang diterima Wartakotalive.com.
Andi menjelaskan alasan memilih nama nasi anjing tersebut. Bukan bermaksud melecehkan, nama itu dimaksudkan dari porsi nasi bungkus yang dianggap lebih besar dari nasi kucing.
Sehingga porsinya memang tidak terlalu mengenyangkan namun sanggup untuk bertahan hidup.
• Mulai Besok Jumat 24 April, Transportasi Darat, Laut, Udara, dan Perkeretaapian Dilarang Beroperasi
• Kemenhub Larang Penerbangan Mulai 24 April 2020, Pengecualiannya Terhadap Ini
• BREAKING NEWS: Kemenhub Larang Penerbangan Beroperasi Sejak Awal Ramadan Sampai Arus Balik
Maka dari itu dibawah lebel kepala anjing itu juga diberikan tulisan #Jakartatahanbanting.
"Kedua karena anjing merupakan binatang yang setia. Jadi kami rasa kami perlu setia sama Tuhan dan NKRI yang saat ini kita sedang alami kesusahan bersama-sama. Jadi kami mau saling bantu," jelasnya.
Andi pun memperlihatkan video pengolahan nasi bungkus tersebut.
Rata-rata nasi bungkus itu diolah oleh ibu-ibu dengan menggunakan masker.
"Jadi semua bahan ini dipastikan halal dan sama sekali tidak mengandung daging anjing," ujarnya.
Meski demikian aparat kepolisian telah meminta komunitas itu untuk mengganti lebel nasi bungkus tersebut.
"Jangan pakai label yang dapat memicu salah paham di masyarakat," imbau Yusri.