Kekerasan Anak
Miris, Setelah Disundut Rokok, Aji Dibuang di Pinggir Tol oleh Ayahnya
Seorang anak terlantar ditemukan di Kamal Kalideres, Jakarta. Anak itu disebut dibuang oleh ayahnya di pinggir tol.
Penulis: Desy Selviany |
Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Desy Selviany
PALMERAH, WARTAKOTALIVE.COM - Seorang anak terlantar ditemukan di Kamal, Kalideres, Jakarta. Anak itu disebut dibuang oleh ayahnya di pinggir tol.
Anak yang diterlantarkan oleh orang tuanya itu juga memiliki luka lebam dan sundutan rokok di tubuhnya.
Koordinator Pelayanan Pengawasan dan Pengendalian Sosial (P3S) Sudinsos Jakarta Barat Amirullah mengatakan anak tersebut ditemukan petugas Jumat (27/12/2019) lalu.
• UPDATE Driver Ojol Tewas Tertimpa Boliho di Cengkareng Hendak Antar Paket Express
• Demi Harga Diri, Meski Hujan Deras Ojol Kembali Gruduk Rumah Iis Dahlia
• Jelang Iuran Naik di 2020, Tiap Hari Ada 65 Peserta Turun Kelas Perawatan di Kantor BPJS Kota Bekasi
"Iya info itu betul, kami dapat laporan dari warga tanggal 27/12/19 sekitar jam 19.30," jelas Amirullah saat dihubungi Minggu (29/12/2019).
Amirullah mengatakan anak tersebut ditemukan di Jl. Raya Rawa Kompeni RT07/04 Kamal, Kalideres, Jakarta.
Kata Amirullah setelah tiba di lokasi dan berkordinasi dengan ketua RT setempat anak itu ternyata bukanlah warga sekitar.
• HEBOH Video Syur Mirip Artis Dangdut di Media Sosial, Cupi Cupita Langsung Bantah, Begini Katanya
• Syahrini Diramal Akan Punya Anak, Paranormal Ki Sukma Wijaya: Tapi Kariernya Merosot di Tahun 2020
• TERUNGKAP Kartu Sehat Hadapi Dilema, Walikota Bekasi Sebut karena Terbentur Aturan Jokowi
Sampai saat ini, anak terlantar tersebut juga sulit untuk memberikan keterangan tempat tinggal.
"Dia hanya memberikan keterangan nama saja, namanya Aji dan diturunkan oleh ayahnya di pinghir tol, sepertinya masih trauma," jelas Amirullah.
Bukan hanya itu, setelah dilakukan pemeriksaan fisik, Amirullah mendapati beberapa bekas luka disekujur tubuh anak terlantar itu.
• Calvin Ungkap Deddy Dores Punya Hutang Besar Setelah Meninggal, Ini Alasannya Ia Jadi Sopir Ojol
• TERNYATA Setya Novanto Kembali Bikin Ulah, Hilang Lagi dari Lapas Sukamiskin, Ini Kata Kemenkumham
• RATUSAN Pelaut Diserang Ikan Hiu ketika Kapal USS Indianapolis Tenggelam, Begini Kronologinya
Kemungkinan luka tersebut didapat dari ayah anak tersebut.
"Kayak semacam luka sundut rokok," kata Amirullah.
Saat ini kata anak terlantar itu sudah berada di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 Kedoya untuk mendapatkan penanganan dan pelayanan sosial lebih lanjut.
"Kami masih belum berencana melaporkan kepada Polisi, saya koordinasikan dulu dengan pimpinan," kata Amirullah. (m24)
Kasus Kekerasan Anak di Jakut Terbanyak Kedua di DKI Jakarta
SEBELUMNYA Wartakotalive melaporkan, pihak Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menyebut kasus kekerasan anak masih banyak terjadi di Jakarta Utara.
