Berita Jakarta
Unilever Relaunching Program Bank Sampah, Jakarta Green And Clean
"Untuk ikut berkontribusi terhadap penanggulangan sampah plastik, paling lambat pada tahun 2025 Unilever secara global berkomitmen mengurangi setengah
PT Unilever Indonesia, Tbk. menyelenggarakan relaunching program Bank Sampah ‘Green and Clean’ dalam rangkaian roadshow di empat kota yaitu Makassar, Medan, Jakarta dan Bali.
Relaunching yang dilaksanakan bersamaan peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2020 di Taman Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (1/3/2020) ini menggalakkan kembali program Bank Sampah di Jakarta.
Head of Corporate Affair & Sustainability Unilever Indonesia Nurdiana Darus mengatakan, kegiatan ini menjadi salah satu langkah nyata Unilever Indonesia dalam mendukung pemerintah Indonesia wujudkan ‘Indonesia Bebas Polusi Plastik pada Tahun 2040’.
Wanita yang biasa disapa Ade ini menjelaskan, hingga saat ini, sampah – khususnya sampah plastik, masih menjadi masalah besar dunia, termasuk Indonesia.
"Untuk ikut berkontribusi terhadap penanggulangan sampah plastik, paling lambat pada tahun 2025 Unilever secara global berkomitmen mengurangi setengah dari penggunaan virgin plastic atau plastik baru, dengan cara mengurangi penggunaan kemasan plastik sebanyak lebih dari 100.000 ton dan mempercepat penggunaan plastik daur ulang. Selain itu, Unilever juga terus membantu mengumpulkan dan memproses lebih banyak kemasan plastik daripada yang dijualnya,” ujarnya.
Ade menyampaikan bahwa di dalam agenda mewujudkan ‘Indonesia Bebas Polusi Plastik pada Tahun 2040’ yang disampaikan pada pertemuan World Economic Forum di Swiss bulan Januari 2020 lalu, pihak pemerintah mencanangkan salah satu target penting, yaitu: menggandakan pengumpulan sampah plastik menjadi 80 persen pada tahun 2025.
Selain itu, di dalam Kebijakan dan Strategi Nasional (JAKSTRANAS) juga pemerintah menargetkan pencapaian 30% pengurangan sampah dan 70% penanganan sampah pada tahun 2025.
"Unilever Indonesia selaku pihak produsen secara aktif mendukung pencapaian target tersebut dengan mengembangkan beberapa jenis program untuk memaksimalkan pengumpulan sampah, dari mulai Bank Sampah berbasis komunitas, pengumpulan melalui jaringan di permukiman dan toko, hingga program kerjasama dengan pengepul," kata dia.
Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup Kota Jakarta, setiap harinya masyarakat memproduksi hingga 7.400 ton sampah per hari, dan mayoritasnya berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Selain kapasitas penampungan di TPA kini semakin menipis, masih banyak masyarakat yang belum sadar untuk mengurangi, memanfaatkan kembali, ataupun mengolah kembali sampah mereka.
Menyikapi masalah ini, tahapan pengumpulan sampah menjadi pilar yang sangat penting, terutama untuk menyokong konsep circular economy atau ekonomi sirkuler sebagai tema besar dari pengelolaan sampah di Indonesia.
Seperti diketahui, ekonomi sirkuler tidak hanya berbicara soal nilai tambah pengelolaan sampah bagi kelestarian lingkungan, namun juga bagaimana upaya ini mampu menciptakan nilai tambah ekonomi baru dan juga nilai tambah dari sisi sosial, termasuk pemberdayaan masyarakat.
"Unilever Indonesia melihat potensi pengembangan Bank Sampah dalam menciptakan berbagai manfaat ekonomi, sosial maupun lingkungan masih sangat besar, sehingga konsep ini terus dipelajari dan dikembangkan sejak tahun 2008. Keberhasilan dari program ini terlihat dari semakin besarnya jumlah unit Bank Sampah, jumlah masyarakat yang terlibat, hingga sampah yang berhasil dikumpulkan dan dijual," lanjutnya.
Ia mengatakan, Unilever kedepannya akan melanjutkan pengembangan program Bank Sampah di Indonesia, dengan berfokus pada pengembangan Bank Sampah Induk, Bank Sampah Sektoral, dan digitalisasi Bank Sampah.
Hingga saat ini, terdapat 3.859 Bank Sampah binaan Unilever di seluruh Indonesia yang telah membantu mengurangi 12.487 ton beban sampah ke TPA di tahun 2019.