Ustadz Felix Siauw Sebut Boleh Beda Pendapat, Tapi Soal Menutup Aurat Wajib Hukumnya Bagi Muslimah
Boleh beda pendapat, tapi soal menutup aurat itu wajib hukumnya bagi muslimah. Ustadz Felix Siauw : Nggak perlu lagi hijab, itu ngawur
Sehingga, setiap muslim harus mengamalkan perintah Allah SWT lewat syariat yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.
"Syariat itu kadang memang 'yang penting intinya', tapi ya nggak semuanya begitu, banyak juga yang 'penting intinya', dan juga 'penting luarnya' begitu," jelas Ustadz Felix Siauw.
"Shalat misalnya, ya harus nurut persis Rasulullah, bukan 'yang penting intinya inget Allah'. Inget Allah itu tujuan shalat, tapi bukan berarti shalatnya ditinggalkan," tegasnya.
Sebab ditegaskannya, apabila hanya menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim tanpa mengamalkan syariat yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, ibadah akan dilakukan semaunya.
"Karena kalau semua berdasar 'yang penting intinya', berarti nggak perlu lagi syariat, karena semua jadi 'sak karepku', sesukaku, se-hawa nafsuku," jelas Ustadz Felix Siauw.
"Karena manusia itu lemah, dan suka pake hawa nafsu, maka Allah turunkan syariat. Supaya hawa nafsu kita ditundukkan, kita beramal meski mungkin kita nggak nyaman, nggak suka," tambahnya.

Ditilang
Terkait banyaknya sanggahan atas pernyataannya yang mewajibkan muslimah mengenakan jilbab tertutup, Ustadz Felix Siauw memberikan analogi sederhana.
Analogi tersebut berupa seorang pengendara yang tertangkap tangan melanggar lalu lintas.
Seorang pengendara yang ditangkap digambarkannya menantang polisi dengan menyebutkan inti dari peraturan lalu lintas yang ditujukan untuk keselamatan pengendara jalan.
Pengendara bersikukuh pada pendapatnya kepada sang polisi.
Pengendara menyatakan tetap selamat, walaupun telah melanggar lampu lalu lintas.
"Coba aja nembus lampu merah, terus pas di-stop polisi, lalu bilang: 'Pak peraturan itu kan intinya supaya selamat, lha ini saya ngelanggar, tapi intinya kan selamat', coba deh," tantang Ustadz Felix Siauw.
"Kalau polisinya sebutin aturan dan pasal-pasal, bilangin aja: 'Itu kan tafsir bapak yang tekstual, kalau saya kontekstual, bapak jangan maksain tafsir bapak ke saya, gitu," tambahnya.
"Kalau polisinya masih ga terima, bilang aja 'Bapak pasti anaknya ngaji di HTI ya? Intoleran banget, pasti mau bikin Khilafah ya? Soalnya saya kan paling NKRI!' wiw," tutupnya sarkas.