“Memang di Jakarta Utara kasusnya cukup banyak. Khususnya di tempat padat penduduk yang jadi fokus kita," ujar Sekretaris Jenderal Komnas PA, Dhanang Sasongko di Polres Metro Jakarta Utara, Selasa (3/9/2019).
Tercatat ada 58 kasus kekerasan seksual pada anak yang terjadi di Jakut selama semester pertama 2019.
• Terkena Darah Tinggi? Ada 16 Makanan yang Mudah Ditemui Bisa Menurunkan Hipertensi
• Amerika Serikat Akan Jatuh ke Jurang Resesi, Berikut 9 Sinyal Resesi Bakal Terjadi
• Kecelakaan Tol Cipularang, Sopir Dump Truk Sempat Keluhkan Rem Blong Sebelum Truk Terguling

Namun, jika dibandingkan tahun sebelumnya 2018 jumlah kasus tersebut menurun sebanyak 20 kasus, dengan total ada 78 kasus.
Sementara, secara keseluruhan untuk tingkat DKI Jakarta, jumlah kasus terkait anak tercatat sekitar 200 kejadian..
Khusus di wilayah Jakarta Utara, masih lebih rendah dibanding Jakarta Timur.
"Kalau dilihat angkanya paling banyak di Jakarta Timur, kemudian Jakarta Utara,” jelasnya.
Adapun selain kasus kekerasan seksual kepada anak, kasus lainnya seperti kekerasan fisik dan psikis yang dilakukan orang tua maupun orang terdekat juga banyak terjadi.
Ia mengatakan semua kasus ini merupakan laporan yang masuk ke Komnas PA melalui Lembaga
Perlindungan Anak (LPA) yang ada di setiap kota.
Terkait penanganan, lanjut Dhanang, kehadiran LPA di setiap kota jadi perpanjangan tangan Komnas PA dalam penanganan kasus anak.
"Komnas PA juga berjejaring dengan lembaga-lembaga yang ada di masyarakat, termasuk kepolisian dan guru PAUD yang memberikan informasi kejadian," tutur dia.
Tak hanya itu, mereka juga melibatkan tokoh masyarakat setempat dan turut berkunjung ke sekolah-sekolah untuk mensosialisasikan terkait kekeraan pada anak.(M20)

Orangtua Tak Siap Mental
Sebelumnya Wartakotalive melaporkan, mantan artis cilik di era tahun 70an Chica Koeswoyo prihatin terhadap maraknya kasus kekerasan anak yang ada di Jakarta Timur.
Beberapa kejadian tersebut bahkan menimbulkan korban jiwa.
Ketidaksiapan sepasang suami istri yang menikah muda menjadi satu dari banyaknya penyebab terjadi kekerasan pada anak-anak.
"Ini disebabkan karena ketidaksiapan seseorang saat menjadi orang tua.
"Bukan enggak boleh menikah muda, tapi kan harus ada persiapan mental yang cukup matang," ucap Chicha yang merupakan Caleg
DPR RI Dapil 1 Jakarta Timur di Rumah Aspirasi Chicha Koeswoyo, Makasar, Jakarta Timur, Minggu (3/3).
Kekerasan terhadap anak juga merupakan buah dari intimidasi yang dialami oleh seorang ibu.
Oleh sebab itu, tingkat edukasi para wanita-wanita muda juga diperlukan untuk bisa menangkal permasalahan yang cukup kompleks tersebut.
"Pendidikan kepada wanita itu sangat penting. Karena ibu ini kan bisa jadi apa saja yang dibutuhkan di sebuah keluarga.
Ibu itu multitasking, dia bisa bekerja sambil mengurusi rumah tangga.
Jadi bebannya sangat berat," katanya di tengah acara workshop netizen journalism millenials di lokasi.
Chicha pun berharap agar dirinya bisa ikut berperan untuk bisa mengatasi permasalahan tersebut apabila nantinya terpilih menjadi Anggota Legislatif DPR.
