Teknologi
Aplikasi Zoom Populer Sejak Pandemi Covid-19, Untuk Keamanannya Lakukan 3 Hal Ini
Aplikasi Zoom mendadak populer di tengah pandemi COVID-19 dan kebijakan bekerja dari rumah (work from home). Bagaimana dengan keamanannya?
Pelaku yang tidak diketahui mengunggah foto Swastika atau logo NAZI dan video porno.
FBI melihat Zoom-Bombing mulai menjadi sebuah fenomena yang dilakukan oleh peretas maupun pengguna internet yang jahil setelah menemukan tautan video conference Zoom.
Dilaporkan bahwa di tahun 2019 seorang peretas pernah membobol apliaksi webcam di sebuah laptop atau komputer melalui aplikasi video conference.
Di sini peretas bisa diam-diam mengawasi kegiatan korbannya.
Amankah untuk video conference?
Bahkan Presiden Joko Widodo pun juga mengoptimalkan media video conference ini untuk melakukan koordinasi dengan para pejabat pemerintah lainnya.
Seperti yang dilakukan pada Senin (16/3/2020) lalu, Presiden Joko Widodo menggelar rapat dengan sejumlah menteri melalui video conference.

Rapat dengan para pejabat negara dalam konferensi video tersebut dilakukan demi mencegah penyebaran virus Covid-19.
Namun apakah aplikasi Zoom ini bisa dinilai aman untuk digunakan sebagai sarana melakukan meeting oleh pejabat pemerintah?
Saat dihubungi KompasTekno, pekan lalu, pakar keamanan siber Alfons Tanujaya mengatakan bahwa para pembuat aplikasi sebenarnya sudah menerapkan perlindungan keamanan di dalam produk-produknya. "
Pada umumnya sudah menjadi perhatian aplikasi,apalagi yang berbayar seperti Zoom, Go To Meeting, Blue Jeans, Microsoft team, bahkan aplikasi yang gratisan seperti Skype, Google Hangouts dan Cisco Webex juga dapat diandalkan," ujar Alfons.
Karena itu, Alfons beranggapan bahwa aplikasi Zoom yang belakangan populer untuk video conferencing pun masih aman dan efisien. Sebab, ada mekanisme proteksi yang sulit ditembus.
"Tergantung keperluannya, kalau hanya untuk meeting koordinasi yang nantinya juga akan terbuka untuk umum, rasanya Zoom cukup efisien dan memiliki enkripsi yang baik dan sulit di-decrypt, sekalipun bisa disadap," tuturnya.
Sementara, untuk keperluan yang menyangkut hal rahasia, apalagi rahasia negara, Alfons menyarankan agar lebih berhati-hati dan tidak sembarangan menggunakan aplikasi dari negara lain.
"Kalau untuk VVIP seperti Presiden, Menteri Pertahanan, BIN atau data Top Secret memang lain treatment-nya," ujar Alfons.