Revitalisasi TIM
Para Seniman #SaveTIM Tak Pernah Menolak Revitalisasi TIM, Kecuali 3 Hal Ini
Gedung Graha Bhakti Budaya (GBB) di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta Pusat telah dibongkar terkait revitalisasi di kawasan tersebut.
Penulis: Joko Supriyanto |
Gedung Graha Bhakti Budaya (GBB) di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta Pusat telah dibongkar terkait revitalisasi di kawasan tersebut.
Pantauan Wartakotalive.com terlihat sekitar area gedung GBB nampak telah dipasangi papan penutup dan hanya pekerja proyek yang dapat masuk area tersebut, karena saat ini proses pemugaran tengah berlangsung.
Dari kejauhan terlihat satu buah ekskavator nampak meruntuhkan bagian dinding-dinding gedung yang diresmikan pada tahun 1983 itu, padahal gedung itu dikenal memiliki sejarah pada massa orde baru.
Beberapa pekerja lengkap dengan rompi dan helm pun nampak berlalu-lalang masuk, bahkan ada beberapa diantaranya tengah memotong beberapa besi-besi pondasi gedung itu.
Hanya saja gedung yang juga memiliki teather besar berkapasitas 1200 kursi, hampir setengah gedung telah di robohkan, namun masih ada beberapa sisa gedung yang baru dirobohkan bagian atapnya.
• Mahfud MD Beberkan Alasannya Tidak Setuju Pemulangan 660 WNI Bekas Anggota ISIS
• CURHATAN Ririn Ekawati Setelah Suami Meninggal Bukan Cerai, Terima Takdir Pernikahannya Selesai
• SBY Dituding Terlibat Skandal Jiwasraya, Rachland Nashidik : Erick Thohir Sudah Mahir Politrik
• Kabar Perhiasan Rp 2 Miliar Lina Zubaedah Hilang, Sule: Di Sini Saya Sudah Mantan
Meski sempat terdengar kabar adanya penolakan terkait revitalisasi TIM dari para seniman, namun rupanya hal itu di bantah oleh para pelaku seniman TIM yang menyebut dirinya #SaveTIM.
#SaveTIM merupakan kumpulan para seniman yang memperjuangkan TIM untuk generasi penerusnya, di mana di dalamnya merupakan seniman-seniman yang berada di TIM, #SaveTIM tercetus saat adanya upaya pembagunan wisma di TIM dalam proyek revitalisasi itu.
"Kami sebagai seniman tidak pernah menolak revitalisasi TIM. Kami mendukung revitalisasi, karena memang TIM harus direvitalisasi melihat kondisi gedung yang sudah tua," kata Pepeng (52) salah satu seniman saat ditemui di TIM, Kamis (6/2/2020).
Pepeng menyebut, Seniman SaveTIM hanya menolak tiga hal yaitu pembangunan wisma berbintang, menolak Pergub nomor 63 tahun 2019 terkait penugasan kepada perseroan terbatas Jakpro untuk revitalisasi pusat kesenian Jakarta.
• KABAR GEMBIRA: 1.020 Orang Sembuh dari Corona, China Berterima Kasih kepada Indonesia
Serta menolak Jakpro sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI yang ditunjuk langsung oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI sebagai pihak yang bertanggung jawab merevitalisasi TIM hingga perawatannya pascarevitalisasi selama 28 tahun.
Menurut Pepeng para seniman khawatir jika TIM dikelola Jakpro selama 28 tahun akan tumbuh komersialisasi yang justru akan menelantarkan para Seniman, sehingga tidak bisa berkarya secara bebas.
"Ya kalo kita sebagai seniman berharap kita bisa bebas berekspresi, bebas berkarya, di Pusat Kesenian Jakarta ini tanpa adanya komersialisasi," katanya.
Selain itu, hal senada dengan Pepeng, salah satu seniman Yati Sagita (55) menyampaikan jika ia tak pernah menolak revitalisasi seperti yang diberitakan dibeberapa media, namum hanya tiga poin yang menjadi penolakan para seniman SaveTIM.
