Modal Youtube dan Mesin Bekas Kawasaki Ninja 150R, Chaerul Mekanik Lulusan SD Terbangkan Pesawat

Belajar dari Youtube dan mesin bekas sepeda motor Kawasaki Ninja 150R, Chaerul Mekanik Lulusan SD asal Sulsel sukses terbangkan pesawat rakitannya

Editor: Dwi Rizki
Herry Syahrullah/Tribun Timur
Terbuat dari bahan dan barang rongsokan, sebuah pesawat terbang buatan pria tamatan SD mengudara hingga memancing warga bertepuk tangan dengan meriah. 

Namun, sayangnya, keberpihakan terhadap industri ini masih minim. Dia bilang, maskapai dalam negeri saja tidak mau menggunakan pesawat buatan PT DI dan lebih senang beli pesawat impor.

"Padahal karakteristrik Indonesia cocoknya dengan pesawat CN235 dan N219. Itu untuk meningkatkan connectivity. Pasalnya, pulau-pulau kita cocoknya menggunakan pesawat-pesawat kecil sebagai penghubung," jelasnya.

Lebih jauh, Soerjono juga mendorong perkembangan industri perawatan dan komponen pesawat dalam negeri.

Dikatakan, jika dibanding Singapura dan Malaysia, jumlah pesawat yang dimiliki Indonesia lebih banyak. Namun, sayangnya, industri perawatannya malah banyak di Singapura.

"Industri perawatan selama ini malah ditangkap oleh Singapura. Industri kita belum bisa memanfaatkan itu," keluhnya.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Kerja Sama Industri Internasional Kemenperin Agus Tjahjana mengatakan, perusahaan aerospace asal Amerika Serikat, UTC Aerospace System, tertarik menanamkan investasinya di Indonesia.

Perusahaan sebelumnya telah memiliki usaha patungan (joint venture) dengan PT Pindad sejak tahun 1997.

"Planning mereka mau investasi kembali sebesar US$ 40 juta dolar lebih, dengan itu bisa menyerap 500 tenaga kerja," ujar Agus.

Rencana investasi ini diharapkan dapat mening-katkan kapasitas dan kapabilitas tenaga ahli pesawat terbang di Indonesia seperti penyediaan kesempatan pelatihan kerja bagi tenaga ahli pesawat terbang dalam negeri.

Selain itu dapat mendorong tumbuhnya industri komponen pesawat terbang di Indonesia dengan cara menjalin kerja sama dengan industri komponen pesawat terbang nasional.

Sangat disayangkan memang berhentinya industri pesawat terbang di Tanah Air, yang diusung oleh Industri Penerbangan Teknologi Nasional (IPTN) yang belakangan berganti nama jadi PT Dirgantara Indonesia (PT DI), terkait dengan masalah politik.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved