Virus Corona
Fase Kritis Pendemi Virus Corona di Indonesia Diperkirakan Para Ahli Terjadi pada April
Prediksi titik puncak penyebaran kasus virus Corona atau Covid-19 di Indonesia itu berdasarkan penelitian para ahli.
Fase kritis virus Corona di Indonesia disebut akan terjadi di bulan April 2020.
Prediksi titik puncak penyebaran kasus virus Corona atau Covid-19 di Indonesia itu berdasarkan penelitian para ahli.
Beberapa penelitian juga memprakirakan kapan pandemi virus Corona berakhir.
Simak penjelasan lengkapnya.
Dilansir dari Kompas.com beberapa lembaga penelitian maupun ilmuwan di Indonesia telah merilis hasil penelitian terkait prediksi titik puncak penyebaran kasus Covid-19.
• GUBERNUR Banten Carikan Tempat untuk Tenaga Medis Covid-19 yang Kekurangan Kamar
Jika diurutkan sesuai tanggal penerbitan, hasil penelitian tersebut antara lain:
1. Badan Intelijen Negara (BIN) tanggal 3 Maret 2020
Dalam paparannya, Mayjen TNI Afini Boer mengatakan pihaknya memperkirakan puncak penyebaran Covid-19 di Indonesia akan terjadi sekitar 60-80 hari sejak pengumuman kasus positif 2 Maret lalu, atau sekitar tanggal 2-22 Mei 2020.
2. Pusat Permodelan Matematika dan Simulasi (P2MS) Institut Teknologi Bandung (ITB) tanggal 19 Maret 2020, diperbarui tanggal 23 Maret 2020
Para peneliti ITB memaparkan prakiraan puncak penyebaran Covid-19 di Tanah Air dialami pada akhir Mei atau awal Juni 2020.
• FOKUS pada Percepatan Penanganan Covid-19, Pemkot Belum Menetapkan Kota Depok sebagai PSBB
3. Dr Joko Hariyono, ST, M.Eng, Ilmuwan Pengenalan Pola dari Pemda DIY tanggal 24 Maret 2020
Hasil penelitian berdasarkan data harian kasus Covid-19 di Indonesia per 21 Maret 2020 menghasilkan estimasi periode waktu puncak terjadi antara 70 sampai 100 hari, atau kisaran tanggal 12 Mei-12 Juni 2020.
Periode kritis muncul pada rentang 40-60 hari. Sementara estimasi waktu pemulihan nasional diperkirakan selama 120-150 hari dari kasus pertama ditemukan.
4. Tim Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) tanggal 27 Maret 2020
Hasil prediksi dari para peneliti menunjukkan bahwa jumlah kasus bervariasi antara 500.000 hingga 2.500.000 kasus dengan mempertimbangkan tingkat intervensi pemerintah.