• UPDATE Soal Revitalisasi Monas, Setneg Tunggu Gambaran yang Akan Dipaparkan Pemprov DKI
Dirinya juga menyinggung mengenai pembangunan wisma berbintang, hal itu dianggap tidak perlu karena banyak sekali hotel yang sudah ada di Jakarta. Keberadan hotel bintang dianggap akan menghambat para seniman.
"Kan tau sendiri seniman pakaian gimana, pasti di usir harus rapi, seniman itu tidak bisa diperlakukan seperti itu dan kemungkinan itu pasti ada," katanya.
Selain itu Yati juga menyinggung pengelolan Jakpro yang dinilai akan mengunakan sistem kapitalis jika selama 28 tahun akan mengelola TIM.
• Kisah Cinta Segitiga Si Doel Berakhir, Ini yang Akan Dilakukan Aktor dan Politisi Rano Karno
"Sistem kapitalis sudah ini nanti, nanti di kelola oleh Jakpro mau tidak mau anak anak latihan di sini pasti dikenakan budgetnya tidak mungkin tidak dikenakan biaya," ucapnya. (JOS)
Anies: Hotel Bintang Lima di Taman Ismail Marzuki untuk Tamu Internasional
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menginginkan Taman Ismail Marzuki (TIM) di Jalan Cikini Raya, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat menjadi pusat kegiatan budaya dunia.
Anies berpandangan nantinya yang datang ke TIM itu bukan pelaku kebudayaan dan kesenian yang ada di tanah air saja, tapi dari seluruh dunia
“Mereka datang ke sini sehingga pelaku-pelaku kita itu ketemu dengan counterpart yang karyanya kelas dunia. Kita ini kalau ketemu counterpart-nya kelas lokal, rasanya jago terus. Jagoan terus. Jago kandang, bapak ibu. Begitu kita ketemu, berubah sekali,” kata Anies, Jumat (29/11/2019).
• HOTEL Bintang 5 Batal Dibangun Setelah Ada Penolakan dari Seniman, Revitalisasi TIM Jalan Terus
Hal itu dikatakan Anies saat Musyawarah Wilayah XV Pemuda Muhammadiyah DKI Jakarta di Ruang Serba Guna Lantai 22 Gedung Balai Kota DKI, Jumat (29/11/2019).
Adapun tema yang diambil dalam musyawarah itu adalah ‘Membangkitkan Spirit Pemuda Muhammadiyah Provinsi DKI Jakarta yang Berkemajuan’.
Penolakan Pembangunan Wisma TIM
• DPRD DKI Minta Jakpro Revisi Desain dan Rencana Bisnis Revitalisasi Taman Ismail Marzuki
Dalam kesempatan itu, Anies juga menyinggung pihak yang menolak rencana pembangunan wisma dalam proyek revitalisasi TIM.
Kata dia, pihak yang mengkritik tersebut sebetulnya mengomentari imajinasinya sendiri, sehingga pemerintah yang memiliki konsep justru disalahkan.
“Ada orang-orang membuat imajinasi, lalu dia mengkritik imajinasinya sendiri, lalu kami yang disalahkan. Lah iya dia bikin imajinasi, lalu marah atas imajinasi yang dibuatnya, tapi kami yang disalahkan,” ujarnya.
• Komisi B DPRD DKI Tinjau Revitalisasi Taman Ismail Marzuki
Anies yakin bila pemerintah daerah mengkomunikasikan rencana itu, justru pendengar akan mendapat gagasan dan pandangan yang jernih.
Kata Anies, pembangunan Wisma TIM di sana bertujuan agar pelaku-pelaku seni dan budaya yang datang ke Jakarta tidak tinggal sementara di luar.
“Justru mereka bisa tinggal di dalam (TIM) 24 jam. Itulah sebuah ekosistem seni budaya,” jelasnya.