Sementara itu, Pegiat Literasi Maman Suherman yang jadi pembicara di acara tersebut mengungkapkan bahwa masyarakat memerlukan calon anggota legislatif yang sudah mengetahui hal-hal yang ingin mereka selesaikan ketika duduk di kursi Senayan.
"Permasalahan anak itu kan isu utama.
"Chicha berfokus pada apa yang ingin ia perjuangkan dalam hak ini perempuan dan anak-anak.
"Mau saya sih satu, siapa pun calegnya harus punya visi dan misi yang tegas mulai dari sekarang," kata Maman.
Hal itu diperlukan agar seorang caleg tak perlu lagi belajar dan beradaptasi ketika ia ditunjuk untuknmengurusi permasalahan di komisi tertentu.
"Jangan lagi ada caleg yang bilang 'saya akan belajar sambil bekerja' ketika dia terpilih.
"Proses belajar harusnya sudah selesai ketika dia terpilih.
"Artinya nanti kita akan mendapatkan caleg yang siap bekerja untuk rakyat," tuturnya.
Sebelumnya, seorang anak berumur 3 tahun bernama Sifa Handayani diduga tewas di tangan ibunya sendiri, Lisa (22) di kawasan Cakung Barat, Cakung, Jakarta Timur, Kamis (28/2) lalu.
Lisa yang sudah bercerai dengan suaminya ini diduga depresi lantaran permasalahan keluarga dan ekonomi yang dialaminya sehingga tega menusuk anaknya sendiri hingga tewas. (abs)
Istri Sandi Uno Sebut Kekerasan Anak di Jakarta Marak

Nur Asia Uno selaku Ketua Umum di Yayasan Abang Mpok Sahabat Anak (YAMSA) menyebut masih perlu penambahan fasilitas rumah susun di DKI Jakarta, untuk menunjang edukasi anak-anak.
Nur Asia mengatakan, kurangnya fasilitas edukasi anak di Kawasan rumah susun dan permukiman padat penduduk, juga menarik perhatian para orang tak bertanggungjawab agar bisa melakukan kekerasan terhadap anak.
"Sebagaimana telah kita baca, lihat dan dengar dari media massa serta sosial media, maraknya berita tentang perihal tindak kekerasan pada anak-anak di Indonesia ini sungguh mencemaskan hati kita semua. Fasilitas untuk menunjang edukasi anak di Jakarta ini masih kurang baik itu di wilayah Rusun maupun permukiman padat penduduk," ucap Nur Asia di Rumah Susun Cilincing di Komplek Pelindo II RW 10, Cilincing Jakarta Utara, Sabtu (21/1/2017).
Nur Asia mengatakan, data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), kasus kekerasan pada anak yang dilaporkan setiap tahun selalu meningkat.
Di tahun 2011, terjadi 2178 kasus kekerasan pada anak yang dilaporkan, tahun 2012 terjadi 3512 kasus.
"Itu tandanya alami peningkatan kan sebesar 61 persen, di tahun 2013 ada 4311 kasus alhasil meningkat lagi sebesar 23 persen. Tahun 2014 terjadi 5066 kasus, dan meningkat lagi sebanyak 18 persen. Kalau Profesor Doktor Fachri Bey dan Kak Seto mengakui jumlah tindak kekerasan di pemberitaan atau dilaporkan adalah seperti puncak gunung es. Tapi, di kasus yang tidak dilaporkan ada banyak sekali," kata Nur Asia.
Menurut Nur Asia, ratusan ribu kasus tindak kekerasan terhadap anak yang terjadi di masyarakat yang tidak dilaporkan dan menimbulkan banyaknya kasus silent victims, atau korban yang tidak mau melapor.
"Situasi ini yang telah menggerakkan hati saya, serta para aktivis sosial dan aktivis anak seperti Kak Seto Mulyadi dan Prof Fachri Bey serta para aktivis, sahabat serta pemerhati-pemerhati anak-anak lainnya untuk langsung mendirikan sebuah yayasan yakni YAMSA," ucapnya.