Banjir Jakarta
'ANIES Baswedan' Dilempari Tomat di Kawasan Monas Jakpus, Dianggap Gagal Tangani Banjir Jakarta
Pengunjuk rasa menggelar aksi lempar tomat 'Anies Baswedan' di kawasan Monas, Jakarta Pusat. Mereka kecewa terhadap kinerja Gubernur Anies.
Penulis: Joko Supriyanto | Editor: Suprapto
Pengunjuk rasa menggelar aksi lempar tomat 'Anies Baswedan' di kawasan Monas, Jakarta Pusat. Mereka kecewa terhadap kinerja Gubernur Anies.
Massa pengunjuk rasa yang kontra Gubernur DKI Jakarta Anies mengelar orasi di Patung Kuda Monas, Jakarta Pusat, Selasa (14/1).
Massa berunjuk rasa sebagai bentuk kekecewaannya terhadap kinerja Gubernur Anies Baswedan terkait penanganan banjir di Jakarta.
Bentuk kekecewaan tersebut diekspresikan dengan cara aksi lempar tomat Anies Baswedan kepada seseorang memakai topeng mirip Anies Baswedan.
Aksi lempar tomat ini diparodikan dengan cara melempari seseorang yang mengunakan topeng wajah Anies Baswedan, massa kontra selanjutnya melempari tomat ke arah punggung orang tersebut.
• E-Drives Satpas SIM Polda Masih Belum Beroperasi karena Alat Elektronik Itu Sempat Terendam Banjir
"Anies sini nis, kamu ini kerja ngak becus juga, ayo lempari pakai tomat busukn," kata Orator diatas mobil komando, Selasa (14/1/2020).
Namun, setelah massa melempari tomat, ada beberapa massa pro yang meminta untuk menyudahi pelemparan itu.
"Udah-udah kasihan lak Anies dilempari tomat," katanya.
Sementara Koordinator Aksi Jakarta Bergerak, Sisca Rumondor mengatakan jika aksi demo yang dilakukan di Balai Kota Jakarta, Selasa (14/1) hari ini merupakan betuk kekecewaan masyarakat.
• ALASAN ABU Janda Tuding Anies Baswedan Manfaatkan Banjir untuk Pencitraan, Bandingkan dengan Ahok
Untuk itu aksi ini merupakan permintaan tanggung jawab dari kinerja Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan serta menuntut agar Anies mundur.
"Karena kami menganggap kinerja nya tidak bagus terlalu banyak menyalahkan orang lain menyalahkan anak buah, tapi tidak berani mengambil tanggung jawab dan terkesan cuci tangan," kata Sisca.
Menurut Sisca, massa yang bergerak merupakan masyarakat yang beberapa waktu lalu menjadi korban banjir Jakarta, sehingga ia memastikan tidak ada organisasi apapun yang ikut dalam aksi Jakarta Bergerak.
"Ini warga warga DKI yang kemarin kebanjiran, jadi ini semua elemen masyarakat tidak ada organisasi apapun Ini semua gabungan," katanya.
Menurut Sisca, kinerja Anies membuat masyarakat kecewa, sebab ada beberapa permasalahan di massa pemerintahannya, seperti anggaran belanja lem aibon beberapa waktu lalu.
"Banyak ketidakwajaran anggaran belanja ya kan ada lem Aibon sekian miliar pulpen sekian miliar begitu ditanya, Anis cuci tangan malam Nyalakan anak buahnya itu kan bukan bentuk sosok pemimpin yang baik," ucapnya.
Hindari Bentrok Massa
Massa kontra Anies yang berasal dari Jakarta Bergerak diarahkan untuk berorasi di Patung Kuda Monas.
Langkah ini dilakukan untuk menghindari massa pro Anies yang berada di Balai Kota Jakarta.
Meski begitu, massa kontra sempat bersitengah ketika akan longmarch ke Patung Kuda Monas, namun beruntung situasi sudah meredam ketika petugas kepolisian berupaya menenangkan massa pro Anies.
Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Pol Heru Novianto mengatakan jika massa kontra akan dialihkan untuk menyampaikan aspirasi mereka di Patung Kuda Monas.
"Mereka kami geser ke Pantung Kuda. Mereka juga sudah sepakat di arahkan ke sana," kata Heru di Balai Kota Jakarta, Selasa (14/1/2020).
Sementara itu massa yang pro berada di dalam Balai Kota untuk mengikuti kegiatan maulid nabi yang diselenggarakan oleh Pemrov DKI. Namun ada beberapa bagian yang berorasi di depan Balai Kota Jakarta.
Sedangkan Koordinator Aksi Jakarta Bergerak, Sisca Rumondor menyatakan pihaknya memilih untuk orasi di Balai Kota agar menghindari bentrokan antra dua massa yang berbeda pendapat.
"Memang tadi kita kumpul di Balai Kota. Tapi pihak kepolisian menganjurkan kita untuk tidak terjadi benturan, ya kami ikuti aturan, walau kita berbeda pendapat tapi tetap kita menghargai mereka," kata Siska.
Selai itu pihaknya juga mengaku tak ingin aksinya ini diterima oleh Anies Baswedan. Kendati demikian aksinya ini merupakan bentuk kekecewaan yang dilakukan oleh Anies Baswedan.
"Yang penting Anies sudah tahu kalo kita ini bosen dan jengah," ucapnya.
Abu Janda Tuding Anies Bangun Citra dari Banjir
Pegiat media sosial, Permadi Arya alias Abu Janda, menuding Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memanfaatkan banjir untuk pencitraan.
Permadi Arya alias Abu Janda serang Gubernur DKI Anies Baswedan.
Pegiat media sosial Abu Janda menilai Anies Baswedan justru memanfaatkan banjir Jakarta untuk membangun citra diri.
Menurut Abu Janda, Anies Baswedan melakukan pencitraan akibat kelalaiannya setelah terjadi banjir di Jakarta.
Bentuk pencitraan yang dilakukan Anies, kata Abu Janda, antara lain dengan terjun ke lokasi banjir untuk melaksanakan kerja bakti bersama warga.
• ANIES Baswedan Dilempari Tomat di Kawasan Monas Jakpus, Dianggap Gagal Tangani Banjir Jakarta
Abu Janda mengatakan itu saat di sela-sela unjuk rasa massa yang menuntut tanggung jawab Anies Baswedan dalam banjir Jakarta, Selasa (14/1/2020).
Menurut Abu Janda, seharusnya Anies Baswedan melakukan program-program yang benar untuk mengatasi ancaman banjir Jakarta.
Salah satu program mengatasi banjir adalah normalisasi sungai.
Namun sayangnya, selama dua tahun massa kerjanya tak ada upaya hal itu.
Abu Janda pun membandingkan kerja Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok saat menjadi Gubernur DKI dan Anies Baswedan.
"Ya diinginkan masyarakat DKI bukan pencitraan kerja bakti tapi kerjaan Pak Ahok itu diteruskan.
Pak ahok diberikan tugas pak presiden untuk normalisasi, makannya diteruskan," kata Abu Janda di Monas, Jakarta Pusat.
Menurut Abu Janda, Anies tidak melakukan normalisasi sungai di Jakarta karena tak ingin menggusur para pendukungnya yang tinggal di bantaran sungai.
Normalisasi sungai dipastikan akan melakukan pengusuran permukiman warga.
Menurut dia, jika Anies melakukan hal itu maka pendukungnya akan marah bahkan Anies akan ditinggal mereka.
Karena itu, Anies tak melanjutkan normalisasi itu selama 2 tahun massa kerjanya menjadi Gubernur DKI Jakarta.
"Kalo dia lakukan itu dia bakal dihajar habis sama pendukungnya, kalo itu dilakukan juga akan kehilangan dukungan," katanya.
Dia menambahkan, "Jadi normalisasi selama 2 tahun tidak dilakukan sehingga terjadi banjir seperti ini. Mungkin kalo diteruskan programnya pak ahok mungkin tidak seperti ini, itu yang kita tau." (JOS)