Stafsus Milenial Presiden Jokowi yang Dinilai Blunder, Mulai dari Angkie hingga Belva Devara
Mulai dari mengunggah informasi hoaks, hingga menggunakan kop resmi Sekretariat Kabinet RI untuk mengirimkan surat ke Camat seluruh Indonesia.
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Ditengah-tengah masa pandemi virus corona, empat staf khusus (stafsus) milenial Presiden Jokowi melakukan kesalahan.
Pernyataan mereka mendapatkan reaksi keras dari masyarakat.
Mulai dari mengunggah informasi hoaks, hingga menggunakan kop resmi Sekretariat Kabinet RI untuk mengirimkan surat ke Camat seluruh Indonesia.
Dilansir dari TribunSumsel, Presiden Jokowi memiliki 7 staf khusus milenial. Dari ketujuh orang tersebut 4 diantaranya pernah melakukan kesalahan dan sudah meminta maaf mereka adalah Angkie Yudistia, Andi Garuda, Billy Membrasar, hingga Belva Devara.
Yang terbaru, Stafsus Milenial sekaligus CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra melakukan kesalahan dengan mencatut logo Sekretariat Kabinet pada kop surat yang disebarkannya ke seluruh camat se-Indonesia.
Dalam surat tersebut, Andi Garuda meminta perusahaannya dilibatkan dalam melawan covid-19.
1. Andi Garuda
Staf Khusus milenial Presiden Joko Widodo, Andi Taufan Garuda Putra, mengirim surat kepada semua camat di Indonesia dengan menggunakan kop resmi Sekretariat Kabinet RI.
Dalam surat tersebut, Andi memperkenalkan dirinya kepada semua camat di Indonesia selaku Staf Khusus Presiden.
• Ternyata Tiket Asimilasi Napi yang Mau Bebas Dihargai Rp 5 Juta, Menteri Yasonna kembali Disorot
• Orangtuanya Sembuh dari Corona, Bocah yang 30 Hari Tinggal di Rumah Ridwan Kamil Akhirnya Pulang
• Jadwal Belajar dari Rumah Lewat TVRI, Kamis, 16 April 2020, Ada Mantul-Matematika Manfaat Betul
Ada dua hal yang menjadi fokus Andi untuk diperhatikan para camat. Pertama, PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) akan melakukan edukasi seputar Covid-19.
Petugas lapangan Amartha disebut akan berperan aktif memberikan edukasi kepada masyarakat desa soal tahapan penyakit Covid-19 beserta cara-cara penanggulangannya.
Sementara, diketahui Andi Taufan merupakan CEO Amartha.
Kedua, Amartha juga akan mendata kebutuhan APD di puskesmas atau layanan kesehatan lainnya di desa agar pelaksanaannya berjalan lancar.
Belakangan, surat tersebut dikecam sebagian warganet.
Mereka berpendapat, tindakan itu melibatkan perusahaan pribadi, apalagi sampai mengirimkan surat ke camat untuk membantu aktivitas perusahaannya merupakan hal yang tidak pantas.
Andi Taufan pun telah menyampaikan permohonan maaf terkait keberadaan surat atas nama dirinya dengan kop Sekretariat Kabinet dan ditujukan kepada camat di seluruh Indonesia tersebut.
2. Billy Membrasar
Salah satu staf khusus Presiden Joko Widodo ( Jokowi ) jadi viral di media sosial gara-gara dalam cuitannya menggenakan frasa kubu sebelah megap-megap.
Kicauan Billy Mambrasar di akun Twitternya, @kitongbisa ini menjadi viral.
• Beredar Info Modus Penggembosan Ban, Jasa Marga pastikan Keamanan Gerbang Tol Pondok Ranji
• Justin Bieber Live Instagram Bareng Fans Asal Indonesia, Bilang Aku Sayang Kamu
• Ini Jadwal Bus Damri Terbaru, Rute yang masih dan Stop Operasi, Cara Refund dan Reschedule Tiket
Awal mula kegaduhan di media sosial terkait frasa kubu sebelah ini bermula dari kicauan Billy Mambrasar sendiri.
Frasa kubu sebelah yang digunakan Billy Mambrasar dinilai kurang etis.
Ini awal mula cuitan Billy Mambrasar yang viral di media sosial Twitter ini.
"Setelah membahan ttg Pancasila (yg bikin kubu sebelah megap2), lalu kerja mendesign kartu Pra-kerja di Jkt, lalu saya ke Pulau Damai, pulau keberagaman, BALI!
Utk mengisi materi co-working space, mendorong bertambahnya jumlah entreprenuer muda, utk pengurangan pengangguran & angka kemiskinan."
Cuitan Billy Mambrasar ini segera memicu kontroversi di media sosial karena Staf Khusus Jokowi ini menggunakan kata kubu sebelah.
Setelah viral dan jadi kontroversi Billy Mambrasar pun menghapus cuitannya dan memberikan klarifikasinya.
3. Angkie Yudistia
Salah satu Staf Khusus Presiden, Angkie Yudistia mendapat kecaman publik setelah menyebarkan hoaks terkait deteksi virus corona.
Dimana sebelumnya Angkie Yudistia diketahui memposting cara sederhana mendeteksi virus corona selama 10 detik dengan cara tarik napas saja.
Melalui akun Instagram pribadinya, berikut narasi yang Angkie Yudistia tulis dalam postingannya.
"Di masa inkubasi, virus mungkin belum terdeteksi (ketika check-up). Tunggu sudah bersin-bersin atau batuk. Cek diri yang paling mudah seperti yang di Taiwan. bangun pagi, tarik nafas yang dalam, lalu tahan 10 detik. Kalau batuk, kemungkinan besar segera ada tindakan."
Ia pun tak lupa mencantumkan sumber unggahannya tersebut.
Melihat postingan Staf Khusus Presiden tersebut, banyak warga net yang menghujatnya di media sosial.
Hal ini dikarenakan cara deteksi virus corona selama 10 detik tersebut memang diketahui adalah hoaks.
Salah satu warganet yang mengecam tindakan Angkie Yudistia adalah akun Twitter @mazzini_gsp.
Dimana akun tersebut meminta agar unggahannya itu segera dihapus.
Terkait hoaks deteksi virus corona selama 10 detik ini sebenarnya sudah dikonfirmasi langsung oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Dilansir dari Kompas.com(2/3/2020), Ketua Umum Pengurus Besar IDI Daeng M Faqih mengatakan, informasi tersebut memang tidak benar dan tidak berdasar.
4. Belva Devara
Staf Khusus Presiden, Adamas Belva Syah Devara memberi klarifikasi atas kata-katanya dalam poster yang diunggah di BNPB.
Sebelumnya, kata-kata Belva terkait corona itu menuai banyak kritik dari berbagai pihak. "Ramai soal poster yang dibuat dan dipost BNPB yang memuat saya mengenai peran milenial dalam pencegahan COVID-19," cuitnya di Twitter pada Rabu (25/3/2020).
Ia menambahkan, "saya ingin mengklarifikasi bahwa quote yang ditulis dari BNPB tersebut tidak memberikan gambaran yang utuh."
Belva Devara menyatakan bahwa pada Selasa (24/3/2020), ia diundang BNPB sebagai narasumber pers harian satgas Covid-19 dengan tema "Peran Milenial di Wabah Corona".
Pada poster BNPB, kata-kata Belva Devara yang dimuat adalah:
"Bukan waktunya saling menjatuhkan atau saling membully, ayo bertanya pada diri sendiri apa yang bisa saya lakukan untuk negeri. Menyalakan lilin lebih baik daripada menyalahkan kegelapan."
"Setelah acara, saya lihat ada poster yang diupload oleh BNPB, dan menjadi diskusi publik. Itu adalah sepotong saja dari press conference. Tanpa menonton video full, bisa terjadi salah paham dan jadi “out of context” ujar Belva Devara.
Artikel ini telah tayang di Tribunsumsel.com dengan judul 4 Stafsus Milenial Presiden Jokowi yang Dinilai Blunder, Dari Singgung Kubu Megap-megap Hingga Hoaks
Editor: Siemen